Semangat Cinta Kasih

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Anand Yahya
 
foto

Sentuhan lembut insan Tzu Chi meredakan ketegangan yang dirasakan oleh para pasien dan keluarga mereka. Tidak sebatas bantuan pengobatan, cinta kasih dan kehangatan kekeluargaan, adalah obat yang paling mujarab untuk kesembuhan sebuah penyakit.

Ketegangan menyelimuti RS. Dr Suyoto, Pusrehab Dephan, Bintaro, 5 Juli 2008. Suara isak tangis anak-anak terdengar seolah-olah saling bersahutan. Bibir-bibir kecil itu meratap mengutarakan keinginan hatinya, yang sudah tidak kuat lagi menahan haus, lapar, dan rasa takut yang semakin meraja.

Puluhan orangtua pun terlihat tengah berusaha menenangkan tangis buah hati mereka. Begitu juga dengan Sahiri yang sudah kehabisan akal untuk menenangkan Rivan, putra bungsunya.

Sambil menghela nafas panjang, ia tetap mencoba untuk meyakinkan Rivan, bahwa semua akan baik-baik saja. Mendengar sang ayah berkata demikian, bukannya mereda Rivan semakin menjerit-jerit dengan lantangnya.

Baju Rivan dibanjiri oleh keringat, belum lagi nafasnya yang tersengal-sengal menunjukkan kalau bocah berumur 4 tahun ini sebenarnya sudah sangat lelah menangis. ”Saya tahu dia lapar, haus, dan takut, makanya dari tadi dia tidak berhenti menangis,” jelas Sahiri.

Pria berumur 38 tahun ini sebenarnya tidak tega mendengar isak tangis putranya yang terlahir dalam ketidaksempurnaan tersebut, namun apa daya ia harus tetap menguatkan hati agar Rivan dioperasi.

foto   foto

Ket : - Para insan Tzu Chi menghibur para peserta baksos dengan melakukan beberapa tarian dan permainan.
            (kiri)
         - Para peserta baksos pun terlihat sangat antusias mengikuti setiap tarian dan nyanyian yang dilakukan.
            Dan ketegangan mereka berangsur-angsur berkurang. (kanan)

Sejak lahir, Rivan memang dilahirkan dengan kondisi bibir sumbing yang cukup dalam, sehingga menyulitkannya untuk makan ataupun berbicara.

”Bahkan hingga sekarang nafsu makan Rivan pun masih kurang. Makanya saya dan istri masih memberikan bubur dan tidak memberikan Rivan makanan yang susah untuk dicerna,” ucap Sahiri.

Sebenarnya sudah lama Sahiri ingin sekali membawa anaknya ke dokter untuk dioperasi, namun penghasilannya sebagai tukang sampah membuat ayah dari dua anak ini mengurungkan niatnya.

”Dulu saya pernah tanya, kata dokter biaya operasinya sekitar 6 juta. Jangankan uang 6 juta untuk operasi, untuk makan sehari-hari saja saya dan keluarga masih kekurangan,” tutur Sahiri.

Beban hidup yang dipikul keluarga Sahiri memang cukup berat. Tidak hanya Rivan yang tidak bisa operasi, Fajar, kakak Rivan juga terpaksa meninggalkan bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena kekurangan biaya.

foto   foto

Ket : - Para mahasiswa kedokteran Taiwan, dan relawan Tzu Chi turut menghibur para pasien anak-anak yang
            selesai menjalani operasi di ruang pemulihan. (kiri)
         - Kendala bahasa tidak menghalangi mahasiswa kedokteran dari Taiwan untuk menghibur dan berinteraksi
            langsung dengan anak-anak, serta orangtua yang dilanda ketegangan menghadapi operasi. (kanan)

”Makanya saya sangat bersyukur, Tuhan pertemukan saya dengan kegiatan baksos ini, sehingga Rivan bisa dioperasi,” ungkap Sahiri sambil menenangkan Rivan yang terus-menerus mengeluh haus.

Setelah lebih kurang satu setengah jam dirundung kecemasan menunggu operasi Rivan, akhirnya Sahiri dan Sunarti, istrinya, bisa bernafas lega melihat kondisi Rivan yang lebih baik. ”Karena langit-langit Rivan juga terbelah, maka operasi Rivan harus dilakukan secara bertahap,” ungkapnya sambil menahan haru.

Kebahagiaan tidak hanya dirasakan oleh Sahiri dan keluarga. Lebih kurang 619 pasien yang terdiri dari 348 pasien katarak, 33 pasien pterygium, 1 pasien entropion, 101 pasien minor, 111 pasien mayor, dan 25 pasien bibir sumbing, juga merasakan hangatnya kepedulian yang diberikan oleh Pusrehab Dephan dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Cinta kasih tidak hanya sebatas pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan. Ketika ketegangan melanda para orangtua yang anak-anaknya tengah mengalami operasi, maupun ketakutan yang dirasakan sang anak ketika menunggu gilirannya untuk dioperasi, para insan Tu Chi mencoba menghibur mereka dengan beberapa tarian dan nyanyian.

foto  

Ket : - Rivan lahir dengan kekurangan fisik yang menyebabkannya kesulitan makan dan bicara. Lama Sahiri
            memendam harap agar putra bungsunya dapat dioperasi.

Insan Tzu Chi yang terdiri dari para relawan Indonesia, relawan Taiwan, maupun beberapa mahasiswa kedokteran Tzu Chi Taiwan, juga mengajak para orangtua maupun anak-anak untuk turut serta menyanyi dan menari bersama mereka. Perbedaan bahasa tidak lagi menjadi batu penghalang bagi cinta kasih.

Ketegangan di awal kegiatan bakti sosial kesehatan yang dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT ke 40 Pusrehab Dephan ini, berangsung-angsur mencair dan berubah menjadi kehangatan yang penuh kekeluargaan. Dan semoga dengan semangat cinta kasih baksos kesehatan yang diadakan selama tiga hari berturut-turut (4-6 Juli 2008) ini akan berjalan dengan baik.

 

Artikel Terkait

"Membagikan dan Menggiatkan Penggunaan Masker Kain"

14 Juli 2020

1.000 masker disalurkan relawan komunitas Serpong 1 – WIK bagi masyarakat di 4 area di sekitar Tangerang Selatan, yaitu sekitar area kantor Wisma Indah Kiat, area Pasar Tradisional Ciater, area Pasar Tradisional Lembang, Ciledug serta pemberian masker kepada Yayasan Kepedulian AIDS (Syair.org). Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu 27 Juni 2020.


Berbagi Kasih dengan Anak Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Medan

Berbagi Kasih dengan Anak Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Medan

19 Juni 2017

Relawan Tzu Chi Medan Timur berbuka puasa bersama 56 orang anak di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah. Acara buka puasa ini digelar pada Selasa, 13 Juni 2017 dan diikuti sebanyak 21 relawan.

Kesabaran Potensi Perubahan

Kesabaran Potensi Perubahan

05 April 2010
Para peserta yang baru mengenal Tzu Chi pun banyak yang langsung tergugah dan berusaha mencari informasi akan keberadaan serta kegiatan Tzu Chi. “Tujuan dari kegiatan ini adalah menggugah setiap insan untuk peduli terhadap sesama,” kata Rudi.
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -