Tzu Chi Tebar Kasih Natal di GBI Amanat Agung

Jurnalis : Lestin Trisiati, Vincent Salimputra (He Qi Pluit), Fotografer : Lestin Trisiati, Lasuardi Tham (He Qi Pluit)

Paket beras yang tertata rapi di teras GBI Amanat Agung mencerminkan budaya humanis Tzu Chi yang menghargai penerima dan setiap bantuan yang diberikan.

Natal tidak selalu hadir dalam gemerlap perayaan. Bagi sebagian jemaat, kehangatan justru terasa ketika kebutuhan paling dasar terpenuhi. Di tengah keterbatasan hidup, sekarung beras menjadi bukti bahwa perhatian yang tulus dapat menopang kehidupan dan menjaga harapan tetap menyala dari hari ke hari.

Nuansa inilah yang mewarnai kegiatan pembagian beras yang diselenggarakan Tzu Chi Indonesia melalui komunitas He Qi Pluit di GBI Amanat Agung, gereja yang dikelola Yayasan Jala Benaya, pada Sabtu 13 Desember 2025.

Sejak pukul 08.00 WIB, sepuluh relawan telah hadir lebih dahulu. Bersama pengurus gereja, mereka bergotong royong menata 100 paket beras, masing-masing seberat 10 kilogram. Hingga pukul 11.00 WIB, pembagian berlangsung tertib dan lancar, tanpa antrean panjang maupun keramaian.

Di balik kesederhanaan proses tersebut, para relawan memaknai kegiatan ini lebih dari sekadar pembagian logistik. Setiap karung beras membawa niat untuk meringankan beban hidup, terutama jelang Natal, ketika kebutuhan rumah tangga meningkat dan banyak keluarga harus bertahan dengan keterbatasan.

Junaedi mewakili pengurus GBI Amanat Agung memberikan kata sambutan sebelum kegiatan pembagian beras dimulai.

Penyerahan simbolis paket beras menjadi awal interaksi hangat antara relawan Tzu Chi dan penerima.

Hok Lay, selaku koordinator kegiatan menyampaikan harapannya agar bantuan ini benar-benar diterima oleh jemaat yang membutuhkan.“Semoga yang menerima hari ini kehidupannya perlahan menjadi lebih baik. Kalau suatu saat ada pembagian lagi, semoga bisa dialihkan kepada saudara lain yang lebih membutuhkan,” ujarnya.

Bagi pihak gereja, perhatian yang terus terjalin ini meninggalkan kesan mendalam. Junaedi mengungkapkan rasa syukurnya atas kepedulian Tzu Chi. “Kami sangat berterima kasih. Ini sudah kali kedua pembagian beras dilakukan di gereja kami, dan artinya sangat besar bagi jemaat,” tuturnya. Menurutnya, kehadiran para relawan bukan hanya membawa bantuan, tetapi juga menghadirkan rasa diperhatikan.

Sebelum pembagian dimulai. Jenny Leo membacakan pesan Master Cheng Yen yang tertera pada setiap kupon beras, “Sumbangan beras ini akan habis pada saatnya, namun cinta kasih dan rasa syukur yang terkandung di dalamnya akan berlangsung sepanjang masa.”

Pesan tersebut menegaskan bahwa yang dibagikan bukan sekadar bahan pangan, tapi juga ketulusan, kepedulian, serta kerja keras para relawan. Nilai-nilai inilah yang diharapkan dapat bertahan lebih lama dan menyertai para penerima dalam menghadapi keseharian yang tidak selalu mudah.

Saat menyerahkan paket beras, Melia Tjhung dan Liu Su Khiong (kanan) berbagi senyum, memperlihatkan kepedulian yang tulus dan menyentuh hati.

Momen Wennie (kanan) menerima bantuan dari Junaedi (kiri) menegaskan kepedulian gereja dan relawan Tzu Chi bagi jemaat.

Rasa syukur pun mengalir dari para penerima bantuan. Wennie, warga Rawa Bebek, yang anaknya menerima bantuan pendidikan dari Tzu Chi melalui program Anak Teratai mengungkapkan pengalamannya. “Saya benar-benar bersyukur atas bantuan ini. Berasnya sangat membantu kebutuhan sehari-hari kami. Namun yang membuat kami merasa dikuatkan adalah perhatian dan kepedulian yang kami terima,” ujarnya.

Hal serupa disampaikan Liu Su Khiong, warga Tambora. “Bantuan beras ini sangat berarti bagi keluarga kami. Di saat kebutuhan rumah tangga terus berjalan, perhatian seperti ini memberi kami rasa lega dan semangat. Terima kasih atas kebaikan dan kepedulian Tzu Chi,” katanya.

Jelang akhir kegiatan, paket-paket beras berpindah tangan satu per satu. Tak banyak kata terucap, namun senyum dan tatapan hangat menjadi bahasa yang paling jujur. Di halaman gereja yang sederhana, Natal hadir tanpa gemerlap, namun terasa utuh melalui kepedulian yang diwujudkan dalam tindakan.

Sekarung beras memang akan habis. Namun cinta kasih, rasa syukur, dan jalinan kebajikan yang tumbuh hari itu diharapkan terus hidup, menguatkan langkah banyak orang dalam menjalani hari-hari mendatang.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Berbagi Kasih Kepada Sesama Dalam Menyambut Perayaan Natal

Berbagi Kasih Kepada Sesama Dalam Menyambut Perayaan Natal

26 Desember 2022

Tzu Chi Pekanbaru membagikan 824 paket sembako kepada warga prasejahtera di Kelurahan Tuah Negeri, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

Jodoh Baik Menjelang Perayaan Natal

Jodoh Baik Menjelang Perayaan Natal

21 Desember 2022

Relawan Tzu Chi komunita He Qi Timur membagikan 100 Paket Natal di Gereja Kristen Indonesia, Kebon Bawang, Jakarta Utara. Paket ini yang berisi berisi 5 kg beras, 2 liter minyak goreng, 2 kg gula putih, 20 bungkus DAAI Mie, dan 1 buah celengan Tzu Chi, 17 Desember 2022.

Tzu Chi Lampung Berbagi Kebahagiaan Jelang Natal

Tzu Chi Lampung Berbagi Kebahagiaan Jelang Natal

19 Desember 2025

Sambut Natal 2025, Tzu Chi Lampung membagikan 200 paket Cinta Kasih kepada keluarga kurang mampu di tiga gereja di Bandar Lampung. Paket sembako berisi 5 kg beras, 1 liter minyak, 1 kaleng roti, dan 2 bungkus mie kering. 

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -