Suara Kasih : Menyerap Dharma ke Hati

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menyerap Dharma ke Dalam Hati
dan Mempraktikkan Kebajikan
 

Kekuatan cinta kasih bagaikan cahaya matahari dan bulan
Dharma dibutuhkan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Menolong satu orang berarti membawa berkah bagi satu keluarga
Menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkan jalan kebajikan

Kerak bumi sungguh tengah bergejolak. Pagi tanggal 10 Maret, saya berbicara tentang gempa berkekuatan di atas 6 SR yang mengguncang Jepang pada 9 Maret dan diikuti dengan tiga gempa susulan. Pada tanggal 10 Maret, gempa mengguncang Kabupaten Yingjiang, Provinsi Yunnan, Tiongkok dengan kekuatan 5,8 Skala Richter dan berdampak pada lebih dari 200.000 warga. Bupati Yingjiang menyatakan bahwa sebelum gempa itu terjadi, telah ada gempa berskala kecil sebanyak lebih dari 1.000 kali dalam 2 bulan.

Karena itu, akibat banyaknya getaran yang terjadi, banyak bangunan yang kehilangan daya topang sehingga ketika gempa besar ini terjadi, dampaknya amatlah serius. Sesungguhnya, Papua Nugini juga sempat diguncang gempa. Beruntung, tiada korban yang jatuh dan warga tetap dalam keadaan aman. Ketenteraman adalah berkah. Namun, ada pula bencana akibat ulah manusia seperti konflik antaragama di Mesir. Sesungguhnya, penyebab konflik antaragama ini adalah perseteruan sebuah keluarga Muslim dan sebuah keluarga Kristen yang anak-anaknya terlibat percintaan. Dua keluarga yang berbeda keyakinan ini memulai konflik. Dan kini, konflik ini berkembang menjadi konflik antaragama.

Sesungguhnya, semua agama mengajarkan cinta kasih. Dengan adanya keyakinan terhadap cinta kasih, mengapa masalah percintaan dua orang dapat berubah menjadi bencana bagi masyarakat? Ini sungguh hal yang patut disesalkan. Karena itu, kita harus bersungguh hati. Kita juga melihat bahwa di Amerika Serikat, sudah hampir dua minggu para relawan dari Afrika Selatan berbagi tentang bagaimana semangat Tzu Chi yang mereka terapkan di Afrika Selatan dan tentang bagaimana mereka membimbing para relawan dari suku Zulu untuk turut bersumbangsih dan mengasihi sesama.

Meski hidup sulit, mereka masih dapat merawat pasien AIDS. Meski hidup sulit, mereka masih dapat merawat banyak anak yatim piatu. Semangat inilah yang mereka bagikan di Amerika Serikat. Di manapun, mereka mendapat sambutan hangat. Semangat yang melampaui pagar pembatas suku dan agama ini sungguh membuat banyak orang tersentuh. “Kalian telah menanamkan benih di hati saya. Dan mulai hari ini, saya telah berubah. Keinginan saya adalah menolong orang lain,” kata salah seorang relawan dari Afrika Selatan. Jika semua orang dapat bersumbangsih sedikit, itu akan sangat berarti. Dunia ini adalah satu keluarga.

Alangkah baiknya jika kita dapat sedikit bersumbangsih dan membuat dunia menjadi lebih indah. Para relawan Tzu Chi dari suku Zulu ini juga menerima penghargaan pelayanan masyarakat dari pemerintah California Utara. Demikianlah insan Tzu Chi di dunia menyebarkan ajaran Mahayana ke berbagai tempat sekaligus menyebarkan semangat Tzu Chi dan membangkitkan sifat hakiki banyak orang. Semua ini sangatlah indah.

Kita harus memahami bahwa cinta kasih yang ada dalam diri kita sesungguhnya sama dengan Buddha. Sifat luhur Buddha bagaikan cahaya matahari dan bulan. Di manapun itu, selama ada matahari, suatu tempat akan terang; selama ada bulan, tempat itu akan menjadi indah di bawah lembutnya cahaya rembulan. Jadi, sifat luhur Buddha bagaikan cahaya matahari dan bulan yang dapat memecah kegelapan. Jadi, batin semua makhluk harus menyerap Dharma agar jiwa kebijaksanaan dapat bertumbuh. Bodhisatwa sekalian, belakangan ini saya terus berharap dan terus meminta kalian agar menyerap Dharma ke dalam hati. Jika semua orang dapat menyelami Dharma, akankah terjadi konflik antarmanusia? Kita harus membangkitkan kebijaksanaan. Semua orang memiliki kebijaksanaan hakiki yang jernih bagai cermin, hanya saja ia tertutup oleh kegelapan batin. Kini kita harus bertobat secara mendalam agar kegelapan batin kita ini dapat terkikis sehingga cermin kebijaksanaan ini kembali jernih. Karena dunia ini diliputi Lima Kekeruhan, maka jalan kehidupan manusia pun semakin gelap. Jadi, di tengah kekeruhan ini, bagaimana kita membawa kejernihan dalam jalan kehidupan ini? Semua ini harus dimulai dari hati manusia. Karena itu, saya berharap kita dapat sungguh-sungguh membersihkan kekotoran batin sehingga jalan kehidupan ini dapat kembali terang dan lapang serta aman untuk dilalui.

Lihatlah Relawan Chen Qing Dian yang dahulu pernah kehilangan arah dan gemar mabuk-mabukan selama belasan tahun. “Dahulu, saat pulang ke rumah, mulai saat masuk dari halaman sampai ke dapur, saya akan merusak semua barang yang saya temui,” katanya. “Dan saat itu Anda tak menyadarinya?” tanya relawan. “Ya, saya baru akan sadar setelah bangun tidur. Tetapi, sudah terlambat. Saya mengulanginya setiap hari. Perabot rumah, alat dapur, dan lain-lain, pokoknya semua yang bisa dibanting pasti saya banting,” kata Chen Qing Dian. Yang lebih sulit dibayangkan adalah ia bahkan tak ingat bagaimana anaknya tumbuh. “Sejak ia berusia 6 tahun hingga ikut wajib militer, saya benar-benar tidak tahu. Saya tidak tahu apapun tentangnya. Saya bahkan tak tahu usianya saat orang bertanya. saya bahkan tak bisa menjawab. Akhirnya, ia bilang bahwa ia sudah 20 tahun,” Chen Qing Dian mengakui. Beruntung, ia memiliki istri yang baik yang tak pernah meninggalkannya. Alkohol telah merusak kesehatannya hingga ia menderita susah tidur. Ia pun berobat ke RS Tzu Chi Dalin.

Selain memperoleh perawatan medis, yang terpenting adalah pemulihan batin. Setelah para insan Tzu Chi memahami kondisinya, mereka mengajaknya menjadi relawan setelah keluar dari rumah sakit. Para insan Tzu Chi juga yakin bahwa selama ia mengenakan seragam Tzu Chi, ia pasti menaati 10 Sila Tzu Chi, tidak berani minum alkohol maupun merokok. Karena itu, ada seorang relawan yang membelikannya beberapa helai seragam agar dapat ia kenakan setiap hari. Ia mengatakan bahwa meski ia telah berhenti minum alkohol, namun masih sulit untuk berhenti merokok. Namun, selama mengenakan seragam, ia tidak berani merokok.

Ketika mengunjungi posko daur ulang, saya mengatakan padanya, “Karena saya sudah datang ke sini, maukah kamu berhenti merokok mulai sekarang?” Kini ia telah benar-benar bertobat dan berani berbagi kisah dengan banyak orang. Ia sungguh telah bertobat. Setelah bertobat, ia mulai berubah dan membuang segala kebiasaan buruknya. Kini ia telah menaati 10 Sila Tzu Chi. Bayangkan, dengan menolong satu orang, berarti telah menolong satu keluarga.

Akhir kata, kita harus menyucikan hati kita sendiri dan yakin tiada tabiat buruk yang tak dapat diubah. Namun, diperlukan banyak Bodhisatwa dunia untuk senantiasa mendampingi. Ini merupakan pendidikan yang membimbing semua orang ke arah yang benar. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Cinta Kasih Tzu Chi di Bulan Suci

Cinta Kasih Tzu Chi di Bulan Suci

17 September 2009
Setelah tiba di lokasi, para relawan benar-benar bersatu padu untuk  memindahkan barang. Cuaca pada hari itu sangat panas. Para warga telah berbaris rapi menunggu antrian untuk mendapatkan beras. Para relawan tidak tega melihat para warga berjemur di bawah terik matahari. Oleh karena itu, mereka membagikan payung kepada warga untuk menghindar dari terik matahari.
Mengajak Adik-adik Menjaga Lingkungan

Mengajak Adik-adik Menjaga Lingkungan

23 Maret 2009 “Acara seperti ini bagus sekali, kalau bisa sering-sering diadakan. Karena dengan training, kita bisa lihat dan mempraktikkan.” Ia mengaku setelah mengikuti acara sosialisasi ini, dirinya akan melakukan perubahan gaya hidup yang mengarah ke pelestarian lingkungan. Salah satunya dengan tidak menggunakan plastik dan styrofoam.“
Tidak Mudah Menyerah

Tidak Mudah Menyerah

26 Oktober 2016

Kelas budi pekerti yang diadakan sebulan sekali dibagi menjadi dua kelas sesuai dengan rentang usia mereka. Kelas kecil belajar tentang tidak mudah menyerah sementara kelas besar bagaimana membangun kepedulian terhadap sesama. Kelas budi pekerti yang diadakan pada tanggal 23 Oktober 2016 diikuti sebanyak 61 anak.

Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -