Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148: Semangat Baru Cau Hok Ho dan Warga Tanjungbalai Lainnya

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan), Erik Wardi (Tzu Chi Tebing Tinggi)

Sebanyak 116 pasien katarak dan 11 pasien pterygium menjalani pembukaan perban mata pada Minggu, 4 Mei 2025, yakni sehari pascaoperasi.

“Sebelum operasi tak kelihatan..” kata Cau Hok Ho (51).

“Sekarang bagaimana?” tanya Diana, perawat dari TIMA Indonesia usai membuka perban mata kanannya.

“Sekarang tahi lalat ibu di muka nampak.. hahaha..”

Diana pun ikut tergelak mendengar jawaban Cau Hok Ho, ia turut senang. “Tinggal dijaga ya, pemulihannya tergantung bapak sendiri. Obatnya diminum sesuai aturan. Obat tetesnya juga,” pesan Diana.

“Baik, terima kasih Bu..”

Cau Hok Ho tak mampu menyembunyikan kegembiraanya. Apalagi setelah itu dr. Irma Andriani menjelaskan bahwa mata kanannya kini dapat melihat jelas setidaknya dari jarak tiga meter.

Dari catatan dr. Irma, lebih dari 90 persen pasien katarak dan pterygium di Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-148 ini hasilnya bagus dan tak ada yang perlu di-repair. Salah satu faktornya karena para pasien kooperatif dan mantap untuk dioperasi.

“Asal pasien tenang, operasi pasti lancar. Kalau pasien pasrah dan ingin sembuh dia pasti diam, bisa tahan sakitnya.” Terang dr. Irma yang telah menjadi anggota TIMA Indonesia sejak 15 tahun lalu.

Cau Hok Ho tersenyum bahagia setelah perban matanya dibuka, menandai awal penglihatannya yang kembali pulih.

Setelah lolos screening, Cau Huk Ho menjalani operasi mata kanan dalam Bakti Sosial Tzu Chi ke-148.

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-148 yang digelar pada Sabtu 3 Mei 2025 di RSUD dr. Tengku Mansyur, Tanjungbalai, Sumatra Utara ini memang disambut antusias warga. Jumlah pasien katarak yang lolos sebanyak 116, pterygium 11, hernia 6, sumbing 12 dan minor atau benjolan sebanyak 32 pasien.

Adapun Cau Hok Ho sehari-hari bekerja sebagai supir toko grosir sembako yang dibayar harian, tujuh puluh ribu rupiah. Karena tak cukup untuk menafkahi keempat anaknya, di malam hari ia menarik bentor, sedikit-sedikit lumayan ada tambahan. Namun sejak Maret 2024, matanya mulai sering berair, pandangan mulai kabur. Siang hari seperti tampak ada abu atau asap di jalanan.

“Saya sempat merasa kecewa, kecewa dengan diri sendiri. Namanya mata pencaharian kalau enggak ada mata bagaimana? Tak mungkin kita minta-minta, sedih, tapi akhirnya saya serahkan pada Yang Di Atas,” ujarnya.

Cau Hok Ho bekerja sebagai supir di toko grosir sembako dan malam harinya menarik bentor untuk mencari tambahan pemasukan.

Sebelumnya ia pernah periksa ke rumah sakit dan itu memang katarak. Sayang ia tak punya BPJS yang berbayar. Rasa tak nyaman pun terpaksa ia tahan. Padahal ia seorang supir. Alhasil, ia berkendara dengan rasa was-was.

“Dari mana biaya, istri saya saja merantau, sudah tahun ketiga di Malaysia, jadi TKW,” kata Cau Hok Ho.

Keponakannya yang tinggal di Kota Medan lah yang mengabari bahwa akan ada pengobatan katarak gratis di Tanjungbalai. Ia pun didaftarkan dan ikut  screening pada Sabtu 26 April 2025. Bersyukur ia lolos dan bisa operasi.

Trus kapan ada kesempatan operasi lagi untuk mata yang sebelah? Mengharap saya. Kalau dua mata nampak kan mantap sekali,” sambung Cau Hok Ho.

Dengan kesembuhan mata kanannya, Cau Hok Ho bertekad untuk bekerja lebih semangat. Jika ada lowongan kerja yang lebih baik di Malaysia, ia siap menyusul istrinya. Semua itu demi memberi penghidupan lebih baik bagi keluarganya.

Walikota Tanjungbalai, Mahyaruddin Salam hadir dalam pembukaan bakti sosial dan menyapa warganya yang hendak mengikuti operasi.

Walikota Tanjungbalai, Mahyaruddin Salam bersyukur Tzu Chi berkenan melaksanakan pengobatan skala besar bagi warganya. Perhatian dalam hal kesehatan memang sangat dibutuhkan.

“Atas nama Pemerintah Kota Tanjungbalai saya Walikota dan Wakil Walikot mengucapkan ribuan terima kasih yang setinggi-tingginya. Tiada kata lain yang patut kami ucapkan, rasa bangga, senang, itu yang kami rasakan. Ada orang jauh dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Medan punya perhatian lebih pada kita, kota kita,” ungkapnya.

Tekad yang Besar
Tanjungbalai sendiri merupakan kota kecil di Provinsi Sumatra Utara. Kecil baik dari segi wilayah maupun jumlah penduduk. Kota ini memiliki luas wilayah sekitar 60,52 km², yang hanya sekitar 0,08% dari total luas Provinsi Sumatra Utara. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 183.170 jiwa.

Meski kecil, Tanjungbalai berperan penting sebagai pusat perdagangan dan transportasi di wilayah pesisir timur Sumatra Utara. Namun ironi, Tanjungbalai masih harus mengejar banyak ketertinggalan. Pasien katarak yang ingin menjalani operasi umumnya dirujuk ke Kota Medan, yang harus ditempuh selama tiga hingga empat jam perjalanan.

Pemandangan khas Tanjungbalai. Tanjungbalai terletak di kawasan pesisir timur Sumatra Utara dan merupakan daerah pertemuan dua sungai besar, yaitu Sungai Silau dan Sungai Asahan, yang bermuara ke Selat Malaka.

Satu hal yang menarik di Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148 ini adalah bahwa komunitas relawan Tzu Chi di Tanjungbalai baru berjalan 2,5 tahun. Relawannya baru sekitar 40-an. Namun sudah siap mengadakan pengobatan skala besar. Tentu butuh komitmen tinggi untuk mewujudkannya.

Bakti sosial ini tak dipungkiri telah menjadi keinginan dan buah kerja keras mendiang Leo, relawan yang menjadi bibit Tzu Chi di Tanjungbalai.
 
“Tapi kami semua siap untuk jalankan. Sehingga ketika ada pembicaraan di tingkat TIMA Indonesia, kami coba bicara melalui pembina kami (Tzu Chi Tebing Tinggi dan Tzu Chi Medan) tentang pelaksanaan baksos ini. Kami bersyukur di mana Tzu Chi Jakarta memberi kepercayaan pada kami. Relawan sendiri sampai detik ini sangat semangat,” ujar Sunardi yang kini jadi ketua komunitas Tzu Chi di Tanjungbalai.

Sebelum menjadi relawan Tzu Chi pun Sunardi senang dengan kegiatan sosial, dan telah mendalami Dharma selama enam tahun.

Dukungan datang dari berbagai pihak, terutama Tzu Chi Medan, Tzu Chi Jakarta, Tzu Chi Tebing Tinggi, juga Tzu Chi di Pematang Siantar. Saat screening, Tzu Chi Tebing Tinggi menurunkan 20 relawan, Tzu Chi Medan dengan belasan relawannya. Sukarelawan dari Tanjungbalaibalai pun sekitar 30 orang dengan latar belakang karyawan, pegawai dan ibu rumah tangga.

Banyak tantangan yang muncul di tengah perjalanan. Mulai dari penyediaan tempat, peralatan, dan bagaimana tim TIMA dari Jakarta mengirim peralatan sampai ke Tanjungbalai perlu gudang dan tempat penyimpanan obat-obatan sesuai standart.

Beruntung, Pemkot Tanjungbalai dan Lanal (Pangkalan TNI Angkatan Laut) Tanjungbalai Asahan sangat mendukung. Peralatan medis dan obat-obatan diletakkan di gudang milik Lanal Tanjungbalai Asahan dengan AC yang hidup 24 jam.

Suasana di ruang operasi, tim medis Tzu Chi Indonesia bekerja dengan sepenuh hati.

Sementara untuk menjaring pasien, para relawan tak hanya bekerja sama melalui dinas kesehatan, tapi juga door to door ke masyarakat. Dalam waktu singkat, jumlah peserta screening mencapai 600 lebih.

“Kami sangat beruntung, yang kecil demikian diberi kepercayaan untuk laksanakan bakti sosial ini. Kami betul-betul sangat berterima kasih kepada Tzu Chi Medan, Tzu Chi Tebing Tinggi, Tzu Chi di Pematang Siantar, Tzu Chi Jakarta, maupun TIMA Indonesia. Kegiatan yang dipercayakan pada kami ini, kami laksanakan sepenuh hati,” tutur Sunardi.

Koordinasi antara dokter, perawat, dan relawan menjadi kunci kelancaran seluruh proses pengobatan.

Sunardi sendiri telah menjadi relawan Tzu Chi selama 2,5 tahun terakhir. Dua tahun sebelumnya Sunardi diajak mendiang Leo dan beberapa relawan Tzu Chi Tebing Tinggi membantu warga korban kebakaran di Tanjungbalai. Setelah mengikuti tiga kali kegiatan Tzu Chi, Sunardi merasa klop. Ketika diajak jadi relawan Tzu Chi, ia tak menolak sama sekali.

“Saya seperti ada panggilan hati untuk berjalan di praktik nyata ini. Setelah saya masuk dan makin jauh ke dalam, saya kira Tzu Chi jadi tempat berlabuh yang pertama dan terakhir,” ujarnya mantap. Selain memberi manfaat bagi masyarakat, melalui Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-148 ini, Sunardi bertekad mengembangkan komunitas Tzu Chi di Tanjungbalai lebih luas lagi.

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148: Semangat Baru Cau Hok Ho dan Warga Tanjungbalai Lainnya

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-148: Semangat Baru Cau Hok Ho dan Warga Tanjungbalai Lainnya

05 Mei 2025
Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-148 di Tanjungbalai menjadi momen penuh makna bagi ratusan pasien, termasuk Cau Hok Ho yang kembali bisa melihat setelah operasi katarak.
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -