Suara Kasih: Membangkitkan Kebijaksanaan di Ladang Pelatihan Batin

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Membangkitkan Kebijaksanaan di Ladang Pelatihan Batin

Jalinan jodoh buruk membawa penderitaan Membangkitkan kebijaksanaan dengan melatih diri di ladang pelatihan batin
Bersumbangsih tanpa pamrih dan menyatu dengan ajaran Buddha
Giat menciptakan berkah dengan penuh rasa syukur

Ini adalah adik-adik saya. Mereka berdua adalah keponakan saya. Master mendirikan Dunia Tzu Chi bagi kita untuk melatih diri. Beliau telah membentangkan sebuah Jalan Bodhisatwa yang lurus dan lapang untuk kita tapaki. Saya sering berkata bahwa banyak hal di dalam hidup ini yang berada di luar kendali kita. Benih dan jalinan jodoh pada kehidupan lalu mengondisikan kita terlahir pada masa sekarang ini. Karena itu, setiap orang terlahir dalam keluarga dan latar belakang yang berbeda-beda. Di dunia ini, manusia hidup dalam kondisi yang berbeda-beda. Inilah yang dikatakan Buddha di dalam Sutra. Semua makhluk terlahir ke dunia sesuai dengan benih yang mereka tanam. Kita tidak bisa memilih ingin dilahirkan di mana. Akan tetapi, pada akhirnya, kita bisa menentukan sendiri arah hidup kita. Arah hidup yang kita tempuh sekarang adalah bergabung dengan Tzu Chi dan mengubah segala tabiat buruk kita.

“Pascatopan Ketsana di Filipina tiga tahun lalu, saya baru mengenal Tzu Chi. Saya akan memanfaatkan setiap detik dalam kehidupan saya untuk giat mengemban misi Tzu Chi.” Bodhisatwa lansia dari Filipina ini sungguh membuat orang tersentuh. sungguh membuat orang tersentuh. Dia mulai mengenal Tzu Chi saat Topan Ketsana mendatangkan bencana bagi Filipina. Inilah yang disebut jalinan jodoh. Bodhisatwa datang karena adanya makhluk yang menderita. Bencana banjir di Filipina pada saat itu mematangkan jalinan jodoh Tzu Chi untuk memberikan bantuan lewat program pemberian upah. Kontribusi kita telah menginspirasi banyak warga setempat.

Setelah bergabung dengan Tzu Chi, kini mereka memiliki hati Bodhisattva dan kehidupan yang berbeda dengan sebelumnya. Kini mereka semua sangat tekun dan bersemangat. Tadi saya juga mendengar seorang relawan dari Afrika Selatan berbagi. Lihatlah, hubungan keluarganya kurang baik satu sama lain. Ini karena benih dan jalinan jodoh buruk yang mereka tanam pada kehidupan lampau dan kini mereka sulit mengubahnya. “Suatu hari, suami saya mau membunuh saya, tetapi yang terbunuh malah bayi saya yang berusia 15 bulan. Putra sulung saya merasa sangat marah sehingga dia pun membunuh suami saya. Saya sangat berterima kasih kepada Beatrice yang mengenalkan saya kepada para relawan Tzu Chi. Dia juga memperkenalkan saya pada Kakak Michael Phan. Saya juga berterima kasih kepada Relawan Michael yang mengajari kami cara merawat anak yatim piatu, orang sakit, dan orang yang hidup kekurangan.”

Kehidupan warga Afrika Selatan sungguh penuh kesulitan. Selain hidup serba kekurangan, mereka juga hidup di tengah lingkungan yang keras. Jadi, kehidupan mereka sungguh menderita. Mulanya, insan Tzu Chi Afrika Selatan berangkat ke sana untuk menaburkan benih cinta kasih dan menggarap ladang batin warga setempat. Para insan Tzu Chi menaburkan benih cinta kasih terlebih dahulu. Kini, benih-benih cinta kasih itu telah tertanam di dalam hati warga setempat. Kini banyak warga setempat yang sudah bisa hidup mandiri dan bisa membantu sesama yang membutuhkan. Meski hidup kekurangan, tetapi batin mereka sangat kaya. Mereka pernah berangkat ke Mozambik, Swaziland, Lesotho, dan beberapa negara tetangga lainnya untuk menyalurkan bantuan. Usai menyalurkan barang bantuan, mereka tetap berkunjung ke sana secara berkala. Warga setempat berpikir bahwa mereka kembali untuk membagikan barang bantuan. Akan tetapi, para Bodhisatwa suku Zulu ini berkata kepada para warga,  “Yang ingin kami berikan kepada kalian bukan barang berwujud, melainkan kekayaan spiritual.” Mereka bukan ingin memberikan barang berwujud, melainkan ingin memperkaya batin warga setempat. Saat mendengar kalimat itu, saya merasa tersentak. Benar. Bagaimanapun, bantuan berwujud yang bisa kita berikan sangatlah terbatas, sedangkan kekayaan spiritual tidaklah terbatas. Jadi, segala sesuatu yang berwujud ada batasnya. Sebanyak apa pun barang yang kita berikan, pasti bisa habis terpakai. Hanya kekayaan spiritual yang tidak akan habis digunakan. Mendengar perkataan itu, saya sungguh kagum terhadap mereka. Meski memiliki warna kulit yang berbeda, tetapi mereka memiliki hati yang sama dengan kita. Mereka bahkan bisa melakukan hal yang belum bisa kita lakukan. Yang lebih menyentuh lagi adalah kebijaksanaan mereka dalam membimbing warga setempat. Mereka bukan memberikan barang berwujud, melainkan kekayaan spiritual.

Saya sangat tersentuh. Inilah ladang pelatihan batin yang tidak berwujud. Apakah yang disebut penderitaan di dunia? Asalkan kita membuka hati dan membangkitkan cinta kasih, maka segala penderitaan akan lenyap tanpa meninggalkan jejak. Yang akan kita rasakan hanyalah kebahagiaan dan sukacita karena bisa bersumbangsih bagi orang banyak. Intinya, kita akan merasa bahagia. Inilah Dunia Tzu Chi. Di dalam Dunia Tzu Chi, kita harus mempraktikkan mazhab Tzu Chi. Meski kita adalah umat Buddha, tetapi Tzu Chi sedikit berbeda dengan agama Buddha pada umumnya karena kita memiliki silsilah Dharma dan mazhab sendiri. Kita tidak hanya melatih diri di ladang pelatihan berwujud, melainkan melatih diri di ladang pelatihan batin.

Silsilah Dharma Jing Si ini harus terus kita wariskan dengan terjun ke tengah masyarakat. Singkat kata, kalian harus bersungguh-sungguh menyerap isi Sutra ke dalam hati dan menapaki Jalan Bodhisatwa untuk membuktikan segala yang telah kalian pelajari. Kalian akan menyadari kesalahan masa lalu dan mulai masuk ke Jalan Bodhisatwa untuk bersumbangsih tanpa pamrih dan dengan penuh sukacita. Dengan demikian, barulah kita bisa bersumbangsih tanpa pamrih di tengah masyarakat dan sungguh-sungguh memahami ajaran Buddha. Dengan begitu, kalian akan menyatu dengan kebenaran ini.

Hati kita akan bersatu dengan ajaran Buddha. Kita harus berjalan di jalan yang telah ditunjukkan oleh Buddha. Janganlah kita memperhitungkan berapa banyak berkah  yang kita peroleh setelah bersumbangsih. Untuk menciptakan berkah, kita hendaknya membentangkan jalan bagi diri sendiri. Kita harus menciptakan berkah dengan penuh rasa syukur. Demikianlah seharusnya. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 

Artikel Terkait

Cinta Kasih untuk Ibu Wida

Cinta Kasih untuk Ibu Wida

15 Juni 2017

Yayasan Buddha Tzu Chi membagikan paket lebaran kepada warga Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke, Jakarta Utara. Ibu Wida, salah satu warga rusun menerima paket lebaran berupa 10 kg beras, 2 botol sirup, dan 1 kaleng biskuit.

Berbagi Kebahagian Natal di Panti Wreda

Berbagi Kebahagian Natal di Panti Wreda

04 Januari 2017

Kunjungan dan perayaan Natal bersama di Panti Wreda Karitas dan Perumahan Permata Cimahi pada tanggal 22 Desember 2016. Relawan berbagi kasih memberikan keceriaan bagi para opa dan oma yang tinggal di sana.

Sosialisasi Tzu Chi di Tiga Kelurahan di Kota Bandung

Sosialisasi Tzu Chi di Tiga Kelurahan di Kota Bandung

11 November 2021

Relawan Tzu Chi Bandung melakukan sosialisasi tentang Tzu Chi kepada warga Kelurahan Warung Muncang, Kelurahan Cibuntu, dan Kelurahan Ciroyom di Kota Bandung, Jawa Barat pada 2 dan 4 November 2021.

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -