Ukir Makna Kemerdekaan

Jurnalis : Ivana, Fotografer : Anand Yahya
 
foto

Kemerdekaan RI yang ke-63 diperingati Tzu Chi bersama warga Perumahan Cinta Kasih dengan mengadakan upacara pengibaran bendera.

Dekorasi dengan kain berwarna merah dan putih memenuhi sekeliling lapangan sepakbola Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Maklum, ini adalah Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-63.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.45, 17 Agustus 2008. Lapangan itu baru mulai ramai. Sekitar 500 orang mengisi ruang kosong di lapangan tersebut. Barisan yang rapi mulai terbentuk sesuai pembagian kelompoknya masing-masing. Ada perwakilan untuk siswa Sekolah Cinta Kasih, muda-muda Tzu Chi (Tzu Ching), warga Perumahan Cinta Kasih Cengkareng, warga Perumahan Cinta Kasih Muara Angke, serta karyawan pengelola kedua perumahan tersebut. Semuanya berkumpul untuk mengikuti upacara peringatan 63 tahun Kemerdekaan Indonesia dengan tema “Dengan Semangat Kemerdekaan dan Kebersamaan, Mari Kita Bangun Masa Depan yang Lebih Baik”.

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia juga menggelar upacara khidmat untuk menyatakan rasa syukur atas kemerdekaan yang telah dinikmati bangsa ini. Kemerdekaan membuat segala sesuatu menjadi mungkin dilakukan, termasuk menebar cinta kasih dalam masyarakat.

Tiga puluh enam siswa SMK Cinta Kasih terpilih untuk menjadi Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Selama 3 minggu mereka berlatih di bawah bimbingan Budiyanto dari Polda Metro Jaya Satuan Wilayah Jakarta Barat. Bendera negara merah putih perlahan melambai tinggi di angkasa dengan iringan lagu Indonesia Raya yang juga dikumandangkan oleh paduan suara Sekolah Cinta Kasih.

foto  foto

Ket : - Sekitar 500 orang mengisi lapangan sepakbola Perumahan Cinta Kasih Cengkareng. Mereka terdiri dari
           siswa Sekolah Cinta Kasih, warga Perumahan Cengkareng dan Muara Angke, pengelola kedua perumahan
           tersebut, serta relawan Tzu Chi. (kiri)
         - Albert Ng, relawan yang menjadi pembina upacara, menyerahkan bendera merah putih pada anggota
           Paskibra. Seluruh anggota Paskibra berjumlah 36 orang yang dipilih dari siswa-siswi SMK Cinta Kasih.
           (kanan)

Saryono, warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke, sudah 40 tahun lebih tidak mengikuti upacara seperti ini. Ada rasa haru dan senang dalam hatinya memperingati kemerdekaan ini. “Terakhir ikut upacara waktu zaman SR (Sekolah Rakyat), udah (bertahun) tahun silam,” tukas bapak berusia 53 tahun ini. Dalam keharuan itu, Saryono berharap negara adil dan makmur serta sejahtera bagi seluruh rakyat. Ia yang berprofesi sebagai buruh tani nelayan mengaku saat ini hidupnya semakin sulit setelah kenaikan harga bahan bakar minyak. Karena itu, selain mencari ikan di laut, Saryono juga kadang menjadi buruh bercocok tanam. Dengan usaha kerasnya, ketiga anaknya dapat menjadi siswa di Sekolah Cinta Kasih. Bahkan, yang tertua adalah anggota Paskibra yang bertugas hari ini, Noni Wahyuningsih.

“Mau jadi Paskibra karena saya cinta dengan tanah air, karena ini kan suatu kebanggaan dimana tanggal 17 Agustus saya bisa jadi salah satu anggota Paskibra,” ujar Noni. Siswi kelas 2 SMK ini juga menjadi anggota Paskibra tahun lalu, ia melanjutkan, “Kemerdekaan memberi kesempatan pada saya untuk menjadi lebih baik. Zaman dulunya pahlawan berkorban demi seluruh rakyat Indonesia supaya tidak terjajah lagi dan menjadi merdeka. Saya juga ingin mengikuti jejaknya pahlawan.”

foto  

Ket : - Paduan suara Sekolah Cinta Kasih mengumandangkan lagu kebangsaan dan lagu-lagu perjuangan,
           membangkitkan semangat cinta tanah air dalam peringatan kemerdekaan.

Albert Ng, relawan Tzu Chi yang menjadi pembina upacara, membacakan sambutannya, “Marilah kita bergandengan tangan, bahu-membahu mewujudkan perumahan kita ini menjadi perumahan yang bersih dan sehat, serta mampu memberikan keteduhan bagi para penghuninya.” Para peserta upacara mendengarkan dengan sikap tegak. Sementara itu, di sebuah rumah Blok A15 nomor 1C, yang terletak persis di sisi lapangan sepakbola, Zr. Essy memapah masuk seorang siswi. Di dalam, 2 orang siswi berbaring di atas kasur yang digelar sekadarnya dan 2 siswi lain duduk sambil memegang cangkir berisi teh hangat. Mereka adalah para siswi yang tak tahan berdiri hingga upacara selesai, rata-rata karena belum makan pagi. “Dari perumahan ini akan lahir para calon pemimpin bangsa ini,” sayup-sayup terdengar suara Albert melanjutkan.

Zr. Essy, perawat dari RSKB Cinta Kasih dibantu oleh Nawiyah (51) pemilik rumah, menggosokkan minyak kayu putih untuk menghangatkan tubuh para siswi tersebut. Meski disiapkan dengan tiba-tiba, kelima siswi tersebut pulih tak lama kemudian.

“Tadi satpam ke sini katanya ada yang pingsan mau numpang di sini,” cerita Nawiyah. Tanpa diminta, ibu ini berinisiatif membuatkan teh hangat dan menyuguhkan kue-kue ala kadarnya untuk membuat para siswi tersebut lebih nyaman. Nawiyah bahkan sempat membeli makanan ringan untuk mengisi perut kosong mereka. Padahal, keuangannya sedang pas-pasan. Untuk mengobati sakit telinganya yang sudah berlangsung 3 bulan saja ia kesulitan. “Saya ikhlas, ridho, kasian anak-anak tadi pada senep (bosan –red) ikut upacara,” katanya.

 

Artikel Terkait

Banjir Jakarta: Survei ke Tanah Pasir, Penjaringan

Banjir Jakarta: Survei ke Tanah Pasir, Penjaringan

23 Januari 2013 Pada Minggu, 20 Januari 2013, dengan mengendarai sebuah alat berat milik TNI, sekitar jam 11.00 WIB Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma, dan sejumlah relawan lain melakukan survey ke daerah Tanah Pasir, Kecamatan Penjaringan. Mereka meninjau kondisi warga sekitar rumah susun Tanah Pasir yang dihuni ratusan orang.
Sebuah Kehangatan dan Kegembiraan Bagi Ama

Sebuah Kehangatan dan Kegembiraan Bagi Ama

18 Maret 2015 Relawan Tzu Chi Medan menghantarkan sebuah kehangatan dengan membantu membersihkan rumah salah satu Gan En Hu yang tidak leluasa berjalan.
DAAI NIGHT : GREAT LOVE IN HARMONY

DAAI NIGHT : GREAT LOVE IN HARMONY

25 November 2014 Biasanya acara DAAI Night hanya menyajikan pementasan musik dan isyarat tangan. DAAI Night kali ini turut menghadirkan Twilite Orchestra yang digawangi oleh Addie M.S., Twilite Chorus, dan Sastrani Titaranti Dewantara seorang spinto soprano serta Shih Yi Nan.
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -