Suara Kasih: Tanggung Jawab Misi Pendidikan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

 

Memikul Tanggung Jawab dalam Misi Pendidikan

 

Membagikan bantuan dana tunai kepada korban bencana
Menyebarkan kehangatan ke tengah masyarakat
Menjalankan misi pendidikan dan menapaki jalan Bodhisatwa
Membalas budi luhur semua makhluk

Tanggal 11 Juni lalu bencana besar di Jepang berlalu genap tiga bulan. Saat itu insan Tzu Chi juga berada di lokasi bencana untuk membantu para korban bencana. Pada pukul 2.46 siang waktu setempat, insan Tzu Chi mengadakan acara doa bersama dengan warga setempat. Kemarin saat peringatan 3 bulan bencana besar, korban bencana di Kota Rikuzentakata bertemu dengan insan Tzu Chi untuk yang kedua kalinya. Mereka menerima bantuan dana tunai dari insan Tzu Chi. Mereka sangat tersentuh dan berkata bahwa pertama kali mereka mengenal Tzu Chi saat pembagian selimut. Kini untuk yang kedua kalinya mereka melihat ketulusan insan Tzu Chi.

Mereka bahkan bertanya pada relawan bagaimana mengucapkan terima kasih dalam bahasa Mandarin. "Apa kalian ingin belajar mengucapkan terima kasih dalam Bahasa Mandarin? Xie Xie. Ada sebuah pengucapan yang lain, yaitu "Gan En", terima kasih banyak," kata salah seorang relawan. Mereka belajar mengucapkan kata "Gan En". Mereka saling menghormati dan mengasihi. Para relawan membimbing warga setempat dengan cara yang santai. Hal ini sungguh tidak mudah. Inilah berita yang kita terima dari Jepang. Saya sungguh dipenuhi rasa syukur. Mereka bahkan mengajarkan bahasa isyarat tangan mengenai cara memeragakan "terima kasih". Inilah cara mereka berinteraksi dengan penuh cinta kasih.

Beberapa hari lalu, kita yang berada di Taiwan juga merasakan kebahagiaan dalam Dharma karena melihat upacara wisuda di Universitas dan Sekolah Menengah Tzu Chi di Tainan dan Hualien. Setiap upacara yang berlangsung sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Para siswa mementaskan Drama Musikal Sutra Bakti Seorang Anak. Mereka mengubah, menyutradarai, dan mementaskannya sendiri. Setiap orang yang melihatnya sungguh merasa tersentuh. Saat menghadiri upacara wisuda siswa Universitas Tzu Chi di Aula Jing Si di Hualien, saya juga terus memerhatikan televisi di samping yang menayangkan upacara wisuda Sekolah Menengah Tzu Chi di Tainan. Saat acara dimulai, para siswa di Hualien mementaskan Drama Musikal Sutra Bakti Seorang Anak sedangkan siswa di Tainan memeragakan lagu "Syukur".

 

Pemandangan yang penuh budaya humanis itu berlangsung dalam waktu hampir bersamaan. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Para guru dan dosen membawakan sebuah lagu berjudul "Nasihat". Lagu itu menggambarkan harapan dan nasihat mereka terhadap para siswanya. Para dosen berdiri di atas panggung untuk menyanyikannya, inilah suasana upacara wisuda di Hualien. Demikian pula dengan yang di Tainan, lagu "Nasihat" sungguh menghangatkan hati.

 

Setelah itu, para siswa membawakan lagu "Janji Bakti" dan "Syukur" yang ditujukan kepada para guru agar mereka tidak khawatir. Mereka juga meminta saya agar jangan khawatir karena mereka akan mengingat semua nasihat. Inilah budaya humanis Tzu Chi. Daripada memberi nasihat dengan tutur kata, lebih baik kita memberi nasihat melalui lagu dan gerakan tubuh. Melalui cara yang sederhana ini, nasihat dari para guru akan selalu mereka ingat dalam hati.

Upacara wisuda ini sungguh menghangatkan hati. Inilah tradisi di sekolah Tzu Chi. Ada pula sebuah lagu berjudul "Jawaban" yang menggambarkan hati anak muda yang ingin terbang bagaikan burung, namun mereka tidak tahu harus terbang menuju arah mana. Beruntung, di sekolah Tzu Chi terdapat ayah dan ibu asuh yang membimbing para siswa serta membuat mereka memahami segala jawaban dari pertanyaan. Jawaban yang tepat dan bersifat abadi hanya ada satu kata, yakni cinta kasih. Berkat bimbingan mereka, para anak muda dapat berjalan di arah yang benar. Ada pula sebuah acara bagi para siswa untuk mengungkapkan rasa syukur mereka kepada orang tua. Orang tua juga diminta naik ke atas panggung agar anak mereka dapat mengungkapkan rasa syukur dengan bahasa tubuh. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Banyak orang tua yang merasa tersentuh hingga meneteskan air mata. Tentu saja, anak yang beruntung akan mendapat pelukan dari orang tuanya di atas panggung.

Namun, di Universitas Tzu Chi terdapat seorang anak bernama Hu Qinyu yang orang tuanya bercerai saat ia masih kecil. Ayahnya pun membawa ia dan kakaknya untuk diasuh oleh neneknya. Mulanya, ia merasa sangat tidak percaya diri karena tidak memiliki orang tua yang bertanggung jawab seperti orang lain. Sejak bersekolah di Universitas Tzu Chi, pandangannya pun berubah. Berkat ibu dan ayah asuh yang terus mendampinginya, ia pun mampu membuka hatinya.

Ia mengambil jurusan Perkembangan Anak dan Pendidikan Keluarga dan Ia berharap anak-anak yang mengalami hal yang sama dengannya memperoleh dukungan dalam tumbuh kembangnya dan menjalani kehidupan ini dengan perilaku yang baik. Ia sangat berterima kasih atas pendampingan ibu asuh Tzu Chi. Karena itu, ia tidak akan melupakan pendidikan yang ia peroleh di Tzu Chi. Ia adalah harapan masa depan, ia telah membuka hati dan akan berkontribusi bagi masyarakat. Inilah harapan masyarakat.

Kita juga dapat melihat seorang siswa dari sekolah menengah Tzu Chi di Tainan yang bernama Fan Tingyu. Ia bukan berasal dari keluarga berada, tetapi orang tuanya sangat berhati baik. Ia sudah mengenal Tzu Chi sejak kecil. Ia sering ikut menjadi relawan bersama dengan ibunya. Ia berkata pada ibunya bahwa kelak ia ingin masuk ke sekolah Tzu Chi. Setelah lulus sekolah dasar, ia bersikeras untuk masuk ke sekolah Tzu Chi di Tainan, tetapi karena ia tinggal di Kaohsiung, apa yang harus ia lakukan? Ia beserta dengan guru dan para siswa dari luar daerah menyewa sebuah rumah. Jadi, ia tinggal bersama dengan mereka. Ia sangat giat belajar dan paling aktif menjadi relawan di Rumah Sakit. Asalkan ada hari libur, ia akan menjadi relawan di Rumah Sakit Tzu Chi di Dalin. Ia sangat suka membantu orang lain, karena itu banyak orang menyukainya. Setiap hari kita melihatnya tersenyum. Ia sungguh mengagumkan.

Singkat kata, inilah pendidikan kita. Pendidikan harus dimulai sejak kecil agar dapat membawa harapan bagi dunia. Agar negara dapat makmur, masyarakat dapat damai, dan keluarga dapat harmonis, kita harus memulainya dari pendidikan. Semoga setiap orang dapat memikul tanggung jawab dalam menjalankan misi pendidikan. Saya berharap pendidikan tak hanya diterapkan di sekolah, kita harus mensosialisasikan misi pendidikan ke seluruh dunia.

 
 

Artikel Terkait

Memaknai Bulan Tujuh Penuh Berkah

Memaknai Bulan Tujuh Penuh Berkah

07 Agustus 2014 Minggu, 3 Agustus 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melaksanakan kegiatan untuk memperingati Bulan Tujuh Penuh Berkah. Dalam kegiatan ini para relawan membacakan doa dan mendengarkan ceramah Master Cheng Yen.
Wujud Toleransi dalam Memperbaiki Rumah Ibadah

Wujud Toleransi dalam Memperbaiki Rumah Ibadah

24 Mei 2023

Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas (Xie Li Papua) memperbaiki gereja di Desa Yadauw, Distrik Kaureh, Kabupaten Jayapura pada Jumat, 12 Mei 2023. 

Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -