Membasuh luka, Merajut Harapan, Misi kemanusiaan Tzu Chi Medan di Paya Rahat

Jurnalis : Liani (Tzu Chi Medan), Fotografer : Liani, Amir Tan, Kamin (Tzu Chi Medan)

Relawan sedang melakukan pengisian data pasien untuk warga yang datang berobat.

Di tengah sisa-sisa lumpur yang mulai mengering dan jejak air yang membekas di dinding rumah warga, sebuah kehangatan hadir menyapa di Dusun Paya Gajah, Desa Paya Rahat, di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, Selasa 16 Desember 2025.

Pagi itu, Hanggar Meunasah di Kecamatan Banda Mulia berubah wajah menjadi pusat harapan. Yayasan Buddha Tzu Chi Medan, bersama tim medis TIMA (Tzu Chi International Medical Association), hadir menggelar Bakti Sosial Kesehatan untuk warga yang baru saja didera musibah banjir besar.

Kehadiran 30 relawan dan 8 tim medis ke wilayah ini adalah sebuah panggilan hati. Pascabanjir surut, kondisi lingkungan yang lembab dan kurang higienis meninggalkan jejak derita baru bagi warga yakni penyakit. Mulai dari gatal-gatal, ISPA, hingga luka fisik akibat proses evakuasi yang dramatis.

Dalam sambutannya, Sylvia Chuwardi, Wakil Ketua Tzu Chi Medan menyapa para warga dengan penuh kasih.

"Selamat pagi bapak dan ibu, salam sehat selalu. Kami semua di sini datang dari Medan dengan satu tujuan, memastikan kesehatan bapak dan ibu," sapa Sylvia dengan lembut. "Sebelum kita mulai, mari kita sama-sama mengucapkan syukur. Semua berada dalam keadaan sehat hari ini adalah suatu berkah yang luar biasa."

Bakti sosial kesehatan digelar di Hanggar Meunasah di Kecamatan Banda Mulia, Kabupaten Aceh Tamiang.

Tim Medis Tzu Chi melakukan operasi pembersihan luka pada kedua kaki Arniyah yang telah infeksi karena terinjak kaca.

Kehadiran Kepala Desa M. Maulana dan tokoh masyarakat Imam Baihaqi turut mempererat jalinan silaturahmi hari itu. Sinergi antara perangkat desa dan relawan menjadi kunci kelancaran pengobatan bagi ratusan warga.

Dr. Wilson Arthur, Wakil Ketua TIMA Medan sekaligus koordinator medis menyaksikan langsung betapa signifikannya dampak banjir terhadap fisik warga. "Banyak warga yang menderita ISPA dengan keluhan batuk, pilek, demam, serta infeksi kulit akibat terendam air kotor," jelas dr. Wilson Arthur.

Namun, mereka ada yang terluka saat berjuang menyelamatkan diri. Ada kaki yang tertusuk benda tajam, paku, atau pecahan kaca saat mengevakuasi barang berharga di tengah kepanikan.

"Total ada 170 pasien yang kami layani hari ini. Kami melakukan pemeriksaan, pengobatan, pembersihan luka, hingga operasi kecil," tambah dr. Wilson.

Tidak berhenti di posko, tim medis TIMA juga melakukan kunjungan kasih. Mereka berjalan kaki mendatangi rumah warga yang terbaring lemah dan tak sanggup berjalan ke lokasi baksos, memastikan tidak ada satu pun warga sakit yang terlewatkan dari sentuhan kasih.

Rumah pengajian Imam Baihaqi menjadi posko pengungsi 108 jiwa yang mengungsi saat air banjir datang.

Dokter Wilson Arthur sedang melakukan pemeriksaan kesehatan ke rumah warga yang sedang sakit dengan didampingi Kades M. Maulana.

Di balik kegiatan medis ini, tersimpan cerita kepahlawanan dan kepasrahan dari Imam Baihaqi. Rumah pengajiannya, Istiqamatuddin Babul Muttaqin, menjadi saksi bisu perjuangan 108 jiwa yang mengungsi saat air banjir datang.

"Saya takut bangunan ambruk karena pondasinya hanya papan kayu. Air banjir tingginya hampir menyentuh loteng tempat warga berteduh," kenang Imam Baihaqi dengan mata berkaca-kaca. Di antara pengungsi yang berdesakan, terdapat bayi yang baru berusia 2 hari dan 10 hari, bertahan hidup di tengah kepungan air.

"Alhamdulillah, air berhenti pas di bawah loteng. Allah masih melindungi kami," ujarnya.

Dengan penuh haru, Imam Baihaqi menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para relawan. "Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan keberkahan bagi rombongan dari Medan yang datang memberikan semangat baru bagi kami agar tidak larut dalam duka."

Kepala Desa Paya Rahat, M. Maulana tak kuasa menyembunyikan rasa harunya. Ia teringat bagaimana warganya harus dievakuasi menggunakan rakit batang pisang saat banjir melanda 94 Kepala Keluarga di desanya.

"Terima kasih ribuan terima kasih. Mungkin ada Puskesmas di sini, tapi fasilitasnya terbatas untuk kondisi darurat seperti ini. Kehadiran Tzu Chi yang melakukan operasi kecil untuk warga yang terkena paku dan kaca sangat berarti bagi kami," ujar M. Maulana. Ia berharap, jalinan kasih ini tidak putus sampai di sini dan bisa menjangkau dusun-dusun lain yang membutuhkan.

Warga yang masih kesulitan makanan dibagikan nasi bungkus oleh relawan dan hal ini sudah dilakukan sejak tanggal 4 Desember yang lalu. Ada 1000 nasi bungkus yang dibagi setiap hari.

Salah satu wajah warga yang kembali tersenyum adalah Arniyah (48), seorang buruh serabutan (mocok-mocok). Banjir setinggi dua meter tidak hanya merusak harta bendanya, tapi juga melukai kakinya dengan pecahan kaca.

"Sedih sekali, barang rusak semua. Kami baru empat hari lalu balik ke rumah setelah mengungsi," cerita Arniyah.

Kesedihannya bertambah ketika melihat ayahnya yang menderita jantung dan ibunya yang sudah tiga hari diare tak berdaya di rumah. Namun, beban itu terangkat ketika tim medis Tzu Chi datang.

"Kaki saya yang luka dalam sudah diobati dan dioperasi. Dokter juga mau datang ke rumah memeriksa ayah dan ibu saya dengan penuh kasih. Terima kasih banyak, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian," ungkapnya penuh sukacita.

Dahniar (47) bersyukur akan kehadiran Tzu Chi. Ia mendapatkan pengobatan, semangat dan perhatian. “saya mendapat pengobatan gratis, saya ditensi dan konsultasi serta diberikan vitamin dan salep untuk perwatan kaki yang mulai gatal-gatal. Banjir yang telah membuat kami sedih akhirnya terhibur  dengan kehadiran relawan dan tim medis, Terima kasih semoga Tuhan membalas kebaikan kalian,” ungkap Dahniar.

Relawan juga memberikan perhatian dan semangat. “Ibu harus tabah, tetap jaga kesehatan, kita semua tidak mengharapkan bencana ini, semua akan berlalu,” tutur Elvi, kordinator kegiatan.

Tzu Chi memberikan bantuan air bersih dan tangki air stainless steel kapasitas 2.500 liter kepada warga Kuala Simpang dan sekitarnya yang kesulitan air bersih pascabanjir.

Pada hari yang sama, Tzu Chi Medan juga menyalurkan enam buah tangki air 2500 liter stainless steel di Kuala Simpang dan sekitarnya yang dilakukan dalam dua hari. Pascabanjir ribuan warga di Kuala Simpang dan sekitarnya harus bertahan hidup di tengah keterbatasan.

Akses Listrik yang terputus serta sulitnya air bersih membuat warga terpaksa melewati hari hari tanpa mandi dan kesulitan untuk sekedar memasak atau minum. Menghadirkan sumber kehidupan, memahami kebutuhan mendesak tersebut, Yayasan Buddha Tzu Chi bergerak cepat dengan mengadakan bantuan air bersih di enam titik yaitu di rumah dinas Sekda di pusat kota, di Masjid Al_Furqan, lalu di Kampung Landuh, juga di Dusun Pahlawan, kemudian di Kantor Camat Karang Baru, juga di Kampung Medang Ara.

Bantuan tangki air dan air bersih sangat membantu warga yang telah berminggu minggu kesulitan air. “Terima kasih Tzu Chi yang membantu di saat kami sedang mengalami musibah. Kami sangat bersyukur dan gembira dengan bantuan ini karena sangat bermanfaat bagi warga kami yang kekurangan air bersih pascabanjir. Mereka sudah berminggu-minggu kesulitan air bersih, Alhamdullilah akhirnya kami  ada air  bersih juga, “ ungkap Muhammad Nasara dengan berkaca kaca, Sekretaris Desa Kampung Landuh.

Air bersih dan tangki air juga disalurkan di tempat ibadah, seperti di Masjid Al_Furqan.

Selain air bersih, para relawan Tzu Chi juga konsisten memastikan kebutuhan pangan warga terpenuhi. Sejak Kamis 4 Desember 2025, distribusi nasi bungkus terus dibagikan. Bermula 500 bungkus, kini relawan menyalurkan hingga 1.000 bungkus nasi setiap hari agar dapat menjangkau lebih banyak warga yang terdampak.

Shu Tjeng, relawan Tzu Chi Medan menegaskan bahwa komitmen ini tidak akan berhenti di sini. “Semoga apa yang kami berikan dapat mencukupi kebutuhan warga. Kedepan kami akan terus memantau apa lagi yang bisa dilakukan untuk warga meringankan penderitaan warga pascabanjir,” ujarnya.

Aksi kemanusiaan ini menjadi bukti nyata bahwa di tengah bencana, kepedulian mampu memberikan secercah harapan bagi mereka yang sedang berjuang untuk bangkit kembali.

Hari itu di Aceh Tamiang, Tzu Chi Medan tidak hanya membawa obat-obatan, tetapi juga membawa pesan bahwa dalam kemanusiaan, tidak ada jarak yang terlalu jauh untuk ditempuh demi membasuh luka saudara yang sedang berduka.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Melihat Perjuangan Distribusi Bantuan ke Lokasi Banjir di Kutai Timur

Melihat Perjuangan Distribusi Bantuan ke Lokasi Banjir di Kutai Timur

19 Desember 2025

Ini adalah cerita perjuangan relawan Tzu Chi kala mendistribusikan bantuan ke lokasi banjir yang menimpa tiga desa di Kutai Timur, Kalimantan Timur Sabtu, 13 Desember 2025.

Bantuan Bencana Banjir di Sumatera: Kepedulian untuk Labuhan Deli, Dari Warga untuk Warga

Bantuan Bencana Banjir di Sumatera: Kepedulian untuk Labuhan Deli, Dari Warga untuk Warga

09 Desember 2025

Kisah Wina, pemilik usaha cuci kendaraan di Helvetia, dengan tulus membuka lahannya untuk relawan Tzu Chi membagikan 600 paket bantuan banjir kepada warga Labuhan Deli.

Ketulusan Berbagi, MY Advanced Group Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Ketulusan Berbagi, MY Advanced Group Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

03 Desember 2025

Donasi kemanusiaan terus mengalir deras untuk membantu korban banjir di Sumatera. Kali ini, MY Advanced Group yang mempercayakan bantuannya melalui Tzu Chi Indonesia.

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -