Suara Kasih: Acara Makan Bersama

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Mengadakan Acara Makan Bersama

 

Mengadakan acara makan bersama di akhir tahun
Sekolah menjadi lingkungan yang mendidik anak-anak menciptakan berkah
Lautan Dharma sungguh tak bertepi
Janganlah meremehkan kebajikan kecil

Lihatlah acara makan bersama di RS Tzu Chi Taipei yang penuh kehangatan.Di cuaca yang begitu dingin, para staf medis memberi kehangatan dengan berkumpul bersama. Lihatlah para relawan rumah sakit dan para pasien saling berinteraksi dengan harmonis. Demikian pula dengan RS Tzu Chi Taichung. Dalam acara makan bersama ini, seluruh staf RS, apoteker, dan lain-lain juga mengadakan baksos kesehatan, memberikan penyuluhan kesehatan, dan memerhatikan para pasien. Kemarin, acara makan bersama di Hualien juga penuh dengan kehangatan. Para relawan membantu menggunting rambut,mencuci rambut, mencukur kumis, serta menulis ucapan Tahun Baru Imlek.

Kita juga bisa melihat seorang pasien penerima bantuan yang mengikuti kelas bedah buku, ia berkata ”Dahulu, saya adalah orang yang bisa melakukan semua kejahatan. Saya memiliki kehidupan yang menyimpang. Setelah mengikuti kelas bedah buku,tabiat saya pun berubah. Kini saya telah bergabung dengan Tzu Chi,karenanya saya harus datang ke sini untuk berbagi kisah saya dengan kalian. Saya juga akan mengundang teman-teman saya untuk bergabung dengan Tzu Chi. Saya ingin mengubah diri dan mengubah mereka secara perlahan-lahan.” Kemarin, anak-anak dari SD Tzu Chi Hualien mengadakan pementasan adaptasi Sutra dengan sangat rapi. Mereka bernyanyi sambil memeragakan isyarat tangan. Setiap gerakan yang mereka peragakan sungguh memenuhi standar. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.

Kita juga melihat siaran berita Da Ai TV tentang upacara serah terima gedung SD di Perumahan Cinta Kasih di Shanlin pada tanggal 15 Januari lalu. Anak-anak merasa sangat senang. Sekelompok anak suku asli ini pernah mengalami bencana Topan Morakot yang menghancurkan sekolah mereka. Karena itu, selama lebih dari 2 tahun, mereka harus pergi ke tempat lain untuk mendapatkan pendidikan. Kini, mereka telah memiliki sekolah  di desa sendiri. Kita membantu membangun gedung sekolah  yang sangat indah bagi mereka. Meski sekolah itu kecil, namun terasa sangat luas dan nyaman.

Saya sering berkata bahwa pendidikan tak hanya berada di ruang kelas, tempat siswa mendengar penjelasan dari guru. Sesungguhnya, lingkungan sekitar juga bisa mendidik dan memengaruhi anak. Saat melihat proyek pembangunan sekolah itu, saya sudah merasa bahwa sekolah itu dapat membantu membimbing anak-anak. Jadi, banyak orang yang berkata bahwa selain memberi pengetahuan, kita juga harus mengajarkan budaya humanis.

Beberapa hari lalu, proyek pembangunan Perumahan Cinta Kasih di Laiyi juga telah rampung. Jadi,warga bisa merayakan Tahun Baru Imlek di rumah baru. Inilah sukacita menjelang Imlek. Lihatlah para warga menempati rumah baru dengan penuh sukacita. Sesungguhnya, yang paling gembira adalah insan Tzu Chi karena setiap karung pasir dan batu bata untuk pembangunan itu tercukupi berkat kerja keras mereka. Setiap orang berkontribusi dan menghimpun tenaga untuk bersumbangsih. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih, penuh sukacita, dan penuh syukur. Sukacita ini diperoleh karena setiap orang menyerap Dharma ke dalam hati. Jadi, setiap orang  menjangkau orang yang hidup menderita dengan hati Bodhisatwa.

Di mana pun ada penderitaan, Bodhisatwa selalu berharap untuk membebaskan penderitaan dan memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Saat melihat orang lain menderita, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan dari penderitaan dan memberikan sukacita serta rasa nyaman kepada mereka. Inilah hal yang paling membahagiakan bagi para Bodhisatwa. Jadi, tekad Bodhisatwa berasal dari hati yang telah menyerap Dharma. Dengan demikian, barulah kita bisa menanam benih kebajikan serta dipenuhi sukacita dan rasa syukur. Inilah cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Para insan Tzu Chi mengubah batin yang menderita menjadi sukacita dan menginspirasi orang lain untuk membantu sesama.

Seorang relawan berkata ”Saya sangat senang menjadi relawan karena bisa sering melayani masyarakat. Saya merasa sangat baik dan bahagia. Dahulu saya tak bisa memerhatikan orang lain. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya menjadi lebih berhati lapang. Setiap melihat ada pekerjaan, saya selalu merasa lakukan saja.” Kita juga bisa melihat  sepasang kakak adik di Xinzhu. Mereka mendonasikan koin dari celengan bambu yang mereka sisihkan selama setahun. Selama setahun, anak-anak menumbuhkan  hati yang teguh  agar tak menggunakan uang yang mereka sisihkan. Hal ini sangat bermakna. Mereka mengerti untuk mengendalikan diri dan mewujudkan tekad mereka untuk membantu orang lain.

Sebersit niat ini telah membuat mereka bebas dari kemiskinan. karena hati mereka penuh dengan  keinginan untuk menolong orang lain. Meski kini mereka masih memerlukan bantuan dan perhatian orang lain, namun batin mereka telah terbebas dari kemiskinan. Jadi, inilah cara kita membimbing kaum papa untuk memperkaya spiritual. Jika kaya secara spiritual, maka di kehidupan mendatang mereka akan kaya.

Buddha berkata bahwa pikiran adalah pelopor segala sesuatu. Asalkan kita belajar membantu orang sejak kecil dan terus mempertahankan niat tersebut, maka berarti kita tengah menanam benih berkah. Inilah yang disebut mengakumulasi setetes demi setetes benih berkah. Hal ini sama seperti kita menanam benih-benih padi yang kemudian akan bertunas dan bertumbuh. Sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga. Pohon besar juga berasal dari sebutir benih. Setelah benih pohon ditanam, dia akan tumbuh besar dan menghasilkan banyak buah setiap tahunnya. Semua itu berasal dari sebutir benih. Jadi, kita harus menanam benih baik di dalam pikiran setiap orang. Inilah cara kita membimbing anak-anak serta semua orang di dunia ini untuk mengikis benih ketamakan di dalam hati untuk mengikis benih ketamakan di dalam hati dan mengubahnya menjadi sebutir benih yang bisa membantu orang lain. Dengan demikian,  maka akan ada banyak orang yang berbuat baik dan memupuk benih baik di dalam pikiran.

Singkat kata, janganlah kita meremehkan kebajikan kecil. Jika setiap orang bisa saling mengasihi, maka dunia ini akan penuh dengan kehangatan. Di mana pun berada, asalkan ada Bodhisatwa dunia, maka orang yang berada di tempat itu akan bisa merasakan kehangatan keluarga. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Melihat mereka makan bersama dengan penuh sukacita, saya sungguh merasakan kehangatan. Bodhisatwa sekalian, terima kasih. Tanpa sumbangsih seluruh insan Tzu Chi, dunia ini tak akan ada kehangatan seperti itu. Singkat kata, ada banyak hal yang patut saya syukuri. Saya berharap kita bisa lebih giat  menggalang Bodhisatwa dunia. Semoga dunia aman dan tenteram  serta bebas dari bencana. Ini semua bergantung pada sebersit niat. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Menggali Potensi dalam Diri

Menggali Potensi dalam Diri

26 April 2016
Pada Minggu, 3 April 2016, He Qi Pusat kembali mengadakan kegiatan gathering bagi anak asuh di kantor sekretariat He Qi Pusat, Gedung ITC Mangga Dua lantai 6.
Hari Bersejarah Bagi Warga Palu dan Sigi

Hari Bersejarah Bagi Warga Palu dan Sigi

06 September 2021
Tzu Chi Indonesia bersama TNI dan Pemprov Sulawesi Tengah meresmikan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako di Palu dan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Pombewe di Sigi.
Internasional : Rute Daur Ulang Ding Hua

Internasional : Rute Daur Ulang Ding Hua

11 Januari 2011 Mengelilingi Kota Kaohsiung dengan motornya, Ding Hua seorang relawan daur ulang berhenti di setiap toko minuman yang ditemuinya. Setelah membeli minum, dengan senyum hangatnya ia menanyakan, “Apakah bosmu ada?“
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -