Sebanyak 103 peserta (relawan dan tamu undangan) mengikuti prosesi pemandian Rupang Buddha dalam Perayaan Waisak di komunitas He Qi Pusat, Minggu 18 Mei 2025.
Komunitas relawan Tzu Chi di He Qi Pusat mengadakan perayaan doa bersama memperingati tiga hari besar, yaitu Hari Raya Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia pada Minggu 18 Mei 2025 di Lapangan Gedung Fu Hui, Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Pangeran Jayakarta. Sebanyak 75 relawan Tzu Chi, 28 peserta umum hadir, mengikuti serangkaian acara Waisak. Mulai dari melantunkan Gatha Pendupaan, Gatha Pujian bagi Buddha, prosesi Waisak; menyentuh air, mengambil bunga. mendengarkan pesan Waisak, meditasi, dan memanjatkan tiga Ikrar dengan ketulusan.
Untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat yang belum pernah mengikuti prosesi Waisak Tzu Chi, He Qi Pusat mengadakan perayaan dan doa bersama ini. “Dengan jasa kebajikan yang istimewa ini, kita berdoa semoga pelita hati menerangi jiwa raga kita, sehingga seluruh penjuru alam dipenuhi berkah. Semoga cahaya welas asih dan kebijaksanaan Buddha senantiasa menyinari alam semesta, batin setiap orang diliputi kemurnian dan kecemerlangan. Semoga dunia bebas dari bencana, hati manusia tersucikan, masyarakat hidup rukun dan damai,” ujar Ria, koordinator Perayaan Waisak.
Prosesi Waisak dilakukan dengan setulus hati.

Willy Handali beranjali sepenuh hati, berdoa agar semua mahkluk berbahagia.
“Namo Pen Shi Shi Jia Mo Ni Fo.” lantunan berulang diucapkan oleh 16 relawan persembahan, dengan langkah kaki yang tenang, menuju altar untuk mempersembahkan air, pelita, dan bunga. Pelita melambangkan penerangan, air wangi melambangkan pembersihan noda batin, dan bunga melambangkan harumnya Dharma dan kebajikan, juga mengingatkan adanya ketidakkekalan.
Sebanyak 75 relawan, 28 tamu undangan memberikan persembahan penghormatan atas keteladanan Buddha melalui ajaranNya yang mengajarkan cinta kasih berkesadaran, welas asih agung, dan kebijaksanaan untuk menyeberangkan semua mahkluk terbebas dari penderitaan. Juga menyampaikan tekad untuk membersihkan batin dari kekotoran dan tetap melangkah di jalan Bodhisatwa mengikuti jejak Buddha.
Willy Handali (64) baru pertama kali mengikuti Perayaan Waisak yang digelar Tzu Chi. “Yang saya pahami saat menyentuh air, bunga adalah seperti itulah kita berusaha merasakan dan menyatu dengan bagian isi alam,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca menahan haru. Dalam kesehariannya, Willy adalah pegiat tanaman dan gemar membagikan tanaman. Demikianlah cara ia untuk turut merawat bumi yang lebih hijau.

Yenny melantunkan doa dengan khusyuk.
Foto bersama para peserta doa bersama Waisak, pada penghujung acara yang berlangsung dari pukul 10.00-12.00 WIB.
Sementara itu bagi Yenny (43), dapat meluangkan waktu untuk hadir dalam Perayaan Waisak yang digelar He Qi Pusat, merupakan hal yang istimewa. Ia yang berasal dari Kota Medan kebetulan sedang mempunyai urusan di Jakarta. Mengetahui jika He Qi Pusat merayakan Waisak pada Minggu, 18 Mei 2025, ia pun tak ragu untuk hadir. “Semoga semua orang mendapatkan sukacita, perlindungan dari Sang Tathagata, semua diberikan kedamaian, dunia aman dan tenteram,” kata Yenny.
Christina Santosa (47) relawan Tzu Chi selalu mencurahkan perasaannya melalui berdoa saat menemui masalah baik itu besar atau kecil. Pun dalam kesempatan yang sangat istimewa ini. “Perasaan saya lebih tenang dan damai setelah berdoa. Melepaskan semua beban yang saya hadapi. Saya bertekad untuk memperkuat diri sendiri agar tidak mudah terpengaruh. Yang saya dapatkan hari ini adalah belajar dari Buddha, yang membantu semua mahkluk hidup mencapai kebahagiaan, membagikan kasih saya kepada semua orang,” ungkapnya.
Editor: Khusnul Khotimah