Perjuangan Nur Atikah Ditengah Pandemi

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Hok Cun (Acun) relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang berkesempatan mengunjungi Nur Atikah setelah satu tahun tidak berkunjung akibat pandemi Covid 19. Nur Atikah sendiri adalah pasien bantuan khusus Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang mengalami kecelakaan hingga kedua kakinya harus diamputasi.

Pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian masyarakat dunia, tak terkecuali di Indonesia. Kisah pantang menyerah datang dari Nur Atikah (27) seorang penyandang disabilitas asal Legok, Kabupaten Tangerang, Banten.

Nur Atikah, atau yang akrab disapa Ikah merupakan seorang ibu rumah tangga penyandang disabilitas – kedua kakinya diamputasi akibat kecelakaan lalu lintas. Kesehariannya, ia berakivitas dengan membantu usaha peternakan kecil (ayam) milik orang tuanya, membuat es gepeng, dan mengolah hasil kebun seperti pisang, singkong, dan ubi untuk dijual.

Akibat dari pandemi Covid-19 ini, usaha orang tuanya mengalami penurunan. Sebelum pandemi, ada enam rumah makan yang memesan darinya, sekarang tinggal empat saja, itu pun jumlah pesanannya menurun drastis. “Jadi karena pandemi ini, rumah makan banyak yang tutup,” ungkap Nur Atikah.

Meski demikian, Nur Atikah tak pantang menyerah. Ia menggunakan seluruh kemampuannya demi bertahan hidup di tengah pandemi. Untuk membantunya berpindah posisi, setiap hari Nur Atikah menggunakan skateborad selama beraktivitas di dalam rumah.

Hok Cun bercengkrama dengan Nur Atikah yang kini sudah mempunyai seorang putra bernama M. Arfan Arrafi (2,5).

Semangat juang Nur Atikah patut dihargai. Meski diterpa segala keterbatasan, baginya, tak ada kata menyerah dalam hidup, karena hidup tetap harus berjalan. “Kegiatan saya sekarang mengurus anak M. Arfan Arrafi (2,5) sambil membantu bapak terima order yang memesan lewat applikasi WhatsApp,” cerita Nur Atikah tentang kesehariannya.

Tidak berhenti disini, pandemi Covid-19 juga membuat suami Nur Atikah yang awalnya bekerja di pabrik kayu tekena pengurangan karyawan. “Cukup lama suami tidak bekerja, hanya di rumah aja selama setahun,” ujar Nur Atikah. Saat ini sang suami sudah bekerja kembali di sebuah proyek dalam bidang kontraktor bersama Hok Cun (Acun) salah satu relawan Tzu Chi.

“Waktu itu saya WhatsApp Acun shixiong, saya bilang, ‘Shixiong, ada kerjaan tidak untuk suami saya? Karena sudah setahun suami saya sudah tidak kerja kena pengurangan karyawan’ begitu,” kenang Nur Atikah. Berselang satu bulan, Acun pun mengabarkan Nur Atikah agar suaminya datang langsung ke kantornya. “Alhamdulillah, sekarang suami sudah kerja lagi,” kata Nur Atikah bersyukur.
 

Pada kesempatan ini, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang diwakili oleh Hok Cun memberikan bingkisan sembako untuk keluarga Nur Atikah yang juga terdampak pandemi Covid-19.

Nur Atikah adalah pasien bantuan khusus Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pascakecelakaan motor yang ia alami pada tahun 2010. Akibat peristiwa ini, kedua kaki Nur Atikah harus diamputasi karena berdampak pada keselamatan jiwanya. Sejak saat itulah relawan Tzu Chi terus memberikan semangat dan mendampingi Nur Atikah untuk menjalani kehidupan.

Ditengah keterbatasannya, Nur Atikah pun masih rutin berdonasi ke Tzu Chi lewat celengan bambunya. Dalam kurun waktu 3-4 bulan sekali, Acun relawan Tzu Chi yang sejak awal mendampingi pengobatan Ikah selalu menyempatkan diri untuk datang menerima celengan bambu. Setelah setahun tidak berkunjung ke rumah Nur Atikah, pada 9 September 2021 Hok Cun berkesempatan datang berkunjung ke rumah Nur Atikah dengan membawakan bingkisan.

“Sejak pandemi, Acun shixiong gak pernah datang kesini jadi sekarang ini baru ada kesempatan datang kesini,” ungkap Nur Atikah saat menerima Acun dan tim redaksi Tzu Chi Indonesia di rumahnya. Selain membantu orangtuanya, keseharian Ikah di rumah saat ini membersihkan rumah karena belum bisa berjualan seperti biasanya.
 

Pada kesempatan ini, Nur Atikah juga menyerahkan hasil celengan bambunya untuk diserahkan ke Tzu Chi karena ingin membantu orang lain yang membutuhkan.

“Dulu sebelum pandemi itu Ikah membuat es gepeng, ada yang memesan 100 es gepeng sehari untuk dijual di sekolah, tapi sekarang udah gak bikin karena sekolah belum boleh masuk murid-muridnya,” cerita Nur Atikah. Ia pun berharap supaya usaha es gepengnya bisa berjalan lagi, serta ingin melanjutkan membuat keripik untuk di jual dan dititipkan ke warung-warung.

Hok Cun relawan yang sejak awal mendampingi pengobatan Nur Atikah hingga saat ini mengungkapkan kegembiraanya dan rasa syukurnya melihat keadaan Nur Atikah. Menurutnya keluarga Nur Atikah jauh membaik dibandingkan 10 tahun yang lalu.

“Saya lihat kehidupan ekonomi keluarga Nur Atikah sangat baik dibandingkan sepuluh tahun lalu. Memang di masa pandemi ini ekonominya terpengaruh, tapi kita bisa lihat sendiri usaha ternaknya masih jalan, hasil kebun dan sawahnya masih bisa untuk kehidupan sehari-hari, apalagi suami Nur Atikah sekarng sudah kerja lagi, suaminya kerjanya giat sekali,” ungkap Hok Cun.

Hok Cun berharap kepada Nur Atikah untuk terus giat bekerja mencari peluang usaha. Hal ini ia sampaikan agar Nur Atikah mentalnya tidak lemah kembali, apalagi dengan kehadiran seorang anak laki-laki yang sangat butuh perhatiannya. Dalam kesempatan ini Hok Cun juga membawakan bingkisan berupa sembako yang berisi 10 kg beras, minyak goreng 1 liter, kecap, dan makanan ringan.  

Hok Cun dalam kesempatan ini berkesempatan untuk berfoto bersama dengan keluarga Nur Atikah di depan rumah orang tuanya.

Pada kesempatan ini, Nur Atikah juga menyerahkan celengan bambunya untuk diserahkan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Nur Atikah ikut menabung di celengan bambu karena dulu pernah dibantu oleh Tzu Chi dan relawan. “Membantu itu kan bukan hanya untuk orang yang mampu saja, tapi saya Ingin bantu juga untuk orang yang kondisinya seperti saya dulu. Walaupun sedikit, lewat celengan bambu ini saya ikhlas dan senang,” ungkap Nur Atikah.

Kondisi kesehatan Nur Atikah setelah 10 tahun pascaoperasi amputasi kedua kakinya sudah jauh lebih baik dari pertama kali bertemu dengan relawan Tzu Chi. “Kalau sakit ngilu itu masih ada tapi masih bisa beraktivitas dan tidak Ikah rasakan. Nanti rasa ngilu itu hilang dengan sendirinya. Jadi ngilunya itu ada di ujung pangkal paha yang bekas operasi seperti kesemutan, apalagi kalau kelamaan duduk, ngilu itu timbul,” jelas Nur Atikah.

Dalam kesempatan ini Nur Atikah juga mengucapkan banyak terima kasih untuk Hok Cun yang selalu ingat dengan dirinya dan keluarganya. “Terima kasih buat Acun shixiong yang selalu menyempatkan datang ke rumah, selalu dampingi Ikah dari awal sampai detik ini. Walaupun kemarin ini Acun shixiong lagi sakit tapi selalu membalas chat Whatsapp Ikah,” ucap Nur Atikah. Tak lupa Nur Atikah juga mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang sudah memberikan perhatian dan menolong Nur Atikah dari pertama sampai sembuh seperti saat ini.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Betapa Tulusnya Perhatian Relawan kepada Para Lansia

Betapa Tulusnya Perhatian Relawan kepada Para Lansia

25 April 2024

Para relawan Tzu Chi Sinar Mas di Xie Li Indragiri secara rutin mengunjungi (memberi perhatian) kepada  keluarga Mbah Murdi dan Mbah Muminem di Desa Suka Mandiri, Bagan Jaya, Enok, Indragiri Hilir, Riau.

Penuh Berkah, Juga Penuh Syukur

Penuh Berkah, Juga Penuh Syukur

15 Desember 2023

Para relawan Tzu Chi Bandung mengunjungi Panti Asuhan Bhakti Luhur Alma yang berada di Jalan Taman Kopo Indah II, Kabupaten Bandung. Kunjungan kasih ini sekaligus dalam rangka menyambut Natal 2023.

Kesederhanaan di Tepi Sungai Cisadane

Kesederhanaan di Tepi Sungai Cisadane

15 Agustus 2016
Minggu, 31 Juli 2015, relawan Tzu Chi yang terdiri dari 8 relawan komunitas He Qi Barat beserta 5 orang relawan perwakilan dari CV.Sinar Mutiara bersama-sama mengunjungi Rumah Belajar Anak Langit yang berlokasi di pinggir aliran sungai Cisadane, Karawaci, Tangerang
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -