Suara Kasih: Mempraktikkan Empat Daya Upaya

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Mempraktikkan Empat Daya Upaya

 

Tim medis mengemban misi dengan penuh budaya humanis
Hubungan erat terjalin di antara dokter senior dan dokter muda
Berusaha untuk membuang keburukan yang belum timbul
Mempratikkan Empat Daya Upaya dengan berbuat baik

"Saya melayani di Rumah Sakit Tzu Chi Dalin dalam divisi praktik umum. Saya sungguh beruntung karena dr. Lin adalah guru, orang tua, sekaligus teman bagi saya. Selama setahun ini banyak hal terjadi di rumah saya. Tahun lalu ibu saya meninggal karena kanker. Saya adalah anak dari orang tua tunggal. Saya memiliki 4 orang adik. Pada saat itu, dr. Lin bagaikan ayah dan teman baik saya. Ia menjaga seluruh keluarga saya dan memerhatikan adik-adik saya agar saya dapat belajar dengan baik. Saya sangat suka mengajar. Saya juga turut membantu dalam kegiatan belajar mengajar karena saya selalu merasa melalui kegiatan tersebut, saya dapat memperoleh banyak hal dari siswa saya," kata seorang staf.

Rumah Sakit Tzu Chi Dalin telah menginjak usia yang ke-11. Para staf di sana bagaikan satu keluarga besar yang penuh cinta kasih dan harmonis. RS Tzu Chi tak hanya merupakan sebuah keluarga besar bagi para stafnya, melainkan juga sebuah desa bagi para warga di komunitas. Kita juga memiliki perkebunan dan sawah. Di tengah-tengah sawah terdapat daun bodhi yang dibentuk dari anaman padi. Daun bodhi melambangkan kesadaran. Daun bodhi itu sangat hidup dan terlihat seperti daun asli. Saya juga melihat hubungan baik antara dokter senior dan dokter muda. Mereka sangat sibuk untuk mempersiapkan pementasan dan evaluasi akreditasi rumah sakit. Saya bertanya, "Apakah kalian sibuk?" Mereka menjawab, "Ya, kami sibuk." Saya kembali bertanya, "Apa kalian merasa lelah?" Mereka menjawab, "Meski sibuk, tetapi kami merasa penuh berkah."

Mungkin peralatan medis di rumah sakit lain lebih canggih dari kita, tetapi cinta kasih yang kita curahkan sangat berlimpah. "Saya adalah dokter jaga tahun ke-5 di divisi bedah. Divisi bedah memiliki 2 guru, yakni dr. Yin dan dr. Wei. Sifat mereka berdua sedikit berbeda. dr. Yin seperti ibu yang penuh cinta kasih, sedangkan dr. Wei seperti ayah yang sangat keras. Selama 5 tahun ini, saya memperoleh banyak hal. Selain memiliki keterampilan, saya juga belajar pentingnya membuat keputusan dengan benar dan bersumbangsih dengan sepenuh hati. Setelah menjalani pelatihan selama 5 tahun, kelak saya akan tetap bekerja di rumah sakit, dan memikul tanggung jawab yang lebih besar. Saya juga melihat dalam misi kesehatan ini juga terkandung misi Tzu Chi lainnya," kata seorang dokter muda.

Saya melihat para dokter muda yang sangat giat belajar dari para dokter senior. Di bawah bimbingan guru yang baik tentu akan menghasilkan murid yang baik yang akan bersumbangsih di RS Tzu Chi di Taichung. Karenanya, saya sungguh bersyukur. Semoga kalian dapat melatih dan membimbing lebih banyak dokter baik seperti kalian serta menunjukan cara memerhatikan pasien dengan penuh cinta kasih. Dengan demikian, murid kalian akan tersebar di berbagai tempat.

Dokter yang menjalani pelatihan 4 Misi Tzu Chi pasti adalah dokter yang baik. Tetapi, menjadi dokter bukanlah profesi yang mudah. Pada masa kini, banyak orang yang hanya mementingkan keuntungan pribadi. Saya sering berkata bahwa ikatan yang ideal antara dokter dan pasien adalah pasien harus senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada dokternya. Hal ini karena pada saat kita mengalami penderitaan akibat penyakit, dokterlah yang mengobati kita. Karena itu, kita harus bersyukur dan berterima kasih kepada tim medis karena telah berusaha sekuat tenaga demi menyelamatkan kita. Kita sungguh harus berterima kasih.

Ada beberapa pasien yang merasa sudah seharusnya dokter mengobatinya. Bila penyakitnya kambuh, mereka akan kembali untuk mencari pengobatan. Namun, bila penyakitnya tak bisa disembuhkan seperti sebelumnya, mereka akan menyalahkan dokter. Singkat kata, inilah pola pikir masyarakat masa kini yang tidak patut. Meski begitu, saya sungguh berharap kita tetap memikul tanggung jawab kita. Meski pikiran manusia masa kini telah berjalan menyimpang dan jauh tersesat, tetapi kita tetap harus menjalankan misi kita untuk menyelamatkan kehidupan. Jadi, selain memiliki keterampilan, saya juga berharap kalian dapat melindungi kehidupan dengan penuh cinta kasih. Dengan teknologi yang semakin maju, bila dokter kurang bersumbangsih dengan cinta kasih, maka akan berdampak buruk bagi pasien. Karena itu, saya selalu berkata bahwa para dokter bagaikan Buddha hidup dan perawat bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara.

Buddha adalah Yang Maha Sadar dan penuh welas asih, sedangkan Bodhisatwa Avalokistesvara bagaikan ibu yang penuh cinta kasih. Tim medis senantiasa melindungi dan memerhatikan pasien. Rumah sakit adalah tempat bagi orang yang menderita penyakit menerima perawatan medis. Kita harus meneladani ikrar Bodhisattva Ksitigarbha serta meneladani Buddha Sakyamuni untuk meringankan penderitaan makhluk hidup. Inilah misi kesehatan Tzu Chi.

Saya sungguh berharap misi kesehatan Tzu Chi dapat lebih maju selangkah. Selain itu, cinta kasih kita harus menjangkau wilayah yang lebih luas. Meski sangat sibuk, tetapi mereka tetap mengikuti latihan untuk pementasan. Lihatlah, dr. Hsu dan kedua anaknya. Karena tidak mengenal bahasa Mandarin, istrinya membantunya membuat simbol. Hal ini sungguh mengagumkan. Bahasa isyarat tangannya juga diajarkan oleh kedua anaknya. Inilah keluarga besar Tzu Chi.

Tahun ini, insan Tzu Chi di seluruh Taiwan akan mengadakan pementasan. Untuk itu, kita harus bertobat. Buddha berkata bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan, hanya saja kita tidak menyadarinya. Kita memiliki kebijaksanaan dan kesadaran seperti Buddha. Kita harus memiliki kebijaksanaan. Dari mana kebijaksanaan berasal? Sesungguhnya, ajaran Buddha mengandung prinsip yang sangat luas dan dalam. Prinsip kebenaran yang dalam dan luas sesungguhnya sangat sederhana dan sangat mudah dijangkau. Ke mana kita mencari prinsip-prinsip yang dalam, luas, dan mudah dijangkau itu? Mereka ada di dalam hakikat kebuddhaan kita. Tetapi, hakikat kebuddhaan kita telah tertutup dalam jangka waktu yang lama, karena itu kita harus bertobat secara mendalam untuk melenyapkan kegelapan batin dan mengubah tabiat buruk. Saya sering berkata bahwauntuk menyelaraskan empat unsur alam, satu-satunya cara adalah dengan menyucikan hati manusia. Di sini, saya melihat hati setiap orang yang sangat murni dan jernih. Setiap orang telah memahami bahwa selagi hal yang benar, maka lakukan saja. Inilah kebijaksanaan. Bila hal itu tidak benar, maka kita jangan melakukannya. Inilah kebijaksanaan.

Kita sungguh harus menghindari kejahatan dan berbuat baik Empat Daya Upaya mengajarkan kita untuk membuang segala keburukan yang sudah ada dan mencegah keburukan yang belum timbul; meningkatkan kebaikan yang sudah ada dan menumbuhkan kebaikan yang belum ada. Hal ini berarti kita harus segera memanfaatkan waktu untuk berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan salah. Dengan demikian, maka akan tercipta lingkungan yang bersih dan kualitas kehidupan yang baik. Bila setiap orang dapat saling berinteraksi dengan lemah lembut dan baik, maka akan menciptakan kualitas hidup yang paling baik. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Suara Kasih: Menyucikan Hati demi Menyelaraskan Empat Unsur Alam

Suara Kasih: Menyucikan Hati demi Menyelaraskan Empat Unsur Alam

27 Juni 2013 Tiga gedung sekolah sudah selesai dibangun. Salah satu gedung sekolah diresmikan tiga tahun lalu sehingga anak-anak bisa bersekolah dengan sukacita di sana. Dua gedung sekolah menengah lainnya diresmikan kemarin.
Suara Kasih: Membersihkan Kegelapan Batin

Suara Kasih: Membersihkan Kegelapan Batin

23 Mei 2012 Kita dapat melihat upacara pemandian rupang Buddha tahun ini hingga kini masih terus berlanjut. Bulan Mei adalah Hari Ibu, Hari Kelahiran Buddha, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Insan Tzu Chi pun mulai mensosialisasikan pentingnya berbuat kebajikan dan berbakti.
Waisak Tzu Chi 2018: Doa Jutaan Insan Untuk Kedamaian dan Keamanan Surabaya

Waisak Tzu Chi 2018: Doa Jutaan Insan Untuk Kedamaian dan Keamanan Surabaya

14 Mei 2018
Kabar duka datang di pagi hari saat relawan Tzu Chi Surabaya mempersiapkan kegiatan Waisak. Di sejumlah titik di Gereja Surabaya terjadi serangan bom yang memporak-porandakan ketenangan warga Surabaya. Dalam prosesi kali ini, insan Tzu Chi menyelipkan sesi berdoa, semoga masyarakat Surabaya, korban dan keluarga yang ditinggalkan bisa ditenteramkan batinnya agar senantiasa damai dan sentosa.
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -