Bantuan Bencana Banjir di Sumatera: Nasi Bungkus Hangat di Tengah Duka Banjir Sumatra Barat

Jurnalis : Pipi (Tzu Chi Padang), Fotografer : Pipi, Monica (Tzu Chi Padang)

Bantuan nasi hangat di salurkan ke 3 titik di posko pengunsian (Dadok nanggalo tunggul hitam, Mesjid UNP dan yonif 133 Padang) yang di dampinngi oleh Babinsa dan Bhabinkamtibmas setempat.

Hujan deras yang mengguyur Sumatra Barat hampir dua pekan terakhir meninggalkan luka mendalam bagi ribuan warganya. Banjir bandang dan tanah longsor menerjang berbagai wilayah, menyapu rumah, jembatan, fasilitas umum, bahkan nyawa.

Menurut data BPBD yang diperbarui pada Senin, 1 Desember 2025 pukul 17.00 WIB, jumlah korban meninggal akibat bencana ini mencapai 604 jiwa. Rinciannya: Sumatera Utara 283 jiwa, Sumatra Barat 165 jiwa, dan Aceh 156 jiwa. Angka-angka itu terpampang di situs Pusdatin BNPB sebuah statistik yang terasa begitu dingin, namun menyimpan derita tak terbayangkan dari keluarga yang kehilangan.

Di sejumlah daerah seperti Kota Padang, Padang Pariaman, Pesisir Selatan, Solok, Agam, Kota Pariaman, Pasaman, hingga Bukittinggi, ribuan rumah terendam hingga tiga meter. Akses jalan terputus, jembatan ambruk, dan fasilitas publik rusak parah. Di Kota Padang saja, lebih dari 18 ribu warga terpaksa mengungsi. Sepuluh orang dinyatakan meninggal dunia, dua lainnya masih hilang. Hewan ternak tumpuan hidup banyak keluarga juga banyak yang mati atau terbawa arus.

Pada 28 November 2025, mereka membuka dapur umum di Kantor Tzu Chi Padang untuk menyiapkan nasi bungkus hangat bagi para pengungsi. Dari dapur sederhana itu, ratusan hingga ribuan porsi makanan hangat disiapkan setiap hari.

Relawan Tzu Chi di bantu oleh anggota TNI dari yonif 133 Padang membuka dapur umum di  area parkir Universitas Negeri Padang. Dapur umum ini akan menyiapkan 1.000 bungkus nasi hangat untuk siang hari dan 1.000 bungkus untuk malam hari yang akan disalurkan Posko Dadok Nanggalo Tunggul Hitam (500 bungkus), Masjid UNP (60 bungkus), dan Posko Batalyon TNI (523 bungkus).

Di tengah situasi genting itu, relawan Tzu Chi Padang bergerak cepat. Pada 28 November 2025, mereka membuka dapur umum di Kantor Tzu Chi Padang untuk menyiapkan nasi bungkus hangat bagi para pengungsi. Dari dapur sederhana itu, ratusan hingga ribuan porsi makanan hangat disiapkan setiap hari.

Tiga titik posko menjadi tujuan utama pembagian hari pertama: Posko Dadok Nanggalo Tunggul Hitam (500 bungkus), Masjid UNP (60 bungkus), dan Posko Batalyon TNI (523 bungkus).

Setelah koordinasi dengan Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Padang dan Pangdam XX/TIB, dapur umum resmi diperluas dan dipindahkan ke area parkir Universitas Negeri Padang pada 29–30 November 2025. Pangdam menurunkan personel TNI beserta peralatan memasak, sementara Tzu Chi menyediakan seluruh bahan makanan.

Setiap harinya, dapur umum ini menyiapkan 1.000 bungkus nasi hangat untuk siang hari dan 1.000 bungkus untuk malam hari. Makanan tersebut dibagikan ke empat titik pengungsian: Dadok Nanggalo Tunggul Hitam, Masjid UNP, Posko Lambung Bukit Gunung Nago, dan Kampung Maransi Indah.

Turut hadir Kabekangdam XX/TIB Kolonel CBA Arie Prabuadi di posko pengunsian Dadok Nanggalo Tunggul Hitam menyalurkan nasi bungkus hangat kepada para pengungsi.

Ernawati yang rumahnya terendam banjir setinggi 3 meter sangat bahagia mendapatkan bantuan nasi hangat. Relawan juga memberi penghiburan kepada para pengungsi. Relawan tidak hanya memberikan bantuan nasi bungkus hangat namun juga memberikan bantuan mental para pengungsi untuk kuat dan cepat pulih dari keterpurukan bencana banjir.

Pada salah satu pembagian di Dadok Nanggalo Tunggul Hitam, Kabekangdam XX/TIB Kolonel CBA Arie Prabuadi turut hadir. Total ada 4.183 bungkus nasi hangat telah dibagikan kepada warga terdampak. Sebagian dibawa langsung ke posko-posko pengungsi, sebagian lainnya diantar relawan Tzu Chi ke rumah-rumah warga yang sedang membersihkan lumpur dan sisa banjir di rumahnya.

Di antara mereka yang menerima nasi hangat adalah Ernawati. Wajahnya sayu saat menerima sebungkus nasi hangat dari relawan.

“Rumah saya habis terendam tiga meter, Bu… barang-barang di rumah hanyut semua terbawa banjir,” ujarnya lirih, sambil menahan air mata.

Rumah yang menjadi tempatnya membesarkan anak-anak kini tinggal puing basah. Tak ada yang selamat, pakaian, perabot, hilang dalam sekejap. Ernawati dan keluarganya kini mengungsi di rumah tetangga sebagian sanak keluarga lain memilih mengungsi di masjid.

Namun di tengah kehancuran itu, sebungkus nasi hangat terasa seperti genggaman harapan. Kehadiran relawan Tzu Chi Padang membuat para penyintas tidak merasa sendirian, bahwa masih ada tangan-tangan tulus yang hadir memberi kekuatan ketika semua terasa runtuh.

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Bantuan Bencana Banjir di Sumatera: Baksos Carnation Salurkan Donasi Melalui Tzu Chi

Bantuan Bencana Banjir di Sumatera: Baksos Carnation Salurkan Donasi Melalui Tzu Chi

01 Desember 2025

Dengan rasa peduli, Baksos Carnation menyerahkan donasi melalui Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk disalurkan kepada warga terdampak bencana di Sumatera. 

Bantuan Bencana Banjir di Sumatera: Relawan Tzu Chi di Banda Aceh dan Bireuen Salurkan Bantuan Pertama

Bantuan Bencana Banjir di Sumatera: Relawan Tzu Chi di Banda Aceh dan Bireuen Salurkan Bantuan Pertama

01 Desember 2025

Banjir besar di Aceh menyebabkan banyak desa terisolir. Relawan Tzu Chi dari Banda Aceh dan Bireuen menyalurkan bantuan darurat meski harus melewati medan berat.

Bantuan Bencana Banjir di Sumatera: Tzu Chi Medan Hadir Bantu Warga Klumpang Kebun, Deli Serdang

Bantuan Bencana Banjir di Sumatera: Tzu Chi Medan Hadir Bantu Warga Klumpang Kebun, Deli Serdang

01 Desember 2025

Saat warga Klumpang Kebun masih berjuang memenuhi kebutuhan pascabanjir, relawan Tzu Chi Medan hadir lebih dulu membawa bantuan untuk mereka.

Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -