Sebuah Dunia yang Bersih

Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan, Rangga & Edy Kurniawan (Tzu Chi Bandung)

fotoPara relawan Tzu Chi tengah mensosialisasikan masalah pelestarian lingkungan kepada para pengunjung mal.

Berbagai cara telah dilakukan untuk mengurangi lajunya global warming (pemanasan global). Gerakan kepedulian terhadap lingkungan terus dilakukan oleh berbagai pihak yang mengerti arti dari lingkungan sehat, juga cinta terhadap bumi. Dalam hal ini dibutuhkan kesadaran yang tinggi dari masyarakat dalam menyikapi keberadaan limbah dan pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan yang dapat meningkatkan laju pemanasan global.

 

Pada tanggal 29 September – 16 Oktober 2011 diadakan Festival Buddhis Bandung di Mal Festival City Link yang berlokasi di Jl. Peta, Pasir Koja, Bandung. Selama kegiatan berlangsung, terdapat satu hari dimana diadakan seminar “Kepedulian Umat Buddha Terhadap Pemanasan Global” yang diadakan pada tanggal 8 Oktober 2011. Pada kesempatan ini Guru besar ITB Prof. Dr. Toto Winata bersama Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia diundang untuk menjadi pembicara sekaligus praktisi dalam menekankan pentingnya mengurangi dampak pemanasan global. Seminar ini dihadiri oleh 102 peserta, baik dari kalangan mahasiswa, pengunjung mal, maupun masyarakat setempat. Sementara itu, sebanyak 39 relawan Tzu Chi juga turut menghadiri acara tersebut.

Selain seminar, Tzu Chi Bandung pun berkesempatan untuk mensosialisasikan visi misi Tzu Chi kepada para pengunjung mal yang tertarik akan kegiatan misi kemanusian Tzu Chi. Ada hal yang menarik dari cara mensosialisasikan Tzu Chi. Para muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) memeragakan isyarat tangan (shou yu) ”Sebuah Dunia yang Bersih” di luar ruang seminar, sehingga sebagian pengunjung mal tertarik dengan pertunjukan tersebut dan ingin mengetahui lebih dalam tentang Yayasan Buddha Tzu Chi. Di samping itu, Tzu Chi Bandung pun menjual produk-produk Jing Si yang ramah lingkungan di lantai dua Mal Festival City Link.

Menurut Hidayat Halim, S.Ag., MM.Pd., selaku ketua panitia penyelenggara festival mengatakan bahwa tujuan dari seminar ini adalah agar masyarakat umum mengetahui dan menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan bumi, mulai dari kelestarian air hingga sumber daya alam yang kita bisa hemat dan dimanfaatkan untuk di kemudian hari.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan Tzu Chi menyanyikan lagu "Satu Keluarga" di loby mal untuk menarik minat para pengunjung mal mengikuti seminar mengenai masalah global warming. (kiri)
  • Relawan Tzu Chi mencoba mengenalkan visi dan misi Tzu Chi dengan membagikan Buletin Tzu Chi kepada para pengunjung mal. (kanan)

Hidayat juga mengatakan jika para relawan Tzu Chi hampir seluruh anggotanya telah mempraktikkan gerakan peduli terhadap lingkungan hidup dan sumber daya alam dalam kehidupan sehari-hari mereka baik itu di rumah, di kantor dan dimanapun mereka berada.

Hidayat pun menambahkan, "Semoga mereka yang hadir di sini sekarang, ketika pulang nanti akan menceritakan tentang apa yang mereka dapatkan dari hasil seminar ini kepada teman-temannya, saudara maupun tetangganya. Dengan demikian, informasi ini akan bisa berkembang ke banyak orang dan menyadarkan mereka jika tugas untuk peduli terhadap lingkungan dan sumber daya alam bukan tugas satu orang saja, tetapi harus kita wujudkan secara bersama-sama," tambahnya.

Mari Kita Bersatu untuk Lingkungan
Dalam menyikapi masalah global warming di dunia, para relawan Tzu Chi secara terus-menerus melakukan kegiatan pelestarian, menjaga dan mencintai lingkungan, yang mana dalam hal ini sesuai dengan salah satu misi Tzu Chi yaitu tentang pelestarian lingkungan dengan cara mendaur ulang sampah, melestarikan penghijauan, mengurangi pemanfaatan air dan sumber daya alam secara berlebihan.

foto  foto

Keterangan :

  • Seminar dengan tajuk peduli terhadap masalah Global Warming ini diharapkan dapat menginspirasi para peserta untuk ikut serta mendukung dan mempraktikkan kegiatan ini (kiri)
  • Ketua Panitia Festival Buddhis Bandung, yaitu Hidayat Halim, S.Ag., M.Pd. memberikan cinderamata kepada Suriadi, perwakilan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.(kanan)

Suriadi Shixiong, selaku perwakilan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang berkesempatan menjadi pembicara dalam menanggapi masalah pemanasan global mengajak semua peserta yang hadir untuk dapat terus menjaga, mencintai dan melestarikan lingkungan. Suriadi mengatakan banyak cara untuk mewujudkan sebuah dunia yang bersih, dengan hal yang terkecil adalah membawa tempat makan dan minum sendiri. ”Dengan begitu kita sudah ikut serta dalam mengurangi pemanasan global. Karena dengan terus membeli makanan dan minuman kemasan, sampah plastik yang habis dipakai akan dapat dibuang dan menyebabkan penumpukan sampah plastik yang akan mengakibatkan kerusakan lingkungan,”  tutur Suriadi dalam paparanya.

Dalam kesempatan ini ia tak hanya memberikan penjelasan tentang pemanasan global saja, namun Suriadi pun berkesempatan mensosialisasikan visi misi Tzu Chi kepada seluruh peserta yang hadir pada saat itu. "Harapannya tentu lebih banyak lagi kesempatan-kesempatan yang bisa diberikan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi untuk mensosialisasikan gaya hidup pelestarian lingkungan, karena ini bukan hanya masalah insan Tzu Chi saja dan masalah masyarakat generasi muda atau generasi tua, namun ini adalah masalah kita semua untuk bisa lebih melestarikan lingkungan dan mewariskan sebuah dunia yang bersih untuk anak cucu kita," katanya.

Para peserta yang hadir mendapatkan pelajaran yang sangat berarti dari seminar ini. Selain menambah wawasan tentang bagaimana cara mengurangi pemanasan global, juga mendapatkan pengetahuan bagaimana pola hidup  sehat tanpa merusak lingkungan. Seorang peserta seminar yang juga merupakan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yaitu, Jasmiandy (18) menuturkan hanya dengan membawa tempat makan dan minuman sendiri, itu sudah mengurangi laju dari global warming. "Ya itu sebuah tindakan praktis yang nyatalah, ’talk less do more’ itu benar-benar penting. Dengan adanya Yayasan Buddha Tzu Chi harapannya kan  teori dengan praktik itu bisa sejalan dan selaras. Semoga masyrakat yang ada di dunia ini menyadari dampak negatif yang kita timbulkan akan berpengaruh pada anak cucu kita. Jadi kalau bisa dan sayang dengan anak cucu, lebih baik pelihara bumi kita dan mewariskan dunia yang bersih," ujarnya.

Jasmiandy juga menambahkan kita sebagai manusia sudah sepatutnya menyadari bahwa bumi ini rusak oleh ulah kita sendiri. Cepat atau lambat laju dari pemanasan global ini hanya manusialah yang bisa mewujudkan. Seperti yang dikutip dalam Kata Perenungan Master Cheng Yen, ”Masalah di dunia ini tidak mampu diselesaikan oleh seorang saja. Dibutuhkan uluran tangan dan kekuatan banyak orang yang bekerja sama untuk dapat menyelesaikan masalah di dunia.”

 


Artikel Terkait

Satu Visi dalam Menebarkan Cinta Kasih

Satu Visi dalam Menebarkan Cinta Kasih

01 April 2015 Bersumbangsih tak hanya dapat dilakukan oleh orang kaya saja, jua tak harus berbentuk materi. Memberikan tenaga dan pikiran juga merupakan bentuk sumbangsih yang baik asalkan dilakukan dengan niat yang tulus dan penuh cinta kasih.
Masih Banyak Orang yang Membutuhkan Uluran Tangan

Masih Banyak Orang yang Membutuhkan Uluran Tangan

20 Februari 2014 Ketika Tzu Chi mengadakan bakti sosial (baksos) kesehatan di tiga lokasi di Rengasdengklok, warga langsung berbondong-bondong datang mendaftarkan dirinya.
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -