Sharing Relawan Pendamping Pasien

Jurnalis : Wie Sioeng (He Qi Timur), Fotografer : Rianto Budiman (He Qi Timur)
 
 

fotoSeorang relawan sedang mengemukakan pandangan dan pendapatnya mengenai kegiatan amal sosial atau pasien penanganan khusus di Tzu Chi.

Hari Minggu pagi saat waktu menunjukkan pukul 08:15 Wib, Mal Kelapa Gading belum beroperasi, ketika itu saya mulai memasuki mal bersamaan dengan para karyawan mal dan toko yang mulai berdatangan hendak bekerja. Pagi itu, di Jingsi Books dan Café Kelapa Gading akan ada acara pendalaman kasus yang dibawakan Jishou shixiong. Pagi itu, saya memang agak terlambat datang karena sebenarnya acara telah dimulai sejak pukul 08.00 WIB.

Sharing Antar Relawan
Saat tiba di dalam ruangan, ternyata sudah banyak relawan Tzu Chi yang hadir. Sekitar 60 relawan mengikuti acara pendalaman ini. Ketika saya tiba, acara yang sedang berlangsung adalah sharing relawan bagaimana saat-saat sedang menjalani pasien kasus dan permasalahannya. Sayang, saya tidak sempat mendengarkan seluruh sharing yang disampaikan oleh Etty shijie, ketua pasien penanganan khusus dari He Qi Timur. Sebagai relawan pasien penanganan khusus, Etty shijie sangat berdedikasi dan sepenuh hati menjalani pasien penanganan khusus hampir setiap harinya.

Apakah definisi dari pasien penanganan khusus itu?” tanya  Etty. Dalam Tzu Chi, pasien penanganan khusus adalah pemohon bantuan atau seseorang yang sedang dibantu oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Untuk menjadi pasien penanganan khusus, para pemohon harus terlebih dahulu disurvei oleh relawan Tzu Chi. Dalam menolong orang lain itu, relawan Tzu Chi justru yang harus bersyukur dan berterima kasih kepada yang diberi bantuan. “Kenapa? karena kita telah diberikan kesempatan untuk bisa berbuat baik dan melatih diri,” ujar Etty dalam sharingnya kepada kami semua.

Acara lantas terus berlanjut, setiap relawan yang selesai memberikan sharing berhak untuk menunjuk relawan lain untuk juga berbagi sharing kepada semua. Dalam sharing ini pun terungkap bahwa menjadi relawan bagian pasien penanganan khusus tidaklah mudah dan banyak permasalahan di dalamnya, baik terhadap pasien penanganan kasus itu sendiri maupun perbedaan pendapat di antara sesama relawan. Bahkan terkadang banyak pada akhirnya tidak lagi mau menjalani peran menjadi relawan pasien penanganan khusus lagi.

foto  foto

Ket : - Hari masih pagi belum pukul 8, mal belum lagi beroperasi ketika para relawan Hu Ai Gading memasuki             Mal Kelapa Gading melalui pintu karyawan untuk menuju Jingsi Books & Cafe. (kiri)
         - "Seorang relawan sedang memberikan sharing di hadapan para relawan lainnya. (kanan)

Bagaimana Pandangan Relawan Terhadap Amal Sosial
Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi dalam salah satu ceramahnya pernah membahas masalah kegiatan pasien penanganan khusus ini. Kita harus memahami budaya humanis Tzu Chi lebih mendalam. Dengan cermat, penuh kasih sayang, bijaksana, memiliki sikap menghargai kepara para pasien penanganan khusus dan yang terpenting adalah hubungan harmonis antar sesama relawan dan saling pengertian. Akhirnya semua bisa berjalan karena semua bersatu hati, ramah tamah, saling mencintai, dan bergotong royong hingga semua terselesaikan dengan baik.

Seperti yang juga dikatakan oleh Rensy shijie dalam sharingnya bahwa kasus adalah akar dari Tzu Chi.  “Peraturan di Tzu Chi tidak kaku pelan-pelan kita pasti bisa beradaptasi dengan tetap berpegang pada peraturan yang ada,” katanya. Dalam pasien penanganan khusus memang dibutuhkan banyak relawan dan kita bukan sedang melakukan penanganan kasus saja tetapi sebenarnya kita sedang mencatat sejarah. Saat menangani pasien penanganan khusus kita memang membutuhkan waktu, panjang dan berkelanjutan. “Ini adalah bentuk pertanggung jawaban kepada donatur kita, itulah bedanya Tzu Chi,” tandas Rensy shijie. Bagaimana pandangan relawan terhadap kegiatan amal sosial Tzu Chi? Seperti yang dikatakan Giok Chin shijie, sangat senang saat melihat pasien penanganan khusus sembuh dari sakit dan bersemangat kembali dalam hidupnya. Apalagi jika mereka kemudian merasakan adanya rasa syukur dalam diri sendiri dengan apa yang dimiliki mereka saat ini.  

Seperti apa yang dikatakan Master Cheng yen, Tzu Chi bermula dari amal sosial. Kegiatan Kasus adalah “Ladang Berkah”, hanya dengan menggarapnya sendiri, hasil panennya baru menjadi milik kita sendiri. Kita semua harus lebih menggenggam dengan baik jalinan jodoh dalam menggarap ladang berkah ini. Jishou shixiong mengatakan welas asih itu ada dalam setiap orang tetapi dalam menjalankan welas asih itu kita harus tepat sasaran, hingga tidak mencelakakan orang yang kita bantu. Lihatlah,  kadang gara-gara kasus, kita berbeda pendapat sendiri padahal kasus itu baru kita kenal, mengapa terhadap yang kenal lebih lama kita tidak saling memahami karena sebenarnya kita datang ke Tzu Chi untuk saling belajar.

foto  foto

Ket: - Untuk masuk ke dalam Jingsi Books & Cafe pun para relawan harus melalui pintu samping, karena             memang Jingsi books & Cafe baru akan buka pada pukul 10 pagi. (kiri).
         - Ji shou Shixiong memberikan pengantar sebelum para relawan satu persatu maju untuk memberikan             "pandangannnya mengenai kegiatan amal sosial Tzu Chi.  (kanan)

Bersatu Hati Melangkah di Jalan Bodhisatwa Dunia
Para relawan yang bergabung ke Tzu Chi dan menjadi relawan pasien penanganan pasien khusus, selalu berawal dari cinta kasih di dalam hatinya, namun dengan makin banyaknya relawan, dengan sendirinya akan terjadi banak sekali perbedaan pendapat. Karena itu, kita hendaknya dengan penuh kesungguhan hati dan niat seperti pada awalnya dapat menemukan dan menerapkan pendapat terbaik dalam mencapai tujuan bersama.

Apalagi jumlah relawan Tzu Chi terus berkembang seiring berjalannya waktu, tentu di antara mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Banyak relawan banyak juga pendapatnya, tetapi dengan banyaknya relawan tentu menbuat kekuatan cinta kasih semakin besar. Seperti perkataan yang kita simak dari Jishou shixiong dalam sharingnya, sesungguhnya sebagian besar rintangan yang terjadi selalu bersumber dari diri kita sendiri, bukan dari orang lain. Asalkan kita mau meminimalkan kekurangan kita sendiri dan memaksimalkan kelebihan kita serta selalu melihat kelebihan juga kebaikan orang lain, setiap orang akan dapat berjalan di jalan Bodhisatwa dengan lancar dan sedikit rintangan. Seperti yang ditulis Jishou shixiong dalam statusnya di facebook minggu sore yang kemudian saya jadikan sebagai judul di tulisan ini, Pendalaman Kasus Sama Dengan Pendalamam Diri Sendiri.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 12:00 Wib siang, acara kemudian ditutup dengan perhormatan kepada Master Cheng Yen, Guru kita bersama yang telah banyak menginspirasi kita semua untuk bersatu bersama menyebarkan benih-benih cinta kasih. Acara selanjutnya adalah makan siang bersama yang menunya hari itu adalah nasi kuning yang telah disiapkan oleh seksi konsumsi dengan kesungguhan hati. Gan en shixiong shijie, nikmat sekali rasanya. Gan en…Gan en…Semoga jalinan jodoh baik ini terus berkesinambungan.

  
 
 

Artikel Terkait

Penyaluran 242 Ton Beras Cinta Kasih di Jawa Barat

Penyaluran 242 Ton Beras Cinta Kasih di Jawa Barat

04 Desember 2020
Tzu Chi Bandung bersama Polda Jabar mengadakan pelepasan bantuan beras cinta kasih, Kamis 3 Desember 2020. Bantuan ini ditujukan bagi warga yang benar-benar membutuhkan.
Banjir Manado: Prajurit Semut yang Penuh Semangat

Banjir Manado: Prajurit Semut yang Penuh Semangat

11 Februari 2014
Pada tanggal 7 Februari 2014 relawan Tzu Chi mengadakan pemberian bantuan di DPU untuk warga Banjer dan Tikala Ares. Setelah melakukan pertemuan pagi dengan para warga, relawan Tzu Chi bersama-sama dengan relawan setempat membersihkan pekarangan (DPU) yang dipenuhi oleh kubangan lumpur.
Ramai-ramai Melatih Diri di TIMA Indonesia

Ramai-ramai Melatih Diri di TIMA Indonesia

10 Juli 2017

“Saya mantap mau menjadi anggota TIMA. Di sini memang beda seperti tempat lain. Misalnya baksos, bukan untuk menolong orang lain saja, tapi ada pengembangan diri. Jadi kita juga bisa berkembang menjadi insan yang lebih baik,” ujar dr. Revie Rendita Suhardi (27) saat mengikuti pelatihan calon anggota TIMA Indonesia, di Tzu Chi Center Jakarta, Minggu, 9 Juli 2017.

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -