Training Guru Tzu Chi School
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy|
|
| ||
| Mengajar dalam lingkungan Tzu Chi berbeda dengan sekolah lain pada umumnya, terutama pada budaya humanis yang diterapkan oleh insan Tzu Chi dimanapun mereka berada. Pada sesi ini peserta diperkenalkan dengan budaya humanis dan tata krama yang berlaku di Tzu Chi mulai dari cara makan, berjalan, duduk hingga tidur. Selain itu juga peserta diberikan pengarahan mengenai cara penggunaan seragam yang baik dan benar. Sesi ini memberikan ketertarikan sendiri bagi guru yang hadir. “Mengenai tata krama itu kita harus memulai dari guru-guru. Kita harus belajar dulu tata kramanya, jadi kalau kita mengajar anak-anak gurunya juga harus memberi teladan,” ungkap seorang guru bahasa Mandarin setelah melihat tata cara tersebut. Mereka pun diajak untuk mengenal salah satu budaya humanis Tzu Chi lainnya, yaitu isyarat tangan. Guru yang sudah belajar pun maju menampilkan isyarat tangan tersebut dan kembali sama-sama belajar gerakan tersebut.
Keterangan :
Sekolah Tzu Chi membutuhkan semangat dari para guru untuk mendidik anak-anak karena harapan begara ada pada anak-anak dan harapan anak-anak ada pada pendidikan yang baik. Setelah mengenal budaya humanis, para guru diperkenalkan tentang pendidikan Tzu Chi yang berbasis budaya humanis. Sesi ini dibawakan oleh seorang relawan Tzu Chi yang bernama Mei Rong. Ia menjelaskan bagaimana pendidikan humanis yang biasanya diterapkan pada kelas budi pekerti dan cara mereka mengajarkannya. Pada sesi tersebut ia menganalogikan guru dan anak-anak dalam sebuah pohon. Pada saat menempuh pendidikan awal di TK (Taman Kanak-kanak), guru bagaikan menabur benih cinta kasih, lalu berlanjut ke jenjang SD, guru bagaikan merawat tunas dengan kasih sayang dan setelah itu pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP dan SMA, anak-anak semakin tumbuh dewasa, dan bagaikan sebuah pohon dengan banyak ranting, guru mendidik dengan kasih sayang merapikan ranting pohon tersebut.
Keterangan :
Sesi itu pun dilanjutkan dengan penjelasan oleh Direktur Tzu Chi School, kho Hui Ping, mengenai peraturan dan prosedur yang berlaku dan diterapkan bagi guru selama mengajar di sekolah ini. Dan acara training ini ditutup dengan mendengarkan ceramah Master Cheng Yen. Elva, seorang guru bahasa Mandarin yang sudah memiliki pengalaman mengajar selama 3 tahun ini telah mengenal Tzu Chi sejak ia tinggal di Medan melalui stasiun televisi DAAI TV. “Training hari ini membuat saya terharu. Kita bisa menjadi orang yang lebih baik, walaupun saat diterapkan pun memang susah, belum tentu kita sendiri pun bisa, namun kita belajar dan kita mengharapkan kita bisa memengaruhi murid-murid kita juga, jadi mereka dapat berbuat yang lebih baik dari pada kita sendiri,” ungkapnya yang kini juga telah meluangkan waktunya untuk menjadi relawan Tzu Chi. | |||
Artikel Terkait
Berita Internasional: Bantuan Beras bagi Warga di Tondo, Manila
16 Maret 2017Kebahagiaan dirasakan 545 keluarga di Barangay 105 Tondo, Manila, Filipina saat mendapatkan bantuan beras dari relawan Tzu Chi. Beras ini dibawa langsung dari Taiwan.
Tzu Chi Cup, Asah Bakat Non-akademis Siswa
20 Februari 2020SD Tzu Chi mengadakan Tzu Chi Cup, ajang kompetisi antar sekolah yang diikuti oleh lebih dari 25 sekolah di Jabodetabek dari tanggal 13-15 Februari 2020.
Jamuan Teh Tzu Chi Medan, Merefleksi dan Mengembangkan Budaya Humanis
20 November 2024Tzu Chi Medan mengadakan acara jamuan teh untuk mempererat hubungan antar relawan dan mengembangkan budaya humanis melalui sesi berbagi pengalaman dan bedah buku.










Sitemap