Suara Kasih: Harapan dari Pendidikan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
.
 

Judul Asli:

Harapan dari Pendidikan Moralitas

      

Mewariskan moralitas kepada anak-anak
Menjalani kehidupan dengan langkah mantap dan menyebarkan benih cinta kasih
Mengasihi dan melindungi bumi agar tidak terluka
Senantiasa mawas diri dan berhati tulus serta menyadari hakikat murni

Melihat angkatan demi angkatan wisudawan yang menerima pendidikan kita, saya merasa lebih tenang. Pendidikan adalah harapan bagi manusia, juga merupakan harapan bagi masyarakat. Anak-anak harus dibimbing dengan baik agar setelah lulus sekolah, mereka bisa berkontribusi bagi masyarakat dan menjadi insan yang berkualitas. Terlebih lagi, kita dapat melihat upacara wisuda Tzu Chi berlangsung dengan sangat khidmat. Upacara wisuda Institut Teknologi Tzu Chi dan Universitas Tzu Chi selama dua hari ini sungguh membuat saya tersentuh.

Kita juga mendengar seorang wisudawan yang berbagi bahwa selama bersekolah di Tzu Chi, banyak ayah dan ibu asuh yang mengasihi mereka. “Sesungguhnya, saat pertama kali menghadiri pertemuan dengan ayah dan ibu asuh, kami merasa sangat jenuh dan tak berminat. Kami merasa seperti terpaksa. Hingga suatu kali, kami menyadari Ibu Suzhen sering tidak datang. Kemudian, kami baru tahu bahwa beliau jatuh sakit. Kami juga pergi menjenguknya saat hari libur. Akan tetapi, pada suatu hari, kami menerima telepon yang mengabarkan bahwa Ibu Suzhen meninggal dunia. Berita itu datang begitu cepat. Kami sama sekali tidak siap menerimanya,” kata salah seorang murid.

”Di dalam pikiran saya terus terbayang setiap pukul 10 malam, Ibu Suzhen akan mengirim pesan melalui MSN untuk bertanya, ’anak-anak, bagaimana kabar kalian hari ini? Belakangan ini cuaca agak dingin, ingatlah untuk mengenakan pakaian hangat. Hari sudah malam, tidurlah lebih awal.’ Perhatian dan nasihatnya terus muncul di dalam pikiran saya. Setelah Ibu Suzhen meninggal dunia, kami menjadi sangat menghargai setiap pertemuan dengan ayah dan ibu asuh. Kami juga sangat menantikan pertemuan-pertemuan berikutnya dengan ibu asuh. Kami sangat berterima kasih kepada pihak sekolah karena ada begitu banyak ayah dan ibu asuh sehingga kami bisa belajar banyak hal. Kami belajar bagaimana mencurahkan cinta kasih dan perhatian. Kami juga menjadi lebih dewasa,” sambungnya. Pada awalnya, mereka sangat tidak terbiasa dan merasa, “Apakah itu diperlukan?” Akan tetapi, sekelompok ayah dan ibu asuh itu selalu bersumbangsih tanpa keluh kesah dan penyesalan. Mereka selalu diam-diam memerhatikan dan mendampingi para siswa Tzu Chi. Hingga saat salah seorang ibu asuh yang bernama Hong Suzhen meninggal dunia akibat kanker hati, semua orang merasa sangat kehilangan”.

Para siswa merasakan duka yang dalam. Siswi itu merasa bahwa cinta kasih sepenuh hati yang dicurahkan oleh ayah dan ibu asuh telah membasahi batin mereka sehingga jiwa kebijaksanaan mereka bisa terus bertumbuh. Setelah mendengar siswa itu berbagi, saya merasa sangat tersentuh. Kita juga melihat bagaimana anak anak tumbuh dewasa dengan cepat.  

Kita dapat melihat Yuejiao. Dia adalah wakil dari orang tua murid. Saya masih ingat saat Tzu Chi baru berdiri, Ibu Yuejiao adalah anggota komite Tzu Chi. Namanya adalah Jing Wen. Jadi, Jing Wen juga mengajak suami, putra, dan putrinya untuk bergabung dengan Tzu Chi. Pada saat itu, Yuejiao masih sangat muda. Usianya lebih kurang sama dengan putranya sekarang. Tak terasa kini dia sudah menikah dan anaknya sudah lulus dari Universitas Tzu Chi. Anaknya telah tumbuh menjadi anak yang patuh, dewasa, serta mengerti untuk berbakti dan berbuat baik. Inilah budaya humanis dalam misi pendidikan Tzu Chi.

Melihat upacara wisuda selama dua hari itu, saya sangat tersentuh dan bersyukur. Tentu saja, saya sangat berterima kasih kepada para orang tua yang sangat memercayai Tzu Chi dan menyekolahkan anaknya di Sekolah Tzu Chi. Saya juga sangat berterima kasih kepada para siswa  yang telah menerima bimbingan kita sehingga mereka bisa begitu tertib dan lulus dengan lancar. Saya lebih berterima kasih kepada ayah dan ibu asuh yang telah bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih. Saya juga sangat berterima kasih kepada para guru yang telah membimbing dan mendampingi para siswa.

Sungguh, pendidikan masa kini merupakan suatu isu yang sulit. Terlebih lagi, pendidikan tinggi jauh lebih sulit. Tentu saja, kita sangat berharap misi pendidikan kita bisa terus maju. Saya berharap para guru Tzu Chi bisa lebih giat dan bersungguh hati. Ini karena zaman terus berubah dan hati anak muda bagaikan sedang ”terbang”. Kita harus membimbing anak-anak agar bisa berjalan ke arah yang benar. Semoga anak-anak bisa menjalani kehidupan dengan langkah mantap dan tidak hidup di dalam angan-angan. Karena itu, kita harus bersungguh hati.

Saya berterima kasih kepada semua insan Tzu Chi yang telah membantu pencapaian Empat Misi Tzu Chi sehingga kita memiliki misi amal untuk membantu sesama, misi kesehatan untuk melindungi kehidupan manusia, misi pendidikan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, dan misi budaya humanis untuk menyebarkan prinsip-prinsip dalam kehidupan dan membentangkan jalan kebenaran. Banyak sekali hal yang patut saya syukuri. Akan tetapi, kini empat unsur alam sungguh tidak selaras. Kita yang tinggal di bumi ini bukankah harus lebih berintrospeksi, lebih mawas diri, dan lebih berhati tulus?

Pagi tanggal 10 Juni, saat kita sedang melakukan kebaktian pagi, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan terasa guncangan yang kuat. Ternyata telah terjadi gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter. Inilah ketidakselarasan unsur tanah. Ketidakselarasan unsur tanah terjadi karena populasi manusia sudah terlalu banyak. Beban yang dipikul bumi ini sungguh berat. Selain itu, gaya hidup manusia telah menciptakan banyak sampah dan menguras banyak sumber daya alam. Saat menguras sumber daya alam, kita juga telah menciptakan banyak polusi. Pikirkanlah, berapakah sisa sumber daya alam yang masih bisa kita kuras? Bumi pertiwi ini sudah terluka.

Kita tinggal dan bergantung hidup pada bumi ini, tetapi tidak tahu bagaimana mengasihi dan melindungi bumi ini. namun juga memerlukan tanaman pangan yang tumbuh di bumi ini untuk bertahan hidup. Akan tetapi, kita malah terus mengeksploitasi bumi demi membangun lebih banyak jalan dan rumah. Hal ini telah mengakibatkan bumi terluka parah. Melihat bumi yang telah terluka parah, saya sungguh merasa tidak tega. Ada pula pertikaian antarmanusia yang terjadi akibat perbedaan keyakinan. Pada dasarnya semua keyakinan mengajarkan tentang kebaikan. Hanya saja, batin manusia yang tidak selaras mengakibatkan pertikaian antar manusia menjadi tidak terbendung.

Pertikaian yang terjadi di Myanmar kali ini entah akan mendatangkan dampak buruk seperti apa. Entah apa yang akan terjadi dengan kehidupan masyarakat Myanmar kelak. Saya sungguh mengkhawatirkan mereka. Kita juga dapat melihat di Inggris terjadi hujan lebat yang mendatangkan bencana banjir. Belakangan ini, kita juga sering mendengar berita tentang kebakaran hutan di AS sejak akhir bulan Mei yang terus meluas ke tujuh negara bagian lainnya yang telah menyebar ke tujuh negara bagian. Kobaran api di tujuh negara bagian itu masih belum bisa dipadamkan.

Demikikan pula dengan kebakaran hutan di Colorado, Amerika Serikat. Kobaran api terus meluas ke wilayah lainnya. Kobaran api kali ini sangat besar. Inilah ketidakselarasan unsur api. Melihat ketidakselarasan unsur tanah, unsur air, dan unsur api, saya sungguh merasa khawatir. Bencana akibat ulah manusia dan bencana alamterus terjadi tanpa henti. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Melihat berbagai bencana terjadi di dunia, bolehkah kita tidak meningkatkan kesadaran? Karena itu, kita sungguh harus mawas diri dan berhati tulus. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 
 

Artikel Terkait

Puluhan Tahun Berharap Punya Rumah Layak

Puluhan Tahun Berharap Punya Rumah Layak

08 Agustus 2023

Program Bedah Kampung Tzu Chi menorehkan kisah para warga yang telah puluhan tahun memimpikan rumah yang layak huni. Melalui program ini, mimpi itu tak hanya sekadar mimpi karena tak lama lagi mimpi punya rumah yang layak terwujud.

Suara Kasih: Meringankan Penderitaan Sesama

Suara Kasih: Meringankan Penderitaan Sesama

15 November 2011 Bencana yang terjadi dalam sekejap sungguh membuat orang tak berdaya. Kita tak dapat menghentikan ketidakkekalan. Ketidakselarasan empat unsur alam mengakibatkan bencana terjadi silih berganti. Kita harus mawas diri dan berhati tulus.
Perhatian Untuk Korban Kebakaran di Kota Binjai

Perhatian Untuk Korban Kebakaran di Kota Binjai

11 Mei 2020

Relawan Tzu Chi Medan komunitas Hu Ai Binjai memberikan bantuan paket kebakaran kepada 3 kepala keluarga yang rumahnya terkena musibah kebakaran di Kecamatan Binjai Barat.

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -