Suara Kasih: Membangkitkan Welas Asih

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Berbuat baik dan Membangkitkan Welas Asih

 

Bencana alam dan bencana akibat ulah manusia terjadi silih berganti
Berbuat baik dan membangkitkan welas asih
Para staf medis bersatu hati melindungi kesehatan pasien
Mengendalikan nafsu makan demi menjaga kesehatan

Lihatlah warga Taiwan merayakan Tahun Baru Imlek. Di saat Tahun Baru Imlek ini, setiap orang dipenuhi keharmonisan dan sukacita. Inilah yang patut kita syukuri. Siaran berita Da Ai TV melaporkan tentang kondisi Papua Nugini di Samudra Pasifik bagian selatan. Hujan lebat selama beberapa hari ini telah mengakibatkan terjadinya tanah longsor. Berhubung tanah longsor terjadi dalam sekejap, warga yang tinggal di dataran rendah tak sempat melarikan diri sehingga banyak yang tertimbun. Inilah tempat yang penuh dengan penderitaan. Mereka sama sekali tak dapat turut merayakan Tahun Baru Imlek. Kita juga bisa melihat Irak. Perang antara Amerika Serikat dan Irak telah menelan dan melukai banyak jiwa serta mendatangkan kerusakan yang parah. Sejak tahun 2003 hingga sekarang, perang tak pernah berhenti. Beberapa hari lalu kembali terjadi pertikaian di sana. Selain itu, di rumah tahanan Sri Lanka juga kembali terjadi bentrokan para narapidana yang tengah menjalani hukuman berat.

Banyak orang yang tak menyadari bahwa karma buruk kolektif semua makhluk  bisa mendatangkan banyak bencana di dunia. Meskipun telah menciptakan karma buruk, namun mereka tetap tak berintrospeksi diri sehingga bencana terjadi silih berganti. Apa yang harus kita lakukan agar dunia bisa aman dan tenteram? Kita sering berkata bahwa setiap orang memiliki sifat hakiki yang bajik. Setiap orang bisa berbuat kebajikan. Bagaimanakah baru disebut berbuat bajik? Apa kebajikan yang harus dilakukan agar mendapat pahala? Ada orang pernah bertanya demikian pada saya. Jawaban saya sangat sederhana. Di tengah cuaca yang dingin, saat melihat orang lain yang kedinginan, kita merasa iba dan memberikan pakaian hangat kepadanya agar dia bisa merasakan kehangatan; saat melihat orang yang kelaparan, kita memberikan semangkuk nasi kepadanya. Jika ada orang membutuhkan bantuan, kita dapat mengulurkan tangan untuk membebaskan penderitaan mereka. Ini berarti kita telah berbuat bajik. Sebersit niat bajik ini harus senantiasa ada dalam hati. Ini yang disebut berbuat bajik dan memupuk pahala.

Lihatlah, insan Tzu Chi sungguh memiliki cinta kasih. Mereka telah mempraktikkan cinta kasih melalui tindakan nyata. Ini yang disebut mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan secara bersamaan. Selama jangka waktu yang panjang, mereka tak pernah meninggalkan sebersit niat baik ini dan terus bersumbangsih. Inilah Bodhisatwa dunia. Lihatlah ke seluruh dunia, banyak orang yang menderita. Warga Afrika Timur sungguh menderita. Kita bisa melihat  anak-anak yang kurus kering di sana. Akan tetapi, perut mereka membengkak besar. Meski kelaparan,namun perut mereka sangat besar.

Ajaran Buddha mengajarkan tentang tiga alam rendah,  yakni alam neraka, alam setan kelaparan, dan alam binatang.

Saya sering berkata bahwa kita bisa melihat neraka di dunia. Di mana? Lihatlah Afrika. Akibat bencana alam dan bencana akibat ulah manusia yang berkepanjangan, warga Afrika hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Bukankah itu bagaikan neraka? Di manakah alam setan kelaparan? Dalam Sutra, setan kelaparan digambarkan memiliki tenggorokan yang kecil sehingga mereka tak bisa menelan makanan. Akan tetapi, perut mereka sangat besar. Sungguh menderita. Kita juga bisa melihat penderitaan warga di Afrika Timur. Lebih dari jutaan orang di sana menghadapi bencana kelaparan dan berada di ambang kematian. Sulit bagi mereka untuk bertahan hidup. Mereka hidup dalam kondisi minim.

Bagaimana dengan orang yang hidup di negara makmur? Contohnya Taiwan. Beberapa hari ini, siaran berita melaporkan bahwa ada seorang wanita yang makan terlalu banyak selama Tahun Baru Imlek sehingga mengakibatkan radang usus. Akibat kelebihan makan, perut wanita itu mengalami peradangan. Akhirnya, dia dibawa ke rumah sakit. Dokter menghabiskan waktu selama delapan jam untuk mengeluarkan sisa makanan yang tak tecerna dari dalam perutnya. Untuk memenuhi nafsu makan sesaat, orang-orang makan dan minum secara berlebihan. Lihatlah cara makan mereka yang tanpa henti, bukankah seperti setan kelaparan? Banyak orang makan dan minum secara berlebihan. Apakah mereka sungguh begitu lapar? Saya berharap selama Tahun Baru Imlek setiap orang bisa mengendalikan nafsu makan. Kita cukup makan kenyang saja.

Bayangkanlah, orang yang hidup di daerah minim bahkan tak memiliki makanan. Kita yang berada di Taiwan  sungguh penuh berkah  karena bisa menjalani hidup dengan baik. Kita cukup makan 80 persen kenyang. Pola makan 80 persen kenyang merupakan pola makan yang sehat. Kita bisa menggunakan sisa 20 persennya untuk menolong orang yang membutuhkan. Dengan membangkitkan cinta kasih dan niat bajik, semoga tak ada lagi sisa makanan yang terbuang. Karena itu, kita sungguh harus berintrospeksi.

Kabarnya, di enam Rumah Sakit Tzu Chi dari malam Tahun Baru hingga hari kedua Tahun baru Imlek, ada 4.154 pasien yang dirawat di ruang gawat darurat, ada 1.885 pasien memerlukan pengobatan, dan 69 pasien yang menjalani operasi. Inilah jumlah pasien dari malam Tahun Baru hingga hari kedua Tahun Baru Imlek.

Saat setiap orang menikmati libur panjang, para staf medis di RS Tzu Chi tetap bekerja. Mereka sungguh bekerja keras. Para staf medis Tzu Chi menyelamatkan kehidupan dengan penuh cinta kasih. Staf budaya Humanis Tzu Chi juga terus bekerja. Bagaimana dengan misi amal Tzu Chi? Tentu saja juga tak berhenti bersumbangsih. Di mana pun orang memerlukan bantuan,insan Tzu Chi akan berangkat ke sana. Insan Tzu Chi di seluruh dunia selalu bersumbangsih tanpa henti. Para staf dari Empat Misi Tzu Chi bekerja tanpa henti demi membawa ketenteraman bagi masyarakat. Karena itu, kita hendaknya lebih bersungguh hati dan mendedikasikan diri. Apa yang dimaksud dengan beramal? Apa yang bisa dilakukan agar menciptakan pahala? Saat membangkitkan sebersit niat baik dan berjalan di arah yang benar, maka berarti kita tengah berbuat baik  dan memupuk pahala. Diterjemahkan: oleh Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Belajar dari Semangat Hidup Ramlan

Belajar dari Semangat Hidup Ramlan

04 November 2009
Karena takut dan panik, Ramlan berusaha untuk memotong kakinya. “Hanya dengan cara ini saya bisa bertahan hidup,” ujar Ramlan saat relawan Tzu Chi mengunjunginya di rumahnya, Purwakarta, Jawa Barat.
Menanam Mangrove untuk Menyelamatkan Bumi

Menanam Mangrove untuk Menyelamatkan Bumi

14 Oktober 2019

Dalam rangka memperingati HUT TNI ke-74, Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) TBK melaksanakan kegiatan penanaman mangrove serentak di seluruh Indonesia. Salah satunya di Tanjung Balai Karimun yang diikuti oleh 11 orang relawan Tzu Chi dengan menanam 5.000 bibit mangrove di Pantai Dusun Pelambung.

Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi Batam

Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi Batam

27 Januari 2011 Tanjung Balai Karimun, sebuah pulau yang berjarak tempuh 1 jam perjalanan laut dengan feri dari Batam, semakin berkembang benih insan Tzu Chi di sana. Relawan Tzu Chi di Tanjung Balai Karimun sudah mampu menyelenggarakan kegiatan akbar sendiri, seperti Pemberkahan Akhir Tahun.
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -