Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148: Sebuah Dedikasi dan Keteladanan

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan), Erik Wardi (Tzu Chi Tebing Tinggi), Khusnul Khotimah


Hindun menemani Usman, sang suami di ruang pemulihan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148 pada Minggu 4 Mei 2025, atau sehari pascaoperasi hernia.

Akibat hernia yang dideritanya, Usman (62) tak sanggup lagi mencari nafkah tiga tahun terakhir ini. Pemasukan keluarga bergantung pada sang istri, Hindun yang bekerja sebagai tukang pijat dan urut dengan penghasilan tak tentu.

“Dia yang kasih makan awak. Giliran dia sakit, awak yang kasih makan dia,” ujar Hindun sambil tersenyum.

“Bentar-bentar duduk, sudah bengkak. Rasanya seperti ditusuk-tusuk, lalu hilang. Berdiri sebentar bengkak,” tutur Usman.

Sembilan tahun yang lalu sebenarnya Usman sudah operasi namun kambuh lagi. Ia tak bisa operasi lagi karena tak mampu membayar iuran BPJS. Rasa sakit itu terpaksa ia tahan bertahun-tahun lamanya. Hingga suatu hari sebuah spanduk terpampang di simpang jalan dekat rumahnya di Kecamatan Datuk Bandar, Tanjungbalai yang menginformasikan akan digelar Baksos Kesehatan Tzu Chi, yang di dalamnya termasuk operasi hernia.

“Wah ya langsung senang saya Alhamdulillah,” cerita Usman dengan mata berbinar.

Selang beberapa hari, pihak kelurahan bersama relawan Tzu Chi mendatangi rumahnya. Mereka memang sedang door to door ke rumah warga untuk memberitahu tentang bakti sosial tersebut. Usman langsung mendaftar.



Dokter Deny Handayanto berbincang dan bercanda dengan Usman agar merasa tenang sebelum operasi.



Dokter Deny Handayanto menyalami Usman dan mendoakannya segera pulih agar dapat melakukan hal-hal baik yang selama ini tertunda karena hernia.

Proses screening atau pemeriksaan awal dilaksanakan di Gedung Serbaguna Katolik, Giafranco Cruder SX pada Sabtu 26 April 2025. Usman lolos dan bisa mengikuti operasi pada Sabtu 3 Mei 2025 di RSUD dr. Tengku Mansyur. Ia mengaku sangat puas dengan pelayanan yang diberikan.

Alhamdulillah sudah enakan cuma masih terasa pegal-pegal. Saya terima kasih sama dokter-dokter yang baik, baik sekali sama awak. Mudah-mudahan saya cepat sehat dan bisa kembali bekerja,” tuturnya usai dijenguk dr. Deny Handayanto, Sp.B yang mengoperasinya.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148 ini berhasil mengobati 116 pasien katarak, 11 pasien pterygium, 12 pasien bibir sumbing, 32 pasien minor atau benjolan, serta 6 pasien hernia.

Menyulap Ruang Kosong Jadi Ruang OKA



Athiam, Koordinator Logistik Baksos Tzu Chi.

Satu hal yang sangat berbeda di baksos Tzu Chi kali ini adalah untuk pertama kalinya ruang operasi bedah atau Ruang OKA yang digunakan merupakan ruang kosong yang tak menyatu dengan ruang operasi rumah sakit.

“Selama ini kan kamar operasi yang kami pakai sudah di rumah sakit, kami tinggal masukkan barang. Ini ruang kosong, kami harus sekat-sekat sesuai kebutuhan, sesuai Standard Operating Procedure atau SOP. Jadi lebih kerja kerasnya di situ,” terang Suster Wenny dari tim medis Tzu Chi atau TIMA Indonesia.

Padahal jika menggunakan Ruang OKA di rumah sakit akan jauh lebih mudah karena memang sudah steril. Lampu Ruang OKA-nya pun sudah ada. Namun Tanjungbalai merupakan kota kecil dengan fasilitas kesehatan yang bisa dibilang kurang memadai. Untuk mendapatkan Ruang OKA yang bisa dipakai untuk bakti sosial tak semudah itu.

Ada satu sosok relawan senior Tzu Chi yang dikenal akan dedikasinya, keteladanan, dan tanggung jawabnya dalam setiap pelaksanaan bakti sosial kesehatan Tzu Chi. Adalah Agus Johan (73) yang akrab disapa Athiam.  Sebagai komandan logistik baksos, ia menyelesaikan berbagai kendala teknis demi memastikan semua berjalan sesuai standar, hingga titik yang terakhir. Ketekunannya menjadi teladan nyata tentang arti pengabdian.



Ruang kosong yang disulap menjadi Ruang OKA yang memenuhi SOP sehingga para tim medis dapat bekerja dengan baik.

Ketika sekat-sekat Ruang OKA selesai dibuat, teknisi AC dari Kota Medan yang dijadwalkan tiba sore hari, justru baru datang pada pukul 9 malam. Akibatnya proses sterilisasi Ruang OKA tak bisa segera dilakukan. Bahkan pemasangan AC pun baru bisa dimulai pukul 11 malam. Karena sudah pukul 11 malam, Athiam pun meminta timnya yang berjumlah 11 anggota TIMA Indonesia tersebut termasuk Suster Wenny segera kembali ke penginapan karena masih banyak tugas yang menanti mereka esok hari.
 
“Seumur-umur baksos kami tidak pernah meninggalkan satu orang. Jadi kami sangat sedih dan menangis. Seberapa lama pun kami pulang bareng-bareng,” tutur Suster Wenny dengan berat hati.
 
Pemasangan AC memang tak bisa ditinggal karena semua peralatan medis sudah berada dalam Ruang OKA. Selain itu selesai melaksanakan tugasnya, teknisi AC mesti kembali ke Kota Medan. Sehingga jika terjadi apa-apa, seperti AC yang kurang dingin, atau bocor, memanggil mereka sudah tidak mungkin. Ini karena waktu yang terbatas dan jarak Kota Medan dengan Kota Tanjungbalai yang jauh. Sehingga Athiam ingin pemasangan AC benar-benar sempurna.

Pemasangan delapan unit AC pun baru selesai pukul 04.30 pagi hari. Atiam baru bisa kembali ke penginapan pada pukul 07.00 pagi. Suster Wenny agak sedikit memaksa komandannya itu untuk tak perlu datang ke Ruang OK lagi karena ia mesti beristirahat yang cukup.

Arti Sebuah Tanggung Jawab



Bagi Athiam setiap tugas harus diselesaikan dengan sungguh-sungguh.

Nyatanya pada pukul 09.30 pagi, Athiam sudah berada di Ruang OKA lagi, artinya ia hanya beristirahat sekitar dua jam saja. Suster Wenny langsung mengambil alat pengukur tekanan darah dan mengeceknya karena ia punya riwayat darah tinggi, bahkan pernah pecah pembuluh darah di matanya. Itu yang membuat Suster Wenny khawatir. Tensinya 150/80.

“Normal itu normal, tinggi sedikit,” kata Athiam.

“Tinggi sedikit tetap saja tinggi..” balas Suster Wenny.
Bagi Athiam kenapa ia mesti tetap berada di rumah sakit hingga pagi hari semata karena menjalankan tugas haruslah final. Ia mengatakan, setiap orang memiliki tugas yang berbeda, jadi bukan soal penting atau tidak penting. Jika masih ada tugas yang belum diselesaikan, maka ia akan tetap datang agar semuanya berjalan lancar.
 
“Kan AC belum selesai, saya khawatir. Termasuk bagus kok teknisi AC-nya, hanya kendalanya agak lambat. Mungkin meleset dari perhitungan, agak sedikit awam jadi belum tahu jika steril ruangan itu sangat penting. Mungkin mereka pikir steril-nya pakai alkohol lalu di-lap. Tapi kan kami pakai mesin, yang prosesnya butuh waktu, yang baiknya minimal 24 jam. Karena ini gedung baru lebih baik ditambah, itu standarnya,” terang Athiam maklum.

Selain memastikan semua keperluan yang berkaitan dengan logistik sudah siap, dalam kesempatan ini Athiam sembari mengajarkan banyak hal kepada para relawan di Tanjungbalai yang baru pertama kali mengadakan baksos besar. Athiam sangat menghargai para relawan Tzu Chi di Tanjungbalai yang memiliki keinginan kuat untuk belajar.

“Kalau ikut tim kami tentu banyak ilmunya, jadi enggak mungkin ikut satu hari, dua hari sudah mengerti, pasti harus berulang-ulang,” kata Athiam.

 

Dokter Ruzbih sangat terkesan dengan kerja keras tim yang dikomandoi Athiam.



Dokter Ruzbih bersama sang istri yang juga dokter. Bagi keduanya, dapat bersumbangsih di Baksos Kesehatan Tzu Chi menghadirkan sebuah kebahagiaan yang bermakna.

Dokter Ruzbih Bahtiar, Sp.B., M.Biomed, dokter spesialis bedah yang bertugas mengoperasi pasien minor atau pasien benjolan sangat terkesan dengan tim yang dikomandoi Athiam. Mereka dapat menyulap ruangan kosong yang belum pernah dipakai menjadi sebuah Ruang OKA yang memenuhi SOP, sehingga tim medis dapat bekerja dengan sangat baik.

“Ini kan gedung baru, belum pernah dipakai oleh RSUD nya sendiri. Namun tim pendahulu, dan relawan bekerja sama menyiapkan semua sarananya di sini untuk bisa dipakai. Persiapan alatnya juga sudah disiapkan dengan baik, kemudian ada upgrade alat terbaru. Jadi sangat bagus,” ujar Dokter Ruzbih yang hari itu  berkesempatan mengoperasi delapan pasien.

“Sayang sekali biasanya minimal 15 pasien. Tadi rasanya baru juga sebentar kok sudah selesai,” jelas dr. Ruzbih sambil tertawa.

Dokter Ruzbih yang berdinas di RSUD Kota Bogor, Jawa Barat ini memang belum dilantik menjadi anggota tim medis Tzu Chi atau TIMA Indonesia. Rencananya ia akan dilantik November mendatang. Namun baksos di Tanjungbalai ini adalah baksos Tzu Chi ke-5 yang ia ikuti. Bahkan ia sudah berkesempatan bertemu dan beraudiensi dengan pendiri Tzu Chi, yakni Master Cheng Yen pada konferensi TIMA di Taiwan, November 2024 lalu.

“Sebuah kehormatan sekali atas kesempatan tersebut dan membanggakan bisa bertemu dengan Master Cheng Yen, salah satu tokoh dunia. Beliau banyak menginspirasi kita semua untuk selalu memberikan yang terbaik menolong pasien, menolong masyarakat,” ujarnya.

Bagi dr. Ruzbih, selalu menyenangkan bisa bersumbangsih di baksos Tzu Chi. Kerjasama tim baik dari dokter, perawat dan juga relawan selalu membuatnya salut.

“Dengan mengikuti baksos saya bisa bertemu banyak orang, berkunjung ke wilayah-wilayah yang belum pernah saya datangi, juga membantu masyarakat, yang mungkin kasusnya ringan-ringan, tapi karena mereka tidak ada fasilitas untuk berkunjung ke rumah sakit yang lebih besar, akhirnya ditahan-tahan dan baru berobat saat baksos,” pungkas dr. Ruzbih.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148: Sebuah Dedikasi dan Keteladanan

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148: Sebuah Dedikasi dan Keteladanan

07 Mei 2025

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148 di Tanjungbalai memberikan harapan bagi pasien seperti Usman yang bertahun-tahun menderita hernia. Dedikasi tim medis dan relawan telah menghadirkan apa yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148: Karena Mereka Istimewa

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148: Karena Mereka Istimewa

06 Mei 2025

Saat mengetahui bayinya terlahir dengan bibir sumbing, Gustina menamainya Sabar, Sabar Andre Christian. Ia berharap anaknya tumbuh menjadi pribadi yang sabar, terutama saat menghadapi ejekan dari teman-temannya kelak.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148: Semangat Baru Cau Hok Ho dan Warga Tanjungbalai Lainnya

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148: Semangat Baru Cau Hok Ho dan Warga Tanjungbalai Lainnya

05 Mei 2025
Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-148 di Tanjungbalai menjadi momen penuh makna bagi ratusan pasien, termasuk Cau Hok Ho yang kembali bisa melihat setelah operasi katarak.
Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -