Dalam Jalinan Jodoh yang Baik

Jurnalis : Metta Sari, Fotografer : Joni Saharani
 

foto Para relawan dari Taiwan khusus datang ke Indonesia untuk berbagi pengalaman serta untuk membangkitkan semangat relawan Tzu Chi Indonesia.

 “Perbuatan baik harus diwujudkan dalam tindakan nyata, kebijaksanaan yang tumbuh dari perbuatan baik ini baru benar-benar bermanfaat dalam kehidupan”  (Master Cheng Yen)

Jakarta, 20 Februari 2011 pukul 8.00 pagi para relawan Tzu Chi berkumpul di Ruang Aula RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Ada 316 relawan yang berasal dari beberapa kota seperti Jakarta, Tangerang , Bandung, Medan, Batam, Pekanbaru, Surabaya, serta Biak.

Para relawan Tzu Chi yang berseragam rapi hadir pagi ini untuk menghadiri pelatihan relawan dan calon komite yang diadakan pada tanggal 19-20 Februari 2011. Acara pelatihan relawan dan calon komite ini dihadiri shixiong dan shijie yang datang langsung dari Taiwan. Terdapat 2 shixiong dan 6 shijie yang khusus datang ke Indonesia untuk berbagi pengalaman kepada para relawan Indonesia serta untuk membangkitkan semangat relawan Tzu Chi Indonesia. Para shixiong dan shijie menceritakan pengalaman pribadi mereka yang sangat menggugah hati para relawan Indonesia.

Pertemuan untuk Saling Berbagi
Para relawan Indonesia banyak sekali belajar tentang jodoh baik, Dharma, pelestarian lingkungan, bervegetarian, menghargai dan saling berbagi terhadap sesama. “ Kita di sini dapat berkumpul dalam satu tempat merupakan  jodoh baik yang terjalin,  dengan tetap mendengarkan Dharma, jalinan jodoh baik akan tetap ada di kehidupan mendatang. ” ujar Zhang Mei Zhi Shijie. Mei Zhi Shijie mengatakan bahwa setiap paginya hendaklah kita mendengarkan ceramah Master Cheng Yen, karena Master pun berkata, Dharma harus meresap di dalam hati kita dan dilengkapi pula dengan perbuatan baik. Mei Zhi Shijie menceritakan proses penyusunan ceramah Master Cheng Yen pada tayangan Lentera kehidupan ataupun dalam Sanubari Teduh, yang mengandalkan upaya para staf Da Ai TV Taiwan dalam menayangkan acara tersebut. Master Cheng Yen sendiri setiap malam selalu menyempatkan mendengarkan kembali ceramah yang beliau sampaikan kepada murid-muridnya. Menurut beliau setiap kali mendengar kembali ceramahnya sendiri, beliau merasa sedang menginstropeksi diri. Waktu terus berlalu tanpa henti, Master Cheng Yen tidak memiliki banyak waktu untuk dirinya sendiri, dan hanya menyediakan waktu untuk melakukan kebajikan. “Semoga setiap orang dapat melakukan ajaran Buddha, agar dapat menjadi Bodhisatwa dunia,” ujar Mei Zhi Shijie.

He Yun Qi Shijie adalah seorang pengajar di universitas Tzu Chi di Taiwan. Ia bergerak dalam dunia pendidikan. Walaupun ia adalah seorang profesor, He Yun Qi Shijie tetap melakukan daur ulang. Ia menceritakan bahwa di Universitas Tzu Chi Taiwan terdapat 4 fakultas, yaitu fakultas kedokteran, pelayanan masyarakat, budaya humanis dan masyarakat , serta broadcasting. Para mahasiswa yang mengambil jurusan broadcasting sangat berharap setelah lulus mereka dapat bekerja di Da Ai TV. Master Cheng Yen  sangat khawatir terhadap anak-anak zaman sekarang yang bagaikan buah stroberi, tampak bagus di luar namun di dalamnya lunak. Master khawatir bahwa anak-anak zaman sekarang tidak kuat menghadapi tekanan. Karenanya, agar kuat menghadapi tekanan maka anak-anak harus mendapatkan pendidikan yang baik. Di Taiwan, Yayasan Buddha Tzu Chi sudah membangun sekolah dari TK , SD, SMP, SMA sampai  universitas. He Yun Qi Shijie yakin bahwa Indonesia juga dapat mengembangkan Sekolah Tzu Chi sampai ke jenjang universitas karena langkah misi pendidikan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan misi pendidikan Taiwan.

Menggalang Bodhisatwa Dunia
Sedangkan Wang Yu Ru Shijie berbagi cerita mengenai pelestarian lingkungan dan bervegetarian. Iklim yang menunjukkan perubahan secara global dan tidak berjalan sebagaimana mestinya, hal ini menimbulkan bencana dimana-mana. Kejadian ini terakumulasinya karbondioksida, gas metana, dan gas-gas lain yang dapat merusak atmosfer bumi. Bagaimana cara untuk mengurangi pemanasan global ini? Yaitu dengan cara melakukan pelestarian lingkungan. Dengan melakukan daur ulang terhadap barang- barang yang dapat dimanfaatkan kembali merupakan penghematan sumber daya. Selain itu dengan hal apa lagi untuk mengurangi pemanasan global? “Ya benar, dengan bervegetarian kita dapat membantu mengurangi pemanasan global. Bumi kita sedang mengalami kerusakan, hal yang dapat kita lakukan adalah memperlambat lajur kerusakan bumi,” ujar Wang Yu Ru Shijie.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan yang berasal dari beberapa kota seperti Jakarta, Tangerang , Bandung, Medan, Batam, Pekanbaru, Surabaya, serta Biak memanfaatkan kesempatan untuk memperdalam misi Tzu Chi ini dengan sebaik-baiknya. (kiri)
  • Zeng Mei Yu Shijie adalah seorang suster yang telah berpraktik selama 35 tahun. Ia menyemangati para peserta untuk jangan pernah meremehkan kekuatan kita sendiri. (kanan)

Di Tzu Chi kita akan banyak belajar, baik ilmu kehidupan atau ilmu pendidikan yang sangat berguna untuk kita. Dengan begitu kita dapat mengurus rumah kita sendiri, seperti di Indonesia yang sedang membangun Jing Si Tang di kawasan Pantai Indah Kapuk. Jing Si Tang merupakan rumah kita sendiri. Semakin luas sebuah rumah maka akan semakin membutuhkan banyak anggota keluarga untuk merawatnya bersama-sama. Selain kita menciptakan suatu berkah, kita dapat mengajak lebih banyak orang untuk menciptakan berkah bagi sesama. Dengan mengajak lebih banyak lagi orang untuk masuk dalam barisan Tzu Chi, maka semakin banyak pula Bodhisatwa dunia. Menyumbang dana merupakan hal yang sangat mudah, sedangkan menyumbangkan waktu sangat sulit untuk dilakukan. “Marilah kita bersatu hati untuk membangun rumah kita di Indonesia,” seru para relawan Indonesia bersama Luo Mei Zhu Shijie.

“Dulu saya orang yang suka berfoya-foya, sempat terpikir untuk menyebarkan cinta kasih namun belum pernah terwujud. Untungnya saya bertemu dan mengenal Tzu Chi. Sejak saya mengenal Tzu Chi, saya dapat mengembangkan cinta kasih yang benar. Di Tzu Chi tidak mengenal batasan ras, agama, ataupun bangsa. Kita hanya memanfaatkan jodoh baik yang terjalin, maka itu kita juga harus berikrar yang baik juga,” kata Huang Qiu Liang Shixiong.

Zeng Mei Yu Shijie adalah seorang suster yang telah berpraktik selama 35 tahun. Ia mengatakan pada para peserta untuk jangan pernah meremehkan kekuatan kita yang sangat kecil, dan jangan takut untuk berikrar besar. Hidup ini tidak kekal, maka dari itu Master Cheng Yen mengatakan bahwa ada 2 hal yang tidak dapat ditunda di dunia ini, yaitu melakukan kebajikan dan berbakti terhadap orang tua. Karena setiap orang memiliki kemampuan yang tidak terhingga, maka kita dapat belajar untuk memikul tanggung jawab dalam kehidupan ini. Zeng Mei Yu Shijie menceritakan pengalamannya ikut serta dalam pelestarian lingkungan yaitu daur ulang. Setiap hari ia membawa kendaraannya untuk menggumpulkan barang-barang yang dapat didaur ulang setiap kali ia pergi bekerja. Jika hari libur ia tetap berkeliling dengan kendaraannya untuk mengumpulkan barang daur ulang. Dengan kita menjaga bumi kita, kita telah mewariskan sebuah bumi yang bersih untuk anak cucu kita.

foto  foto

Keterangan :

  • Setiap kisah yang diceritakan oleh para relawan Tzu Chi Taiwan merupakan pelajaran berharga bagi para pendengarnya. (kiri)
  • Sharing yang disampaikan oleh para shixiong dan shijie dari Taiwan ini, menumbuhkan semangat baru bagi para relawan Tzu Chi Indonesia untuk semakin mantap melangkah di Tzu Chi. (kanan)

Belajar dari Kisah Orang Lain
Beda orang, beda kisah yang disampaikan. Kali ini ada kisah tentang sepasang shixiong dan shijie, Khe Gou Shou Shixiong dan Li Ding E Shijie. Kisah kehidupan keluarga ini diangkat menjadi drama Da Ai TV Taiwan. Sifat buruk dan emosional adalah hal yang tidak baik, dengan sikap yang penuh dengan amarah maka hidup kita menjadi tidak harmonis. Inilah yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga mereka. “Dahulu sebelum saya mengenal Tzu Chi, sikap amarah saya sangatlah besar, bertindak sesuka hati terhadap istri dan anak-anak, memarahi istri dan juga sampai memukulnya. Sampai suatu saat saya menyadari bahwa perbuatan ini tidak benar, dan saya mulai bertobat atas perbuatan saya,” kata Khe Gou Shou Shixiong. Karma itu seperti tabungan, jika kita menabung berkah maka karma baik akan berbuah dan jika kita tidak menabung berkah maka karma buruk akan muncul. Mengakui kesalahan dan bertobat adalah langkah yang benar. Li Ding E Shijie menceritakan, “Dulu saya tidak berani bercanda dengan suami saya seperti ini, untungnya semua telah berubah, wajah kami yang dulu penuh dengan sikap amarah yang besar sekarang sudah berubah menjadi sikap penuh cinta kasih, hal ini sangatlah indah untuk dirasakan. Dengan adanya perubahan baik dalam diri kita , akan membuat kita terus belajar tentang kehidupan.”

Sharing yang disampaikan oleh para shixiong dan shijie dari Taiwan ini, menumbuhkan semangat baru bagi para relawan Tzu Chi Indonesia. Para relawan benar-benar senang atas kunjungan para shixiong dan shijie dari Taiwan. Kesediaan mereka untuk berbagi cerita dan pengalaman, merupakan hal yang berharga. Dengan jalinan jodoh yang baik atas perbuatan yang baik pula, membuat kita semakin bersyukur. Bersyukur berada dalam satu keluarga  besar Tzu Chi yang penuh dengan cinta kasih di dalamnya.

  
 

Artikel Terkait

Menghangatkan Hati Para Opa dan Oma

Menghangatkan Hati Para Opa dan Oma

02 Desember 2011 Para relawan Tzu Chi terus menebarkan cinta kasihnya. Kali ini para relawan Tzu Chi Bandung melakukan kunjungan kasih ke Panti Wreda Nazaret pada tanggal 24 November 2011.
Baksos Degeneratif Tzu Chi: Melayani dengan Hati di Pulau Terpencil

Baksos Degeneratif Tzu Chi: Melayani dengan Hati di Pulau Terpencil

25 Juli 2023

Tzu Chi Batam untuk ketiga kalinya mengadakan Baksos Degeneratif di Pulau Jaloh. Pada baksos ini, Tzu Chi berhasil melayani 75 warga yang hadir untuk kontrol ulang kesehatan. Sebelumnya relawan dan tim medis telah melakukan pemeriksaan pertama pada 21 Mei lalu.

Kreasi Generasi Penyelamat Bumi

Kreasi Generasi Penyelamat Bumi

13 Juli 2021
Via aplikasi Zoom, siswa–siswi kelas Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Medan mendapat pelatihan mendaur ulang kaus bekas menjadi tas kantong yang unik, lucu, dan bermanfaat. “Menurut saya cukup kreatif karena membuat sesuatu yang tidak terpakai menjadi berguna kembali,” ujar Frederick Chandra, salah satu siswa.
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -