Stroberi dan Kakek Guru ( Bagian 1 )

Jurnalis : Indri Hendarmin (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
 
 

foto
Pada tanggal 2 Agustus 2012, Bedah Buku He Qi Utara memberikan kesempatan kepada adik-adik Tzu Ching untuk memberikan sharing dengan tema yang dibawakan mempunyai judul yang sangat unik yakni “Stroberi dan Kakek Guru”.

Pada tanggal 2 Agustus 2012 kegiatan Bedah Buku He Qi Utara bertempat di Jing Si Books & Café Pluit kembali dilaksanakan. Acara yang dihadiri sebanyak 36 orang ini dipandu SjukurShixiong sebagai pembawa acara. Kesempatan yang berbahagia ini kami berikan kepada adik-adik kami dari Tzu Ching untuk memberikan sharing, tema yang dibawakan Tzu Ching kali ini juga mempunyai judul yang sangat unik yakni “Stroberi dan Kakek Guru”. Diawal acara sesuai dengan judulnya, Tzu Ching  datang dengan membawakan sekeranjang buah Stroberi, membuat peserta yang hadir pada hari ini tersenyum-senyum bahkan ada yang berkata, “wah, boleh dong dibagikan pada kami.”

Bila membicarakan buah stroberi semua orang tentu pasti mengetahuinya, buah berwarna kemerahan yang mempunyai rasa asam ini sangat disukai banyak orang terutama oleh kalangan anak-anak. Tetapi apakah hubungan antara Buah stroberi dengan Kakek guru? Kakek Guru merupakan panggilan Tzu Ching kepada Master Cheng Yen. Sebenarnya apakah yang ingin disampaikan Tzu Ching kepada kami semua yang hadir dalam acara bedah buku hari ini berkaitan dengan Buah Stroberi.

Yang paling pertama sharing adalah Juliana Santy Shijie, yang menjawab penasaran kami terhadap tema pada hari ini. Dalam sharingnya Juliana Shijie juga memutarkan kami video ceramah Master Cheng Yen mengenai buah Stroberi. Generasi stroberi merupakan sebutan bagi generasi muda yang tidak mudah menerima tekanan, tidak mau bekerja keras seperti, manja, egois, dan lainnya. Orang dalam generasi ini mendapatkan perlakuan yang over protective dari orang tua mereka yang mapan, bagaikan buah stroberi yang tumbuh dalam rumah kaca yang mempunyai nilai lebih tinggi dan bentuk yang indah diluarnya, namun buah tersebut mudah sekali hancur.

foto   foto

Keterangan :

  • Dalam sharingnya Juliana Shijie yang juga relawan Tzu Ching memutarkan video ceramah Master Cheng Yen mengenai buah Stroberi.Master Cheng Yen mengharapkan agar generasi muda-mudi bagaikan generasi bola baja (kiri).
  • Martha Khosyahri Shijie yang memperkenalkan Tzu Ching kepada para peserta Bedah Buku, mulai dari visi, misi, dan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Tzu Ching (kanan).

Generasi stroberi, tentu saja hal ini tidak diinginkan Master Cheng Yen. Beliau mengharapkan agar generasi muda-mudi bagaikan generasi bola baja (Steel Ball Generation), kuat dan bersinar, karena generasi muda-mudi sebagai generasi penerus nantinya di harapkan agar mengerakkan dunia supaya penuh dengan harapan. Master Cheng Yen mengharapkan agar Tzu Ching dapat menggerakkan kaum muda masa kini untuk menghilangkan sebutan “generasi stroberi”. Dengan cinta kasih dan welas asih bersama-sama bergerak agar setiap orang-orang di dunia dapat memandang kaum muda dengan cara pandang berbeda, membuat dunia ini dipenuhi harapan.

Mengenal Tzu Ching
Dilanjutkan dengan sharing Martha Khosyahri Shijie yang memperkenalkan Tzu Ching, Tzu Ching adalah singkatan dari Tzu Chi Da Zhuan Qing Nian Lian Yi Hui (Perkumpulan Muda-mudi Perguruan Tinggi Tzu Chi) yang berusia 18 hingga 25 tahun dan belum menikah. Jadi Tzu Ching adalah relawan muda-mudi Tzu Chi yang ada di dalam lingkup Universitas. Sebagai suatu komunitas dari organisasi tentunya pasti memiliki visi dan misi Tzu Ching. Visi Tzu Ching adalah dengan semangat Buddha yang welas asih, bahagia dan mau memberi, menumbuhkan pengetahuan nurani dan meningkatkan kemampuan nurani, membina pemuda masa kini. Misi Tzu Ching adalah di sekolah tekun belajar dan di waktu libur giat berbakti pada masyarakat. Bergabung dalam barisan tzu chi bagaikan bergabung ke dalam sebuah keluarga besar. Ada kakek guru (shigong shangren), ada paman dan bibi seperguruan (shigu-shibo), Ada kakak kelas (xue zhang-xue jie), ada juga teman seangkatan (tong xue). Di Indonesia sendiri adanya Tzu Ching diawali  dengan GMTC (Generasi Muda Tzu Chi) dan Tzu Ching Indonesia diresmikan tepat pada tangal 7 september 2003, kini di tahun 2012 Tzu Ching juga telah terbentuk di salah satu propinsi di Indonesia di pulau Kalimantan yakni Singkawang. (bersambung)

 

 
 

Artikel Terkait

Zhen Shan Mei Day 2023: Mencatat Sejarah, Menjadi Mata dan Telinga Master Cheng Yen

Zhen Shan Mei Day 2023: Mencatat Sejarah, Menjadi Mata dan Telinga Master Cheng Yen

27 November 2023

Zhen Shan Mei Day digelar pada 25-26 November 2023 dengan tema “Mewariskan Jejak Bodhisatwa”. Sebanyak 94 relawan dari seluruh wilayah Indonesia antusias mengikuti kegiatan ini.

Pelatihan 4 in 1: Mengubah Kesadaran menjadi Kebijaksanaaan

Pelatihan 4 in 1: Mengubah Kesadaran menjadi Kebijaksanaaan

12 Maret 2023
Selama dua hari, yaitu 11-12 Maret 2023, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Kamp Pelatihan 4 in 1 yang pertama di tahun 2023. Kamp berlangsung di Gedung Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara dan dihadiri 500 relawan Tzu Chi dari belasan kota di seluruh Indonesia.
Baksos Kesehatan Tzu Chi untuk Warga Desa Takari, NTT

Baksos Kesehatan Tzu Chi untuk Warga Desa Takari, NTT

15 April 2021

Tim Medis Tzu Chi Memberikan pelayanan pengobatan untuk warga korban banjir bandang di Takari, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Rabu, 14 April 2021.

Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -