Suara Kasih : Menghindari Perilaku Salah

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menghindarkan Diri dari Perilaku Salah
 

Hati manusia yang tidak damai mendatangkan bencana bagi dunia
Bencana perang mendatangkan penderitaan bagi rakyat
Memahami hukum sebab akibat dan menjalin jodoh baik
Giat menciptakan berkah dengan bervegetarian

“Mengonsumsi sirip ikan sangat tidak manusiawi dan tidak ramah lingkungan. Setiap tahun Taiwan menangkap sekitar 70.000 ton ikan hiu. Selain itu, kami juga mengimpornya dari luar. Selama 5 tahun ini, kami mengimpor 3.000 ton sirip ikan atau setara dengan 10 juta ekor ikan hiu,” kata seorang yang pernah menjadi pengimpor sirip ikan.

Manusia sungguh tak pengetahuan dan terus menciptakan karma buruk. Dikatakan bahwa sup sirip ikan termasuk makanan mewah yang menunjukkan martabat orang yang mengonsumsinya. Inilah pemikiran manusia yang tak benar dan penuh kegelapan batin. Manusia tidak berpikir bahwa sirip ikan diperoleh dengan cara yang kejam. elain itu, proses pengolahannya menggunakan hidrogen peroksida dan amonia. Seorang wartawan bertanya kepada salah seorang pekerjanya, “Bukankah bahan kimia ini berbahaya bagi tubuh manusia?” Ia menjawab, “Saya tidak peduli. Ini bukan urusan saya. Sirip ikan ini adalah kegemaran orang-orang kaya.”

Lihatlah, karma buruk tercipta karena orang-orang kaya gemar mengonsumsi sirip ikan. Mereka bersedia membayar mahal padahal itu merusak kesehatan sendiri. Sirip ikan diperoleh dengan cara tidak manusiawi, namun manusia mengonsumsinya demi memenuhi nafsu makan. Terkadang, saya merenung mengapa manusia begitu bodoh dan tak pengetahuan? Mengapa mereka terus terbuai dan tidak sadar dengan perilaku mereka? Ajaran Buddha bertujuan untuk membangkitkan kesadaran manusia. Karena berjodoh dengan Buddha, kita berkesempatan untuk mendengarkan Dharma. Buddha mengajarkan tentang enam alam kehidupan, karena itu janganlah kita kejam terhadap hewan dan membunuh mereka untuk dijadikan santapan. Janganlah kita berbuat demikian. Setelah mempelajari Dharma, kita dapat menghindarkan diri dari perbuatan buruk. Sebagai manusia, sudah seharusnya kita menaati sila dan memiliki etika. Dengan begitu, barulah kita layak disebut manusia. Dengan menaati sila dan prinsip moral serta berperilaku sesuai ajaran Buddha, maka kita dapat hidup tenang. Jika tak memiliki niat yang baik, kita akan terus menciptakan karma buruk dan mendatangkan banyak kekotoran batin.

Para Bodhisatwa sekalian, kita harus bersyukur karena kita adalah murid Buddha. Bukankah sebelum makan kita selalu beranjali terlebih dulu? Mengapa kita harus beranjali? Karena kita merenungkan 5 hal. Yang pertama adalah merenungkan dari mana makanan ini berasal. Kita harus memikirkan para petani yang menanam benih dan memanen padi demi menghasilkan semangkok nasi. Baik semangkok bubur maupun nasi, kita harus merenungkan dari mana ia berasal. Yang kedua adalah kita merenungkan berapa banyak pahala yang kita miliki.

Kita harus bertanya pada diri sendiri berapa banyak yang dapat kita lakukan untuk makhluk hidup lainnya. Mereka telah melakukan banyak hal bagi kita, bagaimana cara kita untuk membalasnya? Kita harus merenung dan bersyukur atas hal ini. Yang ketiga adalah kita harus menghindarkan diri dari perbuatan salah. Saat sedang makan, kita harus mengingatkan diri bahwa sebagai manusia kita harus melindungi bumi dan tidak melakukan hal yang dapat merusaknya. Karena itu, kita harus menjaga hati dengan baik. Janganlah biarkan hati kita menjadi tidak bijaksana dan melakukan hal yang buruk. Jangan begitu. Inilah perenungan yang ketiga.

Yang keempat adalah memandang makanan bagaikan obat mujarab. Makanan yang kita konsumsi adalah hasil kerja keras banyak orang. Karena itu, saat makan, kita harus menghargai dan memandang makanan tersebut bagaikan obat mujarab untuk mengembangkan kehidupan kita. Jadi, saat makan, kita tak hanya menikmati rasa makanan, melainkan juga memberi gizi pada tubuh kita. Yang kelima adalah kita mengonsumsi makanan untuk mendukung pelatihan diri. Tujuan kita makan adalah memberi gizi pada tubuh agar kita dapat lebih banyak berbuat bajik dan membabarkan ajaran Buddha. Jadi, kita tak harus mengonsumsi daging. Kita harus menyucikan batin dan fisik.

Kita sungguh beruntung dapat terlahir sebagai manusia yang merupakan makhluk paling cerdas di bumi. Karena itu, kita harus memahami cara melindungi makhluk hidup lain dan bumi pertiwi ini. Kita harus membangkitkan Bodhicitta. Dengan penuh sukacita, kita menyelami ajaran Buddha dan menapaki Jalan Bodhisatwa.

Dunia ini penuh dengan penderitaan. Seperti yang saya katakan kemarin, kini bertambah satu lagi hal yang mengkhawatirkan yaitu konflik di Libya. Saya sungguh khawatir akan hal ini. Laporan berita tadi pagi mengatakan bahwa Libya akan menghentikan gencatan senjata. Semoga konflik ini dapat segera berakhir agar tak terus melukai warga yang tak berdosa. Pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang telah dapat dikendalikan secara perlahan. Ini adalah berita bagus. Kita sungguh harus memerhatikan segala hal dan setiap orang di seluruh dunia. Terlebih lagi, Jepang tidaklah jauh dari Taiwan, karena itu kita harus lebih memerhatikannya.

Selain mencurahkan perhatian, kita juga harus menyalurkan bantuan. Bagaimana caranya? Saya sungguh berterima kasih kepada maskapai penerbangan Eva Air dan China Airlines yang setiap hari membantu Tzu Chi mengirimkan barang bantuan sekitar 60 ton ke Jepang. Saya juga sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi di Jepang. Beberapa hari lalu, mereka berkunjung ke tempat pengungsian untuk mendata bantuan yang diperlukan. Mereka juga berencana untuk memberikan kartu debit kepada korban bencana. Inilah kegiatan yang tengah dilakukan oleh insan Tzu Chi di Jepang. Insan Tzu Chi di Taiwan terus mengadakan acara doa bersama bagi dunia ini serta menggalang cinta kasih dan perhatian dari semua orang agar mereka dapat memberi dengan sukacita. Saya sungguh berterima kasih kepada Da Ai TV yang mengadakan malam dana beberapa hari lalu pada pukul 9 malam. Kita dapat melihat tayangan yang sangat menyentuh.

Saya sungguh berharap warga Taiwan dapat bekerja sama untuk menghimpun berkah serta berdoa bagi warga Jepang. Kita yang berada di Taiwan harus berusaha mengakumulasi karma baik. Beberapa hari lalu, pada tengah malam pukul 12 lewat Taiwan diguncang gempa bumi berkekuatan 4 skala Richter. Setelah itu, pada pukul 01.24 dini hari, gempa bumi berkekuatan 3.5 skala Richter kembali mengguncang Taiwan. Kini, pusat gempa kebanyakan berada tak jauh dari permukaan tanah. Para Bodhisatwa sekalian, semoga setiap orang dapat sungguh-sungguh meningkatkan kewaspadaan. Semoga setiap warga dapat berdoa dengan hati yang tulus dan mencurahkan cinta kasih serta turut bersumbangsih dengan penuh welas asih. Dengan demikian, kita dapat menciptakan berkah dan mengakumulasi karma baik bagi Taiwan. Semoga setiap orang dapat menciptakan berkah agar dunia dapat aman dan selamat. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Membangun Sikap Positif dan Mengasah Keterampilan

Membangun Sikap Positif dan Mengasah Keterampilan

07 November 2018
Pada 3-4 November 2018 diadakan Kamp Budi Pekerti Tzu Shao Ban 2018 di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Kegiatan dengan tema “Aku Datang - Aku Senyum - Aku Bahagia” ini diikuti oleh 104 peserta dari berbagai wilayah dan 117 relawan Tzu Chi.
Bingkisan yang Berharga

Bingkisan yang Berharga

11 Maret 2015 Nariyah adalah satu dari ratusan warga yang merasa bahagia atas bantuan yang diberikan Tzu Chi. Sebelum pembagian paket berlangsung, sebelumnya relawan melakukan survei lokasi untuk mendata warga yang terkena kebakaran di Jati Bunder, Kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sebuah Jalan Kesembuhan

Sebuah Jalan Kesembuhan

25 November 2011
Peserta yang mendaftar sebanyak 753 pasien penderita katarak yang berasal dari seluruh wilayah Lampung. Setelah dilakukan pemeriksaan awal di Way Mili Kabupaten Lampung Timur dan Padang Cermin kabupaten Pesawaran, peserta berkurang menjadi 650 orang dan yang hadir sebanyak 453 orang.
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -