Suara Kasih : Menggalang Bodhisatwa Dunia

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menggalang Bodhisatwa Dunia
 

Tim penyelamat masih terus melakukan pencarian
Saling membantu untuk melewati masa-masa penuh kesulitan
Senantiasa hidup selaras dengan alam dan menaati peraturan
Menggalang Bodhisatwa dunia di komunitas masing-masing

 

Dalam memberi bantuan pada korban bencana di Yilan, kita menemukan kondisi demikian:

“Ini adalah hujan paling deras di Suao dalam waktu 100 tahun ini. Kami telah siap menghadapi kondisi terburuk,” seorang warga berkata.

“Pada hari Jumat lalu, kami menyurvei lokasi bencana serta membawa barang bantuan berupa kebutuhan sehari-hari. Kami mengunjungi lokasi bencana yang jalannya masih dapat diakses kecuali beberapa tempat yang tak begitu jelas bagi kami karena kami bukan warga sini. Karena itu, ada beberapa tempat yang tak kami kunjungi. Kini kami terus menerima telepon dari warga yang meminta bantuan. Karena itu, kami meminta relawan setempat untuk terus memerhatikan korban bencana,” kata relawan Tzu Chi menerangkan.

“Biasanya, kami selalu berkontribusi di dalam komunitas. Karena itu, ketika kami meminta bantuan, mereka akan mengajak para tetangga, teman, dan orang-orang yang mereka kenal untuk bersama-sama menjadi relawan,” kata seorang relawan setempat menambahkan.

Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus giat berkontribusi dalam masyarakat dan terus menggalang Bodhisatwa dunia. Bukankah tadi kita telah mendengar relawan setempat berkata bahwa mereka giat berkontribusi dalam komunitas sehingga pada saat meminta bantuan, orang-orang segera bergerak untuk membantu?

Kali ini, lebih dari 1.000 relawan bersumbangsih dalam upaya pembersihan lokasi bencana di Yilan. Semua orang bersatu hati karena tinggal di wilayah yang sama.

“Bagaimana mungkin kita tak turut membantu? Orang-orang dari kota lain pun turut membantu, bagaimana mungkin saya tak ikut serta?” kata warga di sana.

“Saya melihat Tzu Chi dan banyak organisasi kemanusiaan lain datang membantu membersihkan lokasi bencana. Saya mencari infomasi tentang Tzu Chi di internet dan menelepon kantor penghubung Tzu Chi di Yilan,” tambah seorang pemuda.

Karena itu, saya berharap dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat lebih giat berkontribusi bagi masyarakat dan menggalang Bodhisatwa dunia. Dengan demikian, barulah kita dapat sungguh-sungguh membimbing diri sendiri dan orang lain. Inilah yang disebut menciptakan berkah. Agar komunitas kita penuh berkah, kita harus saling berinteraksi dan saling berbagi ajaran yang baik. Dengan demikian, barulah masyarakat kita dapat hidup damai dan harmonis. Jika setiap individu merasa damai, maka masyarakat pun akan harmonis.

 

Para Bodhisatwa sekalian, menggalang Bodhisatwa dunia di komunitas sangatlah penting. Setiap orang hendaknya menjadi Bodhisatwa di tengah umat manusia. Dunia ini membutuhkan Bodhisatwa. Karena itu, kita semua harus menjadi Bodhisatwa dunia. Setiap orang dapat menjadi Bodhisatwa. Asalkan kita dapat membuka hati untuk merangkul dan menolong setiap orang yang membutuhkan bantuan, maka kita adalah Bodhisatwa dunia.

Tentu saja, kita harus mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjadi Bodhisatwa dunia, kita harus menyelami Dharma agar hati kita menjadi jernih dan bebas dari ego. Karena itu, ajaran Buddha harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari agar hati dan pikiran kita dapat tersucikan dan kita dapat terjun ke tengah masyarakat.

Para Bodhisatwa sekalian, kalian harus lebih bersungguh hati. Sebagai insan Tzu Chi, kita harus menjaga komunitas kita dengan baik. Lihatlah bencana yang melanda Suao dan Nanfangao kali ini. Kedua daerah ini sangat dekat dengan kita. Melihat bencana kali ini, kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan, lebih giat mempelajari Dharma, dan mempraktikkannya agar kita dapat berjalan di Jalan Bodhi. Karena itu, kita harus bekerja keras untuk menyebarkan cinta kasih universal ke berbagai tempat.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus giat menabur benih cinta kasih di mana pun kita berada. Kita harus senantiasa menyebarkan semangat ini dengan penuh kesungguhan hati agar setiap orang dapat saling mengasihi dan saling membantu. Saat korban bencana melihat insan Tzu Chi, hati mereka pun menjadi tenang. Beberapa orang bahkan mendonasikan kembali bantuan dana tunai yang kita berikan.

“Kalian sungguh penuh perhatian bahkan memberi bantuan dana tunai kepada saya. Namun, saya tak mau menerimanya. Punya makanan saja sudah cukup buat saya. Berikanlah bantuan dana tunai ini kepada orang yang lebih membutuhkan,” kata seorang warga saat relawan hendak memberi bantuan dana.

“Kami merasa sangat tidak enak hati karena tak dapat bersumbangsih, karena itu kami tak dapat menerimanya. Kedatangan dan perhatian kalian sudah membuat saya sangat senang. Jadi, kami ingin mendonasikan dana ini. Kami masih memiliki makanan. Karena itu, berikanlah dana ini kepada orang lain,” begitu juga warga lain yang menjadi korban berkata.

“Anda sungguh murah hati,” relawan kita memujinya.
“Jangan berkata demikian. Janganlah kalian memuji saya. Kontribusi dan perhatian kalian terhadap masyarakat sangatlah mulia,” warga itu menjawab.

Para korban bencana sangat tersentuh. Lihatlah para tetangga yang saling menolong. Ini sungguh hal yang penuh kehangatan. Selain memerhatikan korban bencana, insan Tzu Chi juga terus menenangkan keluarga turis yang hilang di Jalan Tol Suhua. Hingga kini, tim penyelamat masih terus mencari korban yang hilang. Sungguh, tim penyelamat sangat bekerja keras dan mempertaruhkan nyawa mereka. Sesungguhnya, di lokasi bencana masih terjadi longsoran sehingga ada tim penyelamat yang terluka. Kemarin salah seorang tim penyelamat tertimpa batu besar. Saya sungguh sedih mendengarnya.

Selain di Taiwan, kita juga dapat melihat bencana di Indonesia. Indonesia dilanda gempa bumi dan tsunami. Setelah itu, Gunung Merapi meletus. Awan panas dan lava menghancurkan seluruh desa sehingga banyak korban jiwa dan korban luka. Bencana kali ini sungguh serius. Insan Tzu Chi di Yogyakarta segera berangkat ke lokasi bencana pada tanggal 26 November lalu dan membagikan masker kepada korban bencana agar mereka tak terus menghirup abu vulkanik yang berbahaya. Selain itu, mereka juga memberikan bantuan dana tunai kepada para korban bencana.

Pada saat bersamaan, Jakarta juga dilanda hujan deras selama berhari-hari dan mengakibatkan banjir. Insan Tzu Chi di Jakarta segera berangkat ke lokasi bencana dan berkumpul dengan insan Tzu Chi dari Yogyakarta untuk membagikan bantuan dana tunai dan menyurvei barang bantuan apa yang diperlukan oleh korban bencana. Setelah memberikan bantuan dana tunai dan menenangkan batin para korban bencana, mereka pun mulai mempersiapkan barang kebutuhan sehari-hari untuk didistribusikan.

Coba pikirkanlah, bencana yang terjadi silih berganti sungguh membawa penderitaan bagi semua orang. Mengapa hidup ini penuh penderitaan? Sungguh membuat orang tak berdaya. Siaran berita pagi Da Ai TV melaporkan tentang kecelakaan kapal laut di India. Kapal itu hanya berkapasitas 60 penumpang. Namun, mereka mengangkut penumpang lebih dari kapasitas tersebut. Ketika sebuah kapal lain melintas dengan cepat dan menimbulkan ombak yang besar, kapal kecil yang kelebihan penumpang ini pun terbalik. Akibatnya, banyak korban jiwa dan korban luka. Pikirkanlah, hal ini tak seharusnya terjadi. Inilah akibat tak menaati peraturan. Saudara sekalian, insiden ini merupakan pelajaran bagi kita. Jika setiap orang menaati peraturan dan hidup selaras dengan alam, maka ia akan selamat. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Gempa Palu: Panas Boleh Terik, Semangat Membantu Harus Tetap Enerjik

Gempa Palu: Panas Boleh Terik, Semangat Membantu Harus Tetap Enerjik

18 Oktober 2018
Kaum laki-laki di pengungsian Desa Duyu antusias membantu relawan memasak 300 porsi nasi Jing Si, Rabu 17 Oktober 2018. Cara ini cukup efektif untuk mengisi waktu dan melupakan sejenak musibah yang mereka alami.
Donor Darah di Singapore International School

Donor Darah di Singapore International School

30 Oktober 2019

Relawan Hu Ai Medan Selatan ini mengadakan baksos donor darah pertama kalinya di SIS (Singapore International School), dimana relawan pernah meresmikan titik Green Point di sekolah tersebut. Terlihat banyak orang tua murid dari SIS juga datang ikut meramaikan kegiatan Family Day serta ikut mendonorkan darah mereka pada Sabtu, 19 Oktober 2019.

Jujur Pada Diri Sendiri dan Semua Orang

Jujur Pada Diri Sendiri dan Semua Orang

15 November 2016
Memahami tentang makna dan praktik kejujuran mulai ditanamkan kepada siswa siswi kelas budi pekerti sejak usia dini, seperti yang dilakukan di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun pada Minggu 13 November 2016 lalu.
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -