Dokter Linda memberikan penyuluhan langsung pada para pasien mengenai pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Ia juga mengajarkan cara menyikat gigi yang benar.
Siapa yang masih terbiasa menyikat gigi hanya setelah bangun tidur, tapi lupa melakukannya setelah sarapan? Kalau iya, yuk mulai ubah kebiasaan itu!
“Banyak orang yang sikat gigi hanya karena merasa itu rutinitas pagi hari, bukan karena paham fungsinya. Padahal tujuan menyikat gigi itu untuk membersihkan sisa makanan. Maka tentu harus dilakukan setelah makan,” jelas Drg. Linda Verniati, Sp.Ort.
Dokter Linda mengungkapkan fenomena lucu yang sering terjadi di rumah-rumah salah satunya karena lirik lagu “Bangun Tidur” karya Ibu Soed,‘Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi,’ akhirnya banyak ibu-ibu yang heboh tanya ke anaknya setelah mandi sudah gosok gigi belum? Padahal belum sarapan. Kebiasaan seperti ini menurut Dokter Linda, perlu diluruskan.
Masih banyak orang yang menyikat gigi tanpa tahu kenapa harus melakukannya. Inilah yang menurut Dokter Linda menjadi masalah dasar dalam kebiasaan merawat kesehatan mulut di masyarakat. “Kita harus tahu alasan di balik tindakan. Kalau orang tahu bahwa menyikat gigi itu untuk membersihkan sisa makanan, maka ia akan lebih semangat. Bahkan saat ngantuk pun tetap mau sikat gigi karena tahu fungsinya.” Tambahnya.
Sebanyak 73 pasien dari berbagai usia mulai dari anak-anak hingga lansia mengikuti pengobatan gigi di Depo Tzu Chi Pangeran Jayakarta.

Zahra tersenyum usai menerima penambalan gigi. Ia berjanji akan lebih rajin menyikat gigi agar tetap sehat.
Tak hanya menghadirkan layanan kesehatan gratis, bakti sosial pengobatan gigi yang digelar komunitas relawan Tzu Chi di He Qi Pusat pada Sabtu 12 Juli 2025 menjadi ruang edukasi penting bagi warga Kelurahan Mangga Dua Selatan, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Pengobatan yang digelar di Depo Tzu Chi Pangeran Jayakarta kali ini diikuti 73 pasien mulai dari anak-anak, orang dewasa hingga lansia.
Zahra, siswi kelas 5 SD Karanganyar 04 Siang, pulang dengan hati gembira setelah satu giginya yang berlubang itu ditambal. “Setelah ini mau lebih rajin sikat gigi biar bersih,” katanya.
Sementara itu Suliana (30) yang mendapat nomor antrean 11 juga ditambal giginya. Ia mengaku sangat puas dengan pelayanan yang bagus dari para dokter dan relawan. Karena itu ia berharap baksos pengobatan gigi ini terus ada karena sangat membantu masyarakat. Tak cuma pengobatan, namun juga edukasinya.
“Dan ternyata saya sikat giginya salah, mestinya ada yang diputar, kalau saya kan selama ini menyikatnya ngasal. Jadi setelah pulang ini akan sikat gigi yang lebih benar lagi caranya seperti yang tadi sudah diajarkan Dokter Linda,” akunya.
Suliana puas dengan pelayanan ramah dan edukasi cara menyikat gigi yang benar.
Linda Purwanti (43) dicabut dua giginya, sebelah kanan bawah. Awalnya dia ingin giginya ditambal saja. Berhubung gigi yang mau ditambal berpengaruh ke syaraf jadi mesti ke puskesmas terlebih dahulu untuk perawatan.
“Baksos ini sudah baik sekali dan mesti harus terus ada. Karena untuk masalah gigi banyak orang yang cuek. Kalau tidak ada kegiatan seperti ini orang suka bodoh amat, ke dokter saja malas,” tuturnya.
Pada pengobatan gigi kali ini ada pemandangan berbeda yakni hadirnya puluhan mahasiswa dari Tzu Chi University Taiwan. Mereka datang ke Jakarta untuk mengikuti kegiatan kerelawanan.
Lin Youx Uan, mahasiswi jurusan Traditional Chinese Medicine beberapa hari ini sudah mengikuti berbagai kegiatan kemanusiaan Tzu Chi, termasuk pertukaran budaya dengan mahasiswa keperawatan dari Akademi Keperawatan Andalusia, Tangerang. Di bakti sosial kali ini Lin bertugas mengumpulkan alat medis yang sudah digunakan oleh dokter untuk dibawa ke bagian pencucian dan pensterilan alat, lalu membawa alat yang baru untuk dokter.
“Saya sangat senang bisa berada di sini. Saya tidak tahu seberapa banyak orang-orang Indonesia harus menyisihkan uang untuk pergi ke dokter gigi, tapi layanan kesehatan gratis ini sangat bagus untuk dilakukan.” Katanya.
Lin Youx Uan senang dapat berpartisipasi dengan bertugas mengambil alat medis yang sudah dipakai dokter.
Mahasiswi jurusan pengobatan Tiongkok di Universitas Tzu Chi Hualien ini mengaku kagum dengan bagaimana Tzu Chi Indonesia menggerakkan sumber daya manusia secara sungguh-sungguh untuk kegiatan kemanusiaan.
Meski kedatangannya ke Jakarta tidak diwajibkan kampus dan murni kerelawanan, Lin merasa kegiatan ini justru memperkuat semangatnya menjadi dokter. Ia berharap suatu saat nanti bisa mengadakan bakti sosial serupa di manapun ia berada. “Membantu orang lain melalui profesiku nanti adalah hal yang sangat keren,” tambahnya.
Drg. Mery Merlinda, relawan medis Tzu Chi dengan senang hati melayani pasien.
Drg. Mery Merlinda yang telah bergabung sebagai tim medis Tzu Chi Indonesia sejak tahun 2018 mengaku selalu merasa senang bisa berkontribusi dalam setiap kegiatan bakti sosial kesehatan yang diadakan Tzu Chi.
“Sebagian pasien datang ke sini karena memang tidak mampu. Kalau mereka bisa mendapatkan pengobatan gratis, itu sangat berarti bagi mereka. Dan bagi kami, ini adalah bentuk pengabdian,” ujarnya.
Secara umum, tambah drg. Mery, permasalahan yang paling banyak ditemui adalah gigi berlubang dan gigi goyang. Ia menyoroti bahwa edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut masih minim di Indonesia, bahkan pada masyarakat dengan status sosial ekonomi tinggi. Ini menjadi salah satu tantangan terbesar bagi para dokter gigi.
Salah satu kebiasaan yang sering dianggap sepele, namun sebenarnya penting, adalah menyikat gigi sebelum tidur. Masih banyak orang yang hanya menyikat gigi saat mandi sore, padahal setelah itu mereka masih makan dan langsung tidur. “Kalau sikat giginya sore, lalu masih makan malam dan langsung tidur, ya itu artinya waktunya kurang tepat,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya membersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi, karena sikat gigi saja tidak cukup untuk menjangkau bagian-bagian tersempit di antara gigi. Benang gigi membantu mengeluarkan sisa makanan yang tersisa setelah menyikat gigi, sehingga kebersihan lebih optimal.
Melalui bakti sosial pengobatan gigi ini, kita bisa belajar bahwa edukasi adalah kunci. Tanpa pemahaman, tindakan medis hanyalah solusi sementara. Namun dengan pemahaman yang tepat, masyarakat bisa lebih mandiri dalam menjaga kesehatannya tidak hanya saat sakit, tapi sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari.
Editor: Fikhri Fathoni