Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-149: Menggenggam Jodoh Baik Dengan Warga Surabaya Lewat Pengobatan Katarak

Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo A
Reti, warga Sidoarjo, Jawa Timur, merasa haru dan menggenggam erat tangan relawan Tzu Chi Surabaya, Lina Tee Ko, usai menjalani operasi katarak pada mata kirinya oleh tim medis TIMA Indonesia dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-149 di Surabaya.

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menggelar Bakti Sosial Kesehatan (Baksos) Tzu Chi ke-149 di Kota Surabaya pada Sabtu, 19 Juli 2025. Kegiatan ini bekerja sama dengan Kodam V/Brawijaya dan berlangsung di RS Tk. III Brawijaya. Dalam pelaksanaannya, tim medis menangani 142 pasien katarak dan 19 pasien pterigium yang berasal dari wilayah Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Bangkalan (Madura), serta beberapa kota lainnya.

Kegiatan baksos ini dibuka secara langsung oleh Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Rudy Saladin, M.A., yang turut memberikan apresiasi atas pelaksanaan pengobatan katarak gratis oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. “Saya mengapresiasi sekali kolaborasi dengan mitra strategis kita Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Semoga semua proses mulai dari screening, operasi, dan pascaoperasi berjalan dengan lancar,” ungkap Mayjen TNI Rudy Saladin, M.A.

Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Rudy Saladin, M.A., menyampaikan apresiasi kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia atas pelaksanaan operasi katarak gratis bagi masyarakat Surabaya dan sekitarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Mayjen TNI Rudy Saladin beserta jajaran juga meninjau langsung jalannya operasi katarak. Tak hanya itu, beliau juga berinteraksi dengan para pasien yang tengah menjalani perawatan.

“Kita berharap para penerima manfaat mendapat dampak langsung dari operasi masalah pengelihatan ini. Penyakit katarak ini bukan penyakit bisa, dampaknya untuk si penderita luas sekali karena terkait dengan kualitas hidup, produktivitas, interaksi sosial. Tentunya kita berharap dengan adanya operasi ini masyarakat bisa pulih kembali pengelihatannya dan bisa mandiri,” harap Mayjen TNI Rudy Saladin, M.A.

Ketua Tzu Chi Surabaya, Vivian Fang (kiri), mendampingi Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah V/Brawijaya, Vira Rudy Saladin, saat mengunjungi para pasien yang akan menjalani operasi katarak dalam Baksos Tzu Chi ke-149.

Ketua Tzu Chi Surabaya, Vivian Fang, yang turut mendampingi selama kegiatan berlangsung, menjelaskan bahwa ini adalah kali kedua Tzu Chi bekerja sama dengan Kodam V/Brawijaya.

“Dulu, saat pertama kali bekerja sama, kegiatan baksos dilakukan di rumah sakit yang lama. Kali ini, kami bersyukur karena diizinkan menggunakan gedung baru yang lengkap dengan ruang operasi dan fasilitas lainnya,” ungkap Vivian.

Ia juga merasa bersyukur karena Tzu Chi bisa berjodoh kembali dengan warga Surabaya dan sekitaranya yang menderita katarak lewat Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-149 ini. “Hari ini tentunya kita bahagia karna Tzu Chi bisa mengadakan baksos untuk melayani pasien katarak. Tetapi saya ada sedikit rasa sedih karna masih begitu banyak masyarakat khususnya di Jawa Timur yang belum bisa kita jangkau. Harapannya ke depannya kita bisa membentuk kolaborasi yang lebih besar lagi, agar kita bisa mengadakan lebih banyak baksos,” jelas Vivian Fang disela-sela kegiatan baksos.

Selain tim medis dari TIMA Indonesia, kegiatan baksos ini juga didukung penuh oleh para relawan Tzu Chi Surabaya, serta tujuh relawan dari Tzu Chi Jakarta yang turut hadir di Kota Pahlawan untuk membantu pelaksanaan.

Sebanyak 142 pasien katarak dan 19 pasien pterigium tampak menunggu giliran operasi di lobi gedung baru RS Tk. III Brawijaya. Kegiatan ini merupakan bagian dari Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-149.

Para pasien diberikan obat tetes mata secara berkala untuk melebarkan pupil sebelum memasuki ruang operasi dalam rangkaian Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-149 di Surabaya.


Kebahagiaan terpancar dari wajah para pasien. Berkat baksos ini, harapan untuk bisa melihat dengan jelas kembali menjadi kenyataan. Seperti yang dirasakan Reti (63), warga Krembun, Porong, Sidoarjo.

Sudah setahun Reti menderita katarak, dimulai dari penurunan penglihatan pada mata kirinya. “Lihat foto anak, nggak lihat, lihat lampu kaya kembang api menyala, lihat depan peteng (gelap),” cerita Reti. Wanita yang sehari-hari beraktivitas sebagai tukang dadah (pemijat bayi) juga merasa kesulitan beraktivitas dan tidak mengenali orang yang ingin memijatkan bayinya karena katarak yang dideritanya. “Kalau ada orang datang mau dadah, malah saya bilang siapa kamu?” tambahnya.  

Reti merasa sangat bersyukur karena katarak di mata kirinya akhirnya bisa dioperasi. "Hari ini amin, senang sekali ya Allah. Dokternya baik, relawannya juga baik-baik sekali, bahagia sungguh bahagia. Sampun ayem, saestu (benar-benar sudah tenang). Pokoknya terima kasih banyak buat Yayasan Buddha Tzu Chi," ungkap Reti setelah operasi.

Suasana di ruang operasi saat tim medis TIMA Indonesia melakukan tindakan operasi katarak kepada para pasien dalam kegiatan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-149.

Ach. Hafit, warga Surabaya, tampak bahagia dan percaya diri saat keluar dari ruang operasi, didampingi relawan Tzu Chi Surabaya setelah menjalani operasi katarak.

Kebahagiaan serupa dirasakan Ach. Hafit (46), warga Kelurahan Kapasan, Kecamatan Simokerto, Surabaya Utara. Sopir truk trailer ini telah menderita katarak selama enam bulan. “Gejala awal kaya keteken (ada kotoran), dibersihkan ada lagi. Lama-lama tambah burem, trus putih pandangan kaya berkabut,” kata Hafit.

Walapun katarak, Hafit tetap bekerja dengan mengadalkan mata kanannya. Kesulitan-kesulitannya yakni saat memasang benda-benda berukuran kecil, selain itu kalau ada pantulan lampu dan sedang mengendarai motor agak menyulitkan pengelihatannya. “Kalau bawa motor suka kaget karena kataraknya di kiri. Kadang-kadang pas mau belok kiri suka di klakson-klakson karena nggak begitu lihat kendaraan dibelakang,” ungkapnya.

Setelah dioperasi Hafit merasa senang karena kesulitan yan dihadapinya setengah tahun ini karena katarak bisa teratasi. “Kita kerja kan ngandelin pengelihatan namanya driver. Sekarang sudah dioperasi alhamdulillah, sangat bagus bantuan ini buat masyarakat yang membutuhkan. Kalau operasi katarak sendiri kan biayanya berapa. Terima kasih buat Tzu Chi dan Kodam V Brawijaya,” terang Hafit.

Yuliani, PIC Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-149 di Surabaya, menjabat erat tangan salah satu pasien sambil memberikan semangat pascaoperasi katarak yang berhasil dilakukan.

Baik pasien dan relawan pun sama-sama bahagia. Yuliani, PIC Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-149 di Surabaya juga merasa lega karena kegiatan berjalan lancar dan semua tim yang terlibiat dapat bersinergi denganbaik.

“Gan en kepada semua dokter, tim medis dari TIMA Indonesia, gan en juga kepada semua relawan baik dari Tzu Chi Surabaya dan Tzu Chi Jakarta, mereka semua nggak ada capeknya, semuanya inisiatif membantu dan nggak pelit ilmu, di share terus. Saya gembira sekali melihat pasien yang sudah di operasi. Semoga para pasien ini mematuhi nasihat dari tim medis supaya hasilnya tidak gagal,” ungkap Yulian bersuka cita.

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Membuka Jalan Untuk Merdeka Dari Katarak

Membuka Jalan Untuk Merdeka Dari Katarak

01 Agustus 2025
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menggelar Bakti Sosial Kesehatan (Baksos) Tzu Chi ke-149 di Kota Surabaya pada Sabtu, 19 Juli 2025. Kegiatan ini bekerja sama dengan Kodam V/Brawijaya dan berlangsung di RS Tk. III Brawijaya. 
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-149: “Sekarang Kalau Naik Motor Ya Siap, Gaspol!”

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-149: “Sekarang Kalau Naik Motor Ya Siap, Gaspol!”

22 Juli 2025

Setelah menderita katarak sejak dua tahun lalu, Slamet yang bekerja sebagai sekuriti ini kini bisa melihat dengan lebih jelas. Penglihatan yang jelas sangat mendukung tugasnya sehari-hari. 

Screening Baksos Operasi Katarak ke-149 Tzu Chi Surabaya

Screening Baksos Operasi Katarak ke-149 Tzu Chi Surabaya

16 Juli 2025

Screening Baksos Kesehatan ke-149 di Surabaya Tzu Chi Surabaya bekerja sama dengan Kodam V/Brawijaya melaksanakan Baksos Kesehatan operasi katarak. Baksos Kesehatan ke-149 ini melibatkan relawan, TIMA, dan prajurit TNI.

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -