Waisak 2557: Belajar dari Relawan Daun Bodhi

Jurnalis : Virny Apriliyanty , Noorizkha (He Qi Barat), Fotografer : Anand Yahya, Dimin (He Qi Barat), Hansen Hioe (He Qi Pusat), Stephen Ang ( He Qi Utara)
 
 

foto
Sebanyak 960 orang relawan Tzu Chi membentuk formasi daun Bodhi dalam perayaan Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia yang diadakan pada tanggal 12 Mei 2013.

Hari Minggu, 12 Mei 2013 merupakan hari istimewa bagi insan Tzu Chi karena pada hari tersebut diadakan perayaan 3 hari istimewa: Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Perayaan ini dilakukan untuk membalas budi luhur Sang Buddha, orang tua dan semua makhluk hidup. Pada perayaan kali ini para relawan membentuk formasi daun Bodhi selama upacara berlangsung sehingga membutuhkan persiapan yang matang.

Ada pun berbagai persiapan dilakukan oleh para relawan 3 minggu (28 April 2013) sebelum acara dimulai, seperti membuat konsep alur, barisan, prosesi Waisak dan melakukan gladi resik. Para relawan senantiasa mencurahkan waktu, pikiran, dan tenaga demi terciptanya upacara yang lancar dan khidmat. Kontribusi yang dilakukan para relawan patut dihargai dan sangat menginspirasi insan Tzu Chi lainnya.

Melatih dan Mendisiplinkan Diri
Salah satu relawan yang dapat dijadikan inspirasi adalah Indhiyah Shijie yang beragama Muslim. Shijie yang baru berusia 24 tahun ini bersedia untuk menjadi bagian dari daun Bodhi. Indhiyah Shijie mengaku sangat nyaman selama menjadi bagian dari insan Tzu Chi karena Tzu Chi sangat terbuka menyambut setiap orang yang datang dan lintas Suku Agama, dan Ras (Sara). Oleh karena itu Indhiyah Shijie ikut mendaftarkan diri sebagai anggota relawan pembentuk daun Bodhi dan mau menjalankan berbagai ritual selama perayaan berlangsung. Menurutnya, tidak menjadi masalah untuk melakukan kegiatan seperti perayaan Waisak karena ia sendiri juga sudah mengenal Dharma melalui Shou Yu (isyarat tangan) dan kegiatan di Tzu Ching. “Master Cheng Yen pernah berkata bahwa Dharma lintas agama,” ujarnya, “yang penting hati saya tidak terpengaruh dan mengubah kepercayaan yang sudah saya jalankan selama ini.”

 Indhiyah Shijie percaya bahwa selalu ada manfaat di setiap kegiatan. “Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk melatih dan mendisiplinkan diri,” jelasnya. Meskipun menurutnya tidak mudah untuk berdiri selama dua jam dan terus beranjali, namun dengan tekad yang kuat maka semua akan dapat dilakukan dengan baik. Perayaan 3 hari besar ini juga dirayakan dengan bervegetarian dan Indhiyah Shijie juga sebelumnya ikut bervegetarian. “Selain bervegetarian selama kegiatan ini, sebelumnya saya juga beberapa kali mencoba bervegetarian di kegiatan lain walaupun belum seratus persen,” ujarnya. Indhiyah Shijie juga mengaku bahwa ia ingin bisa 100% bervegetarian kelak.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan dengan khidmat mengikuti prosesi perayaan Waisak (kiri).
  • Lebih dari 3.000 orang mengikuti perayaan Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia di Tzu Chi Center PIK, Jakarta Utara (kanan).

Semua Sama
Relawan lain yang juga ikut serta dalam barisan daun Bodhi adalah Tio Li Lie Shijie. Relawan komite yang berusia 53 tahun ini terlihat sangat ceria dan menjalani setiap sesi latihan dengan baik. Ada banyak hal yang menginspirasi dari sosok wanita yang sudah 5 tahun mengabdikan diri dalam kegiatan Tzu Chi ini, salah satunya adalah kesediaanya untuk menjadi latar daun Bodhi. Sebagai latar, ia diharuskan berdiri selama 2 jam di lapangan sambil beranjali, padahal sebagai komite sebenarnya ia berhak mendapat ladang berkah sebagai pembawa persembahan. Saat ditanya mengenai hal ini, Li Lie Shijie memberikan sebuah jawaban yang sangat bijak, “Kalau di Tzu Chi saya jadi apa saja mau, saya ambil ladang berkah dan pekerjaan apa pun. Bisa pakai baju hitam sebagai latar ini saya rasanya senang sekali. Kenapa bisa senang, karena saya merasa sama dan tidak ada beda dengan relawan lain tentang saya apa dan kamu apa. Semua melebur jadi satu.” Kata-kata Li Lie Shijie mengingatkan kita pada kata perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi: “Layanilah orang lain dengan sukarela dan tanpa mengeluh, sekali pun menghadapi kesulitan dan kritik. Maka, tak peduli betapapun sibuknya Anda, Anda akan selalu merasakan sukacita tanpa batas.”

Kata-kata bijak tersebut dapat diterapkan dalam berkegiatan di Tzu Chi karena Li Lie Shijie selalu mengingat satu pesan Master bahwa sebagai relawan kita harus bisa mengecilkan diri. “Kita jangan selalu memandang diri kita itu besar, kita harus mau mengecilkan diri kita, dari yang kecil-kecil itu baru bisa jadi sesuatu yang besar kan. Apalagi kita di Tzu Chi tentu belajar Dharma yang luar biasa, kesadaran dan banyak hal tentang hidup,” jelasnya. Hal inilah juga yang diterapkan Li Lie Shijie ketika berinteraksi dengan relawan lain. Beliau selalu berusaha masuk dan mendekati relawan lain dengan keramahan dan keceriaan yang beliau tunjukkan melalui tindakan.

foto  foto

Keterangan :

  • Indhiyah Shijie (mengenakan jilbab) merasa nyaman bergabung di Tzu Chi sehingga ia turut menjadi relawan pembentuk daun Bodhi. “Master Cheng Yen pernah berkata bahwa Dharma lintas agama,” ujarnya, “yang penting hati saya tidak terpengaruh dan mengubah kepercayaan yang sudah saya jalankan selama ini.” (kiri).
  • Lili Shijie bersama sang suami yang juga Relawan 3 in 1 Tzu Chi. Sebagai latar, ia diharuskan berdiri selama 2 jam di lapangan sambil beranjali, padahal sebagai komite sebenarnya ia berhak mendapat ladang berkah sebagai pembawa persembahan (kanan).

Selama menjalani proses latihan, Li Lie Shijie juga mengalami beberapa rintangan terutama dalam hal kesehatan. Dulu sekali beliau pernah mengalami cidera tulang yang cukup serius yang menyebabkan kini dirinya tak mampu berdiri terlalu lama. Karena itu setiap selesai mengikuti latihan, beliau mengaku pinggangnya terasa agak sakit, namun hal tersebut tidak lantas membuatnya menyerah. Rasa senang yang ia rasakan membuatnya terus bertahan dan bahkan menghilangkan rasa sakit itu sendiri. “Percaya atau tidak, selama ikut Tzu Chi saya merasa jauh lebih sehat. Terutama sehat hati,” tegas Li Lie Shijie dengan wajah ceria khas dirinya.

Indhiyah Shijie dan Tio Li Lie Shijie hanya 2 dari banyak relawan yang menjadi bagian dari formasi daun Bodhi. Namun dari mereka saja kita sudah dapat belajar banyak hal mulai dari cinta kasih universal sampai mengecilkan diri. Selain mereka tentu masih banyak relawan luar biasa lain yang juga menginspirasi kita semua melalui kehidupannya. Di Tzu Chi segala hal dapat kita jadikan makna dan pelajaran.

Dari formasi daun Bodhi yang dibentuk, kita juga dapat belajar akan kegigihan dan rasa pantang menyerah yang dimiliki para relawan. Mereka menjalani 4 kali gladi resik yang melelahkan dengan mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga mereka yang berharga. Namun pada akhirnya, kerja keras mereka menghasilkan sebuah bentuk daun Bodhi yang rapi dan indah. Kerja keras mereka sangat sesuai dengan kata Master Cheng Yen yang berbunyi: “Dalam menjalani hidup sebagai manusia atau mengerjakan sesuatu, kita harus terus maju dengan giat. Kita harus berkonsentrasi untuk menuntaskan kegiatan apapun hingga berhasil.”

  
 

Artikel Terkait

Mengasihi Opa dan Oma Sepenuh Hati

Mengasihi Opa dan Oma Sepenuh Hati

31 Maret 2015
Para relawan Tzu Chi dalam setiap kunjungan kasih selalu berbaur mendekatkan diri kepada opa dan oma. Mereka selalu diajak berbicara maupun bercerita agar hati mereka menjadi nyaman. Misalnya saja Opa Yusuf. Pada hari itu, opa yang sudah berumur 72 tahun.
Merasa Dibutuhkan Orang Lain

Merasa Dibutuhkan Orang Lain

10 Desember 2009
Untuk mengobati kerinduannya kepada anaknya, Iin pun membuka tempat mengaji bagi anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Di rumahnya yang kecil – ukuran 3 x 7 m ini –Iin menjadikan rumahnya sebagai tempat belajar mengaji.
Jangkauan Vaksinasi Tanpa Batas

Jangkauan Vaksinasi Tanpa Batas

10 Desember 2021

Bertempat di Kampung Warsansan Biak Utara, Papua diadakan Serbuan Vaksinasi antara Tzu Chi bekerja sama dengan TNI-POLRI. Kegiatan ini dilengkapi dengan pembagian paket sembako untuk masyarakat.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -