Wujud Nyata Menyelamatkan Bumi

Jurnalis : Tony Honkley (Tzu Chi Medan), Fotografer : A-Cheng (Tzu Chi Medan)
 
 

fotoPara murid yang termasuk di dalam kelompok yang bertugas menurunkan barang bersama-sama mengerjakan tugas tersebut dengan sukacita.

Apa yang dapat Anda lakukan dengan kedua belah tangan? Jangan memandang rendah kekuatan diri sendiri, di dunia ini tidak ada perbuatan bajik yang tidak bisa dilakukan. Tidak ada orang yang tidak mampu, yang ada hanya orang yang tidak ingin melakukannya.

Apa yang harus kita wariskan kepada generasi penerus kita? Materi, mungkin itu jawaban yang selalu ada di benak kita. Namun bagi Master Cheng Yen jawabannya adalah bumi yang bersih. Sebagai insan Tzu Chi, Master Cheng Yen selalu berharap agar semua orang dapat berpegang teguh kepada tekad dan giat melatih diri dengan berbuat kebajikan. Master Cheng Yen juga senantiasa berharap semua orang senantiasa menjaga hati, pikiran, dan melakukan usaha melindungi bumi.

Pada hari Minggu tanggal 17 April 2011, walaupun tidak ada ada aktivitas belajar mengajar, Sekolah Wiyata Dharma yang terletak di jalan Wahidin No 31, Medan tetap ramai dikunjungi oleh para relawan Tzu Chi dan siswa-siswa sekolah tersebut. Beberapa hari sebelumnya para murid memang telah diberitahu oleh pihak sekolah bahwa di hari itu mereka akan melakukan kegiatan pemilahan sampah dalam upaya menyelamatkan bumi. Murid-murid kelas 1 dan 2 Sekolah Menengah Atas Wiyata Dharma, sebagian siswa dari sekolah lain, dan anak asuh Yayasan Buddha Tzu Chi Medan juga diajak berpartisipasi dalam kegiatan ini. Jika dihitung relawan yang terlibat berjumlah 178 orang.

Pukul 08.30 WIB, semua peserta telah berkumpul di sekolah. Acara kali ini adalah lanjutan dari acara sebelumnya yang digelar di Sekolah Wiyata Dharma. Jika acara pertama bersifat penyuluhan sedangkan untuk kegiatan yang kali ini merupakan wujud nyata dalam usaha menyelamatkan bumi. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengajak anak asuh Tzu Chi yang terlibat untuk dapat menjernihkan hati, mengenal lebih dekat relawan Tzu Chi dan memahami Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

foto  foto

Keterangan :

  • Mobil pribadi milik para relawan juga tidak luput ambil bagian dalam mengangkut barang-barang daur ulang yang akan dibawa ke posko daur ulang sementara. (kiri)
  • Murid-murid Sekolah Wiyata Dharma tampak sedang mendengarkan pengarahan yang diberikan oleh para relawan mengenai berbagai jenis barang yang masih dapat didaur ulang. (kanan)

Dalam acara itu, 40 peserta yang hadir dibagi menjadi 4 kelompok. Tiga kelompok pertama bertugas untuk mengumpulkan barang-barang daur ulang dari rumah ke rumah. Mengapa dari rumah ke rumah? Karena beberapa hari sebelumnya relawan Tzu Chi telah membagikan selebaran adanya kegiatan pengumpulan sampah daur ulang di sekitar jalan Wahidin, Asia, dan Aksara Medan. Setiap kelompok yang bertugas terdiri dari relawan Tzu Chi, murid-murid, dan anak asuh ini dibagi berdasarkan pembagian jalan. Sementara kelompok keempat bertugas untuk memilah barang daur ulang berdasarkan jenisnya yang kegiatannya dipusatkan di Sekolah Wiyata Dharma.

Sebelum kegiatan dimulai para peserta terlebih dahulu mendapatkan pengarahan yang dilakukan oleh relawan untuk mengetahui pembagian barang daur ulang berdasarkan jenis-jenis barangnya. Relawan juga kemudian membagi para murid-murid di kelompok ini ke dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kekhususan seperti misalnya kelompok koran, baju layak pakai, dan lain-lainnya. Setiap kelompok yang bertugas mengangkat barang daur ulang ini dipimpin oleh seorang ketua regu.

Kendaraan pribadi relawan, becak bermotor milik orang tua asuh dan 3 kendaraan pun dipersiapkan untuk mengangkat barang-barang daur ulang. Kendaraan mereka silih berganti berdatangan membawa barang-barang daur ulang yang telah dinantikan untuk dipilah oleh para murid. Murid-murid yang bertugas mengangkut barang saling bersahutan memanggil teman-teman mereka untuk membantu menurunkan barang-barang daur ulang di halaman sekolah. Begitu barangnya selesai diangkut dan ditaruh di halaman sekolah, setiap anggota kelompok kecil segera mengambil barang-barang yang telah ditentukan sebelumnya untuk kemudian dipindahkan ke tempat masing-masing untuk disusun dan kemudian diikat dengan rapi. 

Pemandangan yang sangat indah sungguh terasa saat para murid dan relawan Tzu Chi begitu antusias mengerjakan pemilahan sampah bersama-sama. “Koran, Koran”… beberapa saat kemudian terdengar lagi “botol plastik” serta “Aqua gelas” dan lainnya. Rupanya para murid itu sedang berteriak kepada teman-temannya mengambil barang-barang itu, memilahnya, dan disusun ke dalam karung goni. Meski keringat membasahi baju, senyuman tetap terpancar di wajah mereka seraya saling bercerita dengan teman sesama kelompok.

foto  foto

Keterangan :

  • Para murid dengan kelompoknya masing-masing antusias sekali memilah barang-barang daur ulang yang telah ditentukan sebelumnya. (kiri)
  • Para relawan dan para murid saling berbaur mengerjakan pemilahan barang daur ulang dengan bersungguh-sungguh. (kanan)

Waktu sungguh cepat berlalu, jarum jam sudah menunjukkan pukul 11.45 WIB dan waktu untuk beristirahat dan makan siang pun tiba. Para relawan meminta para murid agar berhenti beristirahat sejenak dan menikmati makanan yang telah disiapkan. Setelah selesai makan siang, para murid dikumpulkan di ruangan dan dilanjutkan dengan sesi sharing.

Kesempatan sharing yang pertama diutarakan oleh Benny, Ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) Sekolah Wiyata Dharma, ”Saya sangat bangga dalam masa jabatan saya ada kegiatan seperti ini dan saya berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi karena telah memberikan pelajaran yang sangat berguna. Saya berharap kegiatan ini dapat berlangsung lagi di bulan depannya.” Setelah sharing, Benny ditemani oleh Wakil Ketua OSIS memberikan hiburan dengan menyanyikan lagu India beserta gerakan-gerakannya sehingga suasana menjadi penuh kegembiraan sembari diiringi tepuk tangan semua hadirin.   

Sementara itu Livia dalam sharingnya mengatakan, ”Senang bisa bekerja sama walaupun tidak mengenal satu sama lain. Selain itu walaupun panas terik dan barang tidak berhenti terus-menerus datang, kita tetap merasakan suatu kegembiraan.” Pengalaman yang sedikit berbeda dialami oleh Eliyani yang mengatakan, “Hari Minggu biasanya jalan-jalan tapi hari ini kita bisa berkumpul di sini memilah semua pakaian yang ternyata masih dapat bermanfaat kembali.”

Semoga apa yang telah diperbuat oleh para murid ini dapat menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi sebuah karakter yang baik untuk diteladani dan ditularkan kepada semua keluarga dan orang banyak. Pahlawan bumi semoga Anda dapat mencerahkan bumi dengan kedua belah tangan Anda dan menjadi Bodhisatwa yang sesungguhnya bagi bumi dan orang lain.

  
 

Artikel Terkait

Voice of DAAI 2019, Kompetisi Bernyanyi yang Next Level

Voice of DAAI 2019, Kompetisi Bernyanyi yang Next Level

14 Oktober 2019

Lagu Indonesia Jiwaku dinyanyikan Billy Wino Talahatu dengan sangat apik. Suaranya merdu, warna suaranya khas, dan mampu menyampaikan isi pesan lagu dengan baik. Lagu ciptaan Guruh Soekarnoputra ini mengantarkan Billy, finalis dari kota Jakarta menjadi juara Voice of DAAI 2019 yang digelar di Auditorium Konferensi Internasional, Aula Jing Si Tzu Chi Center, PIK, Minggu, 13 Oktober 2019.

Ramah Tamah Imlek: Bodhisatwa Seribu Tangan

Ramah Tamah Imlek: Bodhisatwa Seribu Tangan

01 Maret 2013 Ketika acara akan dimulai mereka bergegas bersiap di belakang panggung karena siswi-siswi ini mendapatkan giliran pertama untuk tampil dalam acara Ramah Tamah imlek. Mereka tampil dan memukau para penonton dengan tarian yang sangat indah dan selaras. 
Tangan Menengadah Itu Kini Berbalik Arah

Tangan Menengadah Itu Kini Berbalik Arah

13 Oktober 2015 Berawal dari penerima bantuan Tzu Chi, Hong Ju Jen bersama kedua putrinya bertekad menapaki jalan Bodhisatwa dunia untuk membantu sesama. Semakin terkukuhkan kala ketiganya mengikuti Pelatihan dan Pelantikan Relawan Biru Putih 2015 yang digelar pada 9-11 Oktober 2015 di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -