Tzu Ching Camp VIII: Pintu Masuk Benih Bodhisatwa

Jurnalis : Yuliati, Juliana Santy, Fotografer : Meilin, Miki Dana, Elysa (Tzu Ching Jakarta)
 
 

foto
Dari tahun ke tahun Tzu Ching selalu mengadakan Tzu Ching Camp sebagai pintu masuk para Bodhisatwa baru.

“Ada dua hal yang tidak dapat ditunda: Berbakti kepada orangtua dan berbuat kebajikan,” inilah tema yang diusung keluarga besar Tzu Ching dari tahun ke tahun untuk menggalang benih-benih Bodhisatwa baru yang biasa disebut dengan Tzu Ching Camp. Tahun ini, terdapat 198 peserta yang turut membuka gerbang Tzu Ching terdiri dari mahasiswa yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bandung. Ada pula beberapa yang datang dari Jambi, Sumatera. Kegiatan Tzu Ching dilaksanakan sejak tanggal 8 – 9 Juni 2013 di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.

Pada kegiatan Tzu Ching Camp ini, juga dihadiri puluhan anak asuh Tzu Chi. “Diharapkan mereka dapat mempraktikkan apa yang  telah didapatkan dari materi pada Tzu Ching Camp ini. Juga dapat menjadi teladan bagi teman-teman mereka,” papar Andriyan Viryadi Tanamir selaku koordinator kegiatan. Ia juga merasa senang dengan kehadiran peserta yang antusias dalam mengikuti kegiatan. “Saya yakin dan optimis mereka akan dapat mempraktikkan kebajikan dan bergabung di keluarga besar Tzu Ching,” imbuhnya.

Sangat Mendukung
Dari tahun ke tahun Tzu Ching selalu mengadakan Tzu Ching Camp sebagai pintu masuk para Bodhisatwa baru. Seperti yang dirasakan Viny Kurniawan, salah satu generasi pertama Tzu Ching, bahwa ia selalu memantau proses kegiatan Tzu Ching Camp ini dari awal meskipun tidak banyak terlibat. Viny mengaku banyak perubahan pada kegiatan Tzu Ching Camp tahun pertama dengan Tzu Ching Camp kali ini. “Dulu panitia dikit sekali dan ngerjain apapun sendiri. Sedangkan sekarang lebih banyak panitia sehingga bisa tertata. Shigu Shibo juga mendukung,” aku Viny menceritakan pengalamannya.

Selain banyak yang terlibat dalam kepengurusan Tzu Ching juga senantiasa mendapatkan dukungan dari orangtua. Hubungan Tzu Ching dengan Shigu Shibo yang semakin dekat melalui banyaknya kegiatan yang dilakukan bersama-sama dapat membentuk kekeluargaan yang semakin kental. Sebagai salah satu bagian dari keluarga besar Tzu Ching, Viny menaruh harapan besar kepada bibit-bibit muda Tzu Ching. “Kuantitas sih penting, tapi aku lebih melihat dari kualitas mereka. Keterlibatan mereka saat ini mudah-mudahan membawa sesuatu bagi mereka. Benih ini mereka bawa terus dalam hidup mereka,” harap Viny mengakhiri pembicaraan.

foto  foto

Keterangan :

  • Pada camp ini setiap peserta diperkenalkan dengan misi-misi Tzu Chi dan mengajak mereka untuk turut serta dalam misi ini (kiri).
  • Viny (kedua dari kiri) berharap Keterlibatan peserta saat ini dapat membawa sesuatu hal berguna yang dapat mereka bawa terus dalam kehidupan masing-masing (kanan).

Mengerti Orang Tua
Di Camp ini, sesuai dengan temanya setiap anak diingatkan kembali untuk berbakti kepada orang tua. Salah satunya adalah Andrew Tanamas, “Kita banyak dikasih lihat video hubungan bagaimana ibu dan ayah menyayangi anak-anaknya. Banyak yang kadang kita ga pernah pikirin, yang setiap hari ibu kita sayang sama kita, ingatin kita makan, ingatin kita bangun pagi mau kuliah, yang adanya di kita, ‘ah apaan sih’. Semua diperlihatkan kembali jadi kita sadar, selama ini kita salah,”ucapnya.

Andrew , anak ketiga dari empat bersaudara ini mengatakan bahwa dirinya mudah emosi dan keras kepala, “Saya orangnya agak emosian dan keras kepala, dan ayah saya sendiri juga begitu, keras kepala dan emosian, jadi jika ada masalah suka berdebat, masih mending jika hanya berdebat aja, pernah sampai papa sendiri sampai kesel dan marah, padahal dia sendiri jarang marah. Dan yang disana emang saya salah. Ga pernah menyadari kalau selama ini dia capek banget kerja keras buat kita bisa nikmatin hidup yang enak, supaya ga ulangin yang dulu dia rasain, yang mungkin dulu hidupnya kurang enak,” tutur Andrew.

Kedua orang tuanya merupakan relawan Tzu Chi yang giat. Andrew mengakui mereka adalah kedua orang tua yang hebat, karena di tengah kesibukannya berkerja dan mengurusi keluarga, mereka masih dapat berdedikasi di Tzu Chi tanpa mengeluh sedikit pun, dan baginya mereka adalah orang tua yang sempurna.

foto  foto

Keterangan :

  • Waliroh salah satu anak asuh Tzu Chi turut aktif memperkenalkan kegiatan-kegiatan Tzu Chi kepada teman-temannya (kiri).
  • Walaupun hanya bertemu dalam waktu dua hari satu malam, namun keakraban bagai keluarga dirasakan setiap peserta (kanan).

Mengenal Tzu Chi melalui Misi-misinya
Ivan Darren, salah satu peserta Tzu Ching Camp merasa sangat senang bisa bergabung pada kegiatan Tzu Ching Camp kali ini. Ia merasa rasa kekompakan di antara kelompok peserta itu ada dan bisa menata kebiasaan-kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Ivan yang sehari-harinya belajar di bangku perkuliahan mengenal Tzu Chi melalui misi pelestarian Tzu Chi dengan aktif mengikuti pemilahan sampah di depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi.

Selain aktif di depo, ia juga menerapkan pemilahan sampah di rumah tempat tinggalnya. “Awalnya saya penasaran dengan kegiataan daur ulang, lama-lama saya merasa karena ada waktu daripada di rumah lebih baik bantuin untuk pelestarian lingkungan,” ungkap Ivan. Ia mengaku telah melakukan pemilahan sampah plastik dan organik di rumah untuk kemudian dibawa ke depo daur ulang Tzu Chi.

Melalui keaktifannya di misi pelestarian lingkungan ini, Ivan merasa ada kebanggaan tersendiri pada dirinya. “Saya merasa senang sudah melakukan pelestarian lingkungan, sedangkan orang lain belum tentu bisa melakukannya,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa dengan melakukan pelestarian lingkungan maka dapat menjaga bumi agar bebas dari global warming dengan cara merawat dan menyayangi bumi, salah satunya melakukan daur ulang sampah.

Berbeda dengan Waliroh Komarifah yang mengenal Tzu Chi dari misi pendidikannya. Waliroh salah satu anak asuh Tzu Chi turut aktif memperkenalkan kegiatan-kegiatan Tzu Chi kepada teman-temannya. Dalam sharingnya, waliroh mengaku pada kesempatan ini ia memperoleh berkah baik untuk mengikuti kegiatan Tzu Ching Camp bersama puluhan anak asuh lainnya. “Selama kegiatan ini, saya merasa banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan. Saya merasa bersyukur bisa ikut dibandingkan orang di luar sana,” ungkap Waliroh. Ia juga mengungkapkan meskipun Tzu Chi merupakan yayasan Buddha, namun ia merasakan perbedaan itu tidak ada. Ia mengaku Yayasan Tzu Chi merupakan yayasan lintas agama, sehingga siapapun bisa bergabung dan mengikuti kegiatan Tzu Chi bersama para Bodhisatwa lainnya.

  
 

Artikel Terkait

Meneruskan Misi Pelestarian Lingkungan

Meneruskan Misi Pelestarian Lingkungan

03 Agustus 2016

Berkomitmen mendukung misi pelestarian lingkungan Tzu Chi, insan Tzu Chi He Qi Pusat meresmikan Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, yang terletak di jalan Krekot Bunder IV Blok H No. 20, Jakarta Pusat pada hari Minggu, 31 Juli 2016.

 

Menebar Cinta Kasih Melalui Kunjungan Kasih ke Rumah Lansia

Menebar Cinta Kasih Melalui Kunjungan Kasih ke Rumah Lansia

13 November 2018
Dengan semangat yang tak kenal lelah untuk terus menebarkan cinta kasih, pada tanggal 25–27 Oktober 2018, relawan Tzu Chi Sinar Mas dari Xie Li Kalimantan Selatan 2 melaksanakan kunjungan kasih kepada para lansia di Desa Sangsang, Tamiang Bakung, Tebing Tinggi, Geronggang, dan Sepapah.
Suara Kasih : Menyucikan Hati

Suara Kasih : Menyucikan Hati

21 Desember 2010 Pada saat Pemberkatan Akhir Tahun setiap tahunnya, tim isyarat tangan akan mementaskan pertunjukan isyarat tangan untuk memberi tahu setiap orang bahwa kehidupan kita sekarang sama dengan apa yang pernah dikatakan Buddha. Buddha adalah Yang Maha Sadar di alam semesta.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -