Satu Tangan Terulur, Seribu Tangan Membantu

Jurnalis : Hadi Pranoto , Fotografer : Hadi Pranoto
 
foto

* Dengan penuh perhatian, Vivi, relawan Tzu Chi selalu mengunjungi dan memantau kondisi Tan Nio dan ibunya yang mengalami sakit jantung. Khusus kepada Tan Nio, relawan juga sedang mempersiapkan membawanya berobat ke RS Fatmawati untuk mengoperasi kakinya.

“Gimana Oma, sekarang sudah kedengaran?” kata Vivi, relawan Tzu Chi pada Tek Cui Nio (85) di ruang tes pendengaran RS Palang Merah Indonesia (PMI) Bogor, Jawa Barat. “Sudah,” ujar Tek Cui Nio tegas. Di usianya yang hampir 1 abad, kondisi fisik dan mental ibu 6 anak ini memang sungguh luar biasa. “Daya ingat dan daya tangkapnya masih bagus, cuma pendengarannya aja yang agak mulai berkurang,” kata dr Budiman, salah seorang dokter yang turut membantu proses pengobatan Tek Cui Nio (85) dan putrinya Tan Nio (64).

Dari hasil pemeriksaan itu, diketahui jika Oma Tek Cui Nio memang harus menggunakan alat bantu dengar agar fungsi pendengarannya dapat berfungsi dengan lebih baik. Sebelumnya, oleh dokter THT di rumah sakit yang sama, telinga oma dibersihkan dan ditemukan banyak gumpalan kotoran yang telah mengeras. “Sekarang sudah agak jelas, makasih ya dokter,” kata Oma sambil menepuk bahu dokter yang merawatnya. Vivi dan dr Budiman yang menemani pun tersenyum-senyum dibuatnya.

Selain menjalani pemeriksaan telinga, Tek Cui Nio juga menjalani pemeriksaan jantung dan penyakit dalam. Sementara putrinya, Tan Nio hanya menjalani pemeriksaan jantung. “Untuk pengobatan kakinya ke dokter orthopedi di Rumah Sakit Fatmawati, masih menunggu pengurusan surat Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat -red),” terang Vivi. Menurut relawan Tzu Chi yang tinggal di Kota Bogor ini, prioritas utama adalah kesehatan jantung bagi Oma Tek Cui Nio dan putrinya.

Senin pagi, 16 Maret 2009, Vivi ditemani oleh dr Budiman dan 8 relawan dari Himpunan Persaudaraan Vihara Dhanagun, Bogor membawa Tek Cui Nio dan Tan Nio ke rumah sakit. “Kami dapat informasi dari dokter Budiman dan diceritakan kondisinya ada seorang ibu yang kondisinya memprihatinkan dan butuh bantuan. Kita langsung respon dan datangin,” kata Yutie, Ketua Himpunan Persaudaraan Vihara Dhanagun ini. Menurut Yutie, begitu mereka mendengar pasien ini akan dibawa ke rumah sakit oleh relawan Tzu Chi, mereka langsung menyatakan kesiapannya. “Kita bilang, oke, kita siap bantu, baik di Bogor ataupun jika dibawa ke Jakarta,” sambung Yutie.

foto  foto

Ket : - Setiap seminggu sekali, dr Budiman dan dokter dari klinik Vihara Dhanagun memeriksa kondisi kesehatan
           Tan Nio dan mamanya. (kiri)
         - Meskipun mengalami keterbatasan fisik, namun Tan Nio tetap berusaha untuk mandiri. (kanan)

Ada Sedih, Haru, dan Happy
Vivi sendiri mulai menangani kasus ini sejak Januari 2009. “Awalnya kami dengar informasi ini dari salah seorang pengusaha di Bogor, kebetulan ia juga mengenal salah satu relawan Tzu Chi di Jakarta, dan akhirnya ia mendaftarkan Ibu A Tan (panggilan Tan Nio -red) ke Tzu Chi dan kita langsung survei,” terang Vivi. Melihat kondisi fisik, terutama kaki Tan Nio yang parah, Vivi pun segera mengajukan pengobatan ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan.

Rupanya bukan hanya Tan Nio, tapi mamanya Tek Cui Nio juga memerlukan bantuan pengobatan. “Kalau berjalan sebentar, nafasnya suka ngap-ngapan. Sudah begitu, tensi dan gula darahnya juga tinggi,” terang Vivi. Untuk itulah, Vivi kemudian meminta bantuan dr Budiman untuk memantau kondisi kesehatannya secara rutin. Setiap seminggu sekali, dr Budiman dan rekan-rekannya dari Vihara Dhanagun mengadakan kunjungan ke rumah Tan Nio. Terlebih setelah kisah Tan Nio ditayangkan di stasiun DAAI TV, cukup banyak masyarakat yang bersimpati dan memberikan bantuan kepadanya.

Selama menangani kasus Tan Nio beberapa bulan ini, Vivi sendiri merasa mendapat banyak manfaat dan memberi kesan tersendiri baginya. “Ada pahitnya, lucunya, dan happy-nya juga,” ungkap Vivi. Menurutnya, kisah ibu dan anak ini bisa memberi pelajaran tentang makna kehidupan, terutama soal berbakti kepada orangtua. “Kita lihat kondisi Bu Atan, kakinya buat jalan sebentar aja dah terasa sakit, sebab kakinya yang kanan pernah patah atau retak beberapa tahun yang lalu, tapi ia masih berjuang mencari nafkah untuk orangtuanya, demi sesuap nasi,” puji Vivi.

foto  foto

Ket : - Tek Cui Nio menjalani pemeriksaan jantung di RS PMI Bogor, Jawa Barat untuk mengetahui kondisi
           kesehatan jantungnya. (kiri)
        - Di hari yang sama, Tan Nio juga memeriksakan kondisi kesehatan jantungnya. Seperti ibunya, Tan Nio juga
           mengalami sakit jantung selain kakinya yang juga mengalami kerapuhan tulang. (kanan)

Kepada Vivi, Tan Nio pernah mengatakan, kalau bukan karena mamanya, mungkin dia dah nggak ada lagi di dunia ini. “Dengan kata lain ambil jalan pintas (bunuh diri -red). Tapi dengan adanya mamanya ini, dia rela berjuang dengan bekerja keras,” kata Vivi. Satu hal lagi yang membuat Vivi salut kepada Tan Nio adalah jiwa sosialnya yang sangat tinggi. Dalam kondisinya sekarang yang memprihatinkan, uang maupun makanan, Tan Nio tetap berusaha untuk bisa berbagi kepada orang lain yang lebih membutuhkan ataupun tetangganya. “Walaupun nggak punya uang, tapi dia tetap menyisihkan sedikit untuk orang lain. Kalau ada kue di rumah, dia membagikannya kepada tetangga ataupun orang lain,” ujar Vivi.

Sebelum kasus Tan Nio ditangani Tzu Chi, Tan Nio sendiri pernah bercerita jika banyak teman-temannya yang membantu. Sayangnya, bantuan itu tidak datang secara rutin. Karena itulah, sejak Januari 2009, Vivi dan relawan Tzu Chi lainnya yang tinggal di Bogor, seperti Vera dan Tantri secara bergantian mengunjungi Tan Nio sekaligus menyurvei kondisi keluarga ini untuk memutuskan bantuan apa yang paling tepat diberikan. Setelah melalui berbagai proses survei, akhirnya diputuskan untuk memberikan bantuan biaya hidup. “Nah, untuk pengobatan sejak awal kita dah putuskan untuk bantuan kakinya, operasi kakinya. Sekarang kita masih menunggu proses pengurusan surat Jamkesmasnya dulu,” terang Vivi.

Partisipasi Relawan Setempat
Ditanganinya kasus Tan Nio oleh relawan Tzu Chi akhirnya juga memancing berbagai pihak untuk turut berbuat kebajikan kepada keluarga ini. “Sebenarnya saya juga malu, malunya kok lebih dulu Buddha Tzu Chi yang tahu, padahal ini di daerah Bogor,” ungkap dr Budiman yang memang tinggal di wilayah Bogor dan juga aktif di klinik pengobatan gratis Vihara Dhanagun, Bogor. Ke depannya, Budiman berjanji untuk lebih meng-update kondisi warga di Bogor yang memerlukan bantuan.

foto  foto

Ket : - Vivi, relawan Tzu Chi memberikan roti sebagai pengganti makan siang Tek Cui Nio yang menjalani berbagai
           pemeriksaan kesehatan di RS PMI Bogor. (kiri)
         - Selain pemeriksaan jantung, Tek Cui Nio juga diperiksa kondisi pendengarannya. Oleh dokter THT,
           Tek Cui Nio disarankan untuk menggunakan alat bantu dengar agar dia dapat berkomunikasi dengan lebih
           baik. (kanan)

Hal senada diungkapkan Leni, salah seorang anggota Himpunan Persaudaraan Vihara Dhanagun, “Kita sebagai orang Bogor merasa malu, kenapa yang tahu kasus ini justru orang dari Jakarta dulu,” ungkapnya jujur. Leni sendiri mengetahui kondisi Tan Nio setelah menyaksikan tayangan DAAI TV dan juga informasi dari dr Budiman. “Saya berterima kasih sekali kepada Yayasan Buddha Tzu Chi dan DAAI TV yang telah memberi bantuan kepada keluarga ini,” kata Leni. Kini, setiap seminggu sekali, dr Budiman, Leni dan anggota Himpunan Persaudaraan Vihara Dhanagun secara rutin mengunjungi dan memantau kondisi kesehatan Tan Nio dan juga mamanya.

Seperti kata Master Cheng Yen, “Masalah di dunia tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, dibutuhkan uluran tangan dan kekuatan banyak orang untuk dapat menyelesaikannya.” Begitu pula dalam kasus ini. Terbukti, semakin banyak orang yang tergerak untuk berbuat kebajikan, maka akan semakin ringan masalah yang ditangani, dan dunia pun akan tumbuh menjadi lebih baik.

 

Artikel Terkait

Merajut Kembali Asa Mahasiswa AKN

Merajut Kembali Asa Mahasiswa AKN

13 Februari 2018
Prosesi peletakkan batu pertama pembangunan kembali kampus Akademi Komunitas Negri (AKN) Pidie Jaya, Aceh pascagempa yang terjadi pada 7 Desember 2016 lalu. Pembangunan diperkirakan selesai dalam waktu satu setengah tahun.
Persaudaraan Lintas Agama

Persaudaraan Lintas Agama

23 Agustus 2015
Kamis 20 Agustus 2015, para Romo (Pendeta Katolik) dari UNIO Keuskupan Agung Jakarta berkunjung ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di PIK, Jakarta Barat. Kunjungan ini merupakan rangkaian dari Training Kegiatan UNIO Keuskupan Agung di Jakarta, yang diikuti para pendeta Katolik dari seluruh Indonesia.
Polri dan Tzu Chi Peduli Sesama

Polri dan Tzu Chi Peduli Sesama

03 Juli 2018
Menyambut HUT Bhayangkara ke-72 yang jatuh pada 1 Juli 2018, Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Kepri, Polri Satgas Nusantara dan TIMA (Tzu Chi Internasional Medical Association) Indonesia bekerja sama menyelenggarakan Baksos Kesehatan Operasi.
Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -