Suara Kasih: Bagaikan Merawat Diri Sendiri

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

   Merawat Pasien Bagai Merawat Diri Sendiri

 

Kebijaksanaan dapat mengubah pandangan orang
Membina hubungan yang baik antara dokter dengan pasien
Merawat pasien bagai merawat diri sendiri
Mengadakan pameran lukisan dari seorang pasien yang pemberani

Kita dapat melihat begitu banyak orang yang berdedikasi penuh dalam mengobati berbagai penyakit pasien agar batin dan fisiknya bisa kembali sehat. Namun, setiap orang di dunia ini tak luput dari proses lahir, tua, sakit, dan mati. Inilah kodrat alam. Semua orang pasti mengalami proses ini. Orang yang memiliki berkah akan bertemu dengan seorang dokter yang mengasihinya bagai Buddha. Untuk itu, kita menyebutnya “Tabib Agung”. Para dokter tak hanya mengobati pasien, tapi juga meyembuhkan hati mereka. Ini karena mereka telah mengembangkan layaknya sang Buddha. Tujuan Buddha datang ke dunia adalah menyelamatkan dan membimbing manusia ke jalan yang benar serta mengembangkan kebijaksanaan mereka. Sang Buddha ingin menyelamatkan mereka dari lautan penderitaan yang tak bertepi. Saat kerisauan dan noda batin lenyap, mereka pun akan terbebas dari penderitaan. Inilah yang dimaksud dengan menuju pantai kebahagiaan. Buddha dan Bodhisatwa datang ke dunia untuk membimbing manusia agar terlepas dari kesengsaraan dan lautan penderitaan.

Para dokter di Rumah Sakit Tzu Chi tak hanya memiliki keterampilan medis, tetapi juga memahami Dharma demi menyelamatkan hati sesama. Dalam pementasan Sutra kali ini, mereka juga turut ambil bagian. Setiap orang berlatih keras, bervegetarian, membersihkan noda batin, serta mengubah tabiat buruk. Semua staf dari 6 Rumah Sakit Tzu Chi mempraktikkan ini. Setiap orang dengan penuh ketulusan mengambil bagian dalam pementasan sutra. Melihat dedikasi mereka, saya sungguh tersentuh. Para dokter merendahkan hati dalam mempelajari kebenaran hidup. Sesungguhnya mereka sangat sibuk, terutama para dokter yang berada di Dalin karena mereka juga tengah menghadapi akreditasi. Ditambah lagi banyak pasien yang memerlukan perawatan dan pengobatan. Beban mereka sungguh berat.

 

Dalam kesempatan berkunjung ke Dalin awal bulan Juli lalu, saya pun berkata pada Kepala Rumah Sakit dr. Chien, “Karena tengah menghadapi akreditasi, kalian boleh tak ikut dalam pementasan ini. Kalian bisa menjadi penonton dan tak perlu berlatih mempersiapkan diri lagi.” Ia pun menjawab, “Kami tetap akan ambil bagian. Alasan utama saya ikut serta adalah bisa membantu memfokuskan pikiran saya. Praktik pertobatan ini sangat bagus. Hal ini membuat kami merenungkan apakah ada yang bisa kami lakukan dalam meningkatkan perawatan medis.” Ia begitu yakin dan berkata pada saya, “Setelah akreditasi selesai, kami akan mengejar ketinggalan.” Dalam hati saya berpikir: Bagaimana mungkin kalian bisa mengejarnya sedangkan orang lain telah berlatih selama hampir 6 bulan lamanya?” Namun, mereka telah mencapainya.

 

Dalam pementasan pertama di Kaohsiung, salah satu pembawa acaranya adalah dr. Chien. Saya sangat kagum juga berterima kasih kepadanya. Sebagai seorang dokter, ia memiliki banyak tanggung jawab dan sudah cukup sibuk. Ia baru mulai latihan pada bulan Agustus. Lihat bagaimana relawan kita mengajarinya. Ketika diminta berlutut, ia pun berlutut. Ketika diminta mengangkat lengan, ia pun melakukannya. Ia sangat menurut dan mengagumkan. Sebagai kepala rumah sakit, ia memiliki posisi yang tinggi. Namun, ia bisa merendahkan hatinya  untuk mendengarkan aba-aba dari relawan. Salah seorang staf rumah sakit memanfaatkan waktu luang untuk mengajarinya. Ia mengoreksi dan mengajarkan cara yang benar. “Harus lebih tinggi lagi. Setinggi ini, lebih luas lagi, lebih tegak, dan lebih khidmat lagi,” kata relawah mengajari dr. Chen.

Lihat bagaimana ia mengikuti setiap instruksi. Ia sangat rendah hati. Ia harus mengulangi gerakan yang sama hingga posisinya benar dan memiliki kekuatan yang khidmat. Mereka berlatih dengan sangat intensif. Dalam setiap detik, mereka begitu giat mempraktikkan Dharma. Saya selalu berkata bahwa Dharma berada di mana pun dan dapat dibabarkan setiap saat. Sungguh, saya tak tahu bagaimana cara para dokter ini menggunakan waktunya yang sangat terbatas. Hanya satu kata: “giat”. Mereka sangat giat, fokus, dan berkomitmen. Inilah semangat Bodhisatwa. Saya sangat tersentuh. Tak hanya dr. Chien, dr. Chen dan dr. Lai juga melakukan hal yang sama. Begitu juga dengan dr. Chang Chun Ming. Sehari sebelumnya ia melakukan transplantasi hati yang menghabiskan waktu lebih dari 10 jam. Setelah itu, ia turut ambil bagian dalam pementasan. Dokter Su juga bersungguh hati mengikutinya. Ia bilang bervegetarian sangat efektif menurunkan berat badan. Berat badannya turun setelah ia bervegetarian. Dan kini, ia merasa jauh lebih baik. Ia sangat berbeda sekarang, lebih tampan. Jadi, bervegetarian dapat membuat badan dan pikiran menjadi sehat dan dipenuhi sukacita.

Seluruh staf rumah sakit Tzu Chi bersatu dan saling membagikan semangat ini. Saya sungguh kagum pada mereka. Selain itu, saya juga mendengar presentasi kasus mereka yang melaporkan bahwa ada seorang pasien muda yang sangat menderita karena penyakitnya. Di usia 15 tahun, ia didiagnosis menderita penyakit turunan. Ketika dr. Chen hendak menceritakan kasus tersebut, suaranya mulai tersendat. ”Awalnya, ia tak membiarkan kami membagikan kisahnya kepada orang lain karena ia tak melihat sinar harapan untuk masa depannya. Karena para relawan begitu memerhatikan dan menyayanginya dalam jangka panjang, ia pun mulai membuka hatinya,” cerita dr. Chen.

Gadis ini mulai menjadi pasiennya sejak umur 17 tahun. Saat itu ada ibunya yang menemani, namun kini ibunya telah meninggal. Ia memiliki satu adik perempuan dan satu adik laki-laki. Ketiga anak ini mempunyai penyakit yang sama. Penyakitnya mulai mendera saat ia berusia 15 tahun. Walaupun keadaannya parah, tapi ia tak menyerah. Karena ia tak pernah menyerah, para dokter juga berusaha menyembuhkannya. Kerjasama ini terjalin selama 8 tahun lamanya dan dokter telah melakukan 6 kali operasi besar. Anak ini sangatlah tekun. Ia tak pernah berhenti menuntut ilmu dan senantiasa dipenuhi rasa syukur. Ia sangat pemberani. Selain itu, ia pandai melukis. Kami menggelar pameran lukisannya di dalam RS Tzu Chi Dalin, lukisannya sungguh bagus.

Singkat kata, staf medis tak hanya mengobati pasien, tetapi juga peduli akan keluarganya, menjaga kehidupan serta kesehatan batinnya. Para dokter memerhatikan pasien karena turut merasakan penderitaannya dan mengganggapnya bagai keluarga sendiri. Antara dokter dan gadis itu telah terjalin hubungan yang baik. Gadis muda itu sangat berterima kasih kepada para staf medis karena telah memberinya kehidupan baru. Kebijaksanaan dan kasih sayang mereka telah membuatnya memiliki pandangan yang benar. Singkat kata, ada banyak lagi kisah yang menyentuh. Untuk itu, saya selalu mendorong kalian untuk sering menyaksikan Da Ai TV karena saya tak punya banyak waktu untuk berbagi. Sangat banyak kisah yang menyentuh. Singkat kata, manfaatkanlah setiap waktu yang kita miliki. Diterjemahkan oleh Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Gempa Palu: Menghimpun Cinta Kasih untuk Palu

Gempa Palu: Menghimpun Cinta Kasih untuk Palu

05 Oktober 2018
Gempa Palu yang terjadi persis satu minggu lalu mendatangkan kepiluan mendalam bagi korban dan keluarganya. Masyarakat diberbagai belahan dunia pun turut berempati dengan mengadakan doa bersama dan galang dana.
Suara Kasih : Anti Virus dalam Hati

Suara Kasih : Anti Virus dalam Hati

17 Maret 2011 Tingkat kebijaksanaan berbicara mengenai sikap yang giat dan penuh semangat. Dalam melatih diri, kita harus penuh semangat. Dengan demikian, kebijaksanaan kita akan bersinar terang sehingga segala sesuatu yang tak murni akan lenyap. Inilah kekuatan kebijaksanaan yang dapat melenyapkan pikiran menyimpang.
Kabar Baik dari Bayi Fabian

Kabar Baik dari Bayi Fabian

20 Januari 2017

Sebelas bulan yang lalu, Fabian lahir ke dunia. Keluarganya menyambut bayi laki-laki ini dengan sukacita. Namun kesedihan kemudian menggelayuti perasaan mereka. Kondisi Fabian cukup kritis. dr. Siska Mardani yang menanganinya berupaya maksimal untuk menstabilkan Fabian. Kini mereka bertemu lagi.

Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -