Memberi Kebahagiaan dengan Welas Asih

Jurnalis : Nuraisyah Baharuddin (Tzu Chi Makkassar), Fotografer : Lenny Popella (Tzu Chi Makkassar)
 
 

foto
Pasien Katarak yang selesai menjalani operasi didampingi oleh relawan Tzu Chi Makassar.

Rasa syukur terpancar dari wajah dua  pasien katarak, Sitti yang lahir pada tanggal 31 Desember 1948 dan tinggal di Jalan Muhammad Yamin No. 10 Makassar dan Hety Maseng yang lahir pada tanggal 18 Juli 1942 dan tinggal di Jalan Andi Tondro Raya No. 36. Mereka berdua bersyukur karena berkat berjodohnya dengan relawan Tzu Chi Makassar sehingga dari sekian lama mengalami katarak akhirnya dapat kesempatan untuk sembuh kembali. Kedua pasien ini dioperasi di rumah sakit Plamonia, Makassar meskipun berbeda tanggal operasi namun keduanya bisa menjalani operasi dengan baik.

Sitti dioperasi pada tanggal 11 April 2013 sedangkan Hety lebih dahulu tiga hari sebelum Sitti yaitu pada tanggal 9 April 2013. Mereka berdua sama-sama dioperasi pada mata kiri mereka. Setelah dioperasi akhirnya kedua ibu ini sudah terlepas dari penderitaan sakitnya selama ini.

Selain mengatasi pasien katarak dari Makassar, relawan Tzu Chi Makassar kedatangan pasien jauh dari Biak yang dirujuk ke Makassar untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Nama pasien ini adalah Anthon Smas yang lahir pada tanggal 14 November 1967 dan tinggal di kampung Aman, Kelurahan Aman, Kecamatan Warsa, Provinsi Papua. Kisah Anthon menderita penyakit terputusnya saluran kemihnya berawal ketika pasien pergi di kebun untuk bertani dan ketika hendak pulang pasien ketemu binatang kus-kus (Kuse) dan di saat itu pula pasien memotong cabang pohon dan binatang itu menyerang pasien sehingga pasien terjatuh tepat pada cabang pohon yang ia pangkas. Satu batang dahan pohon tertusuk tepat terkena pada penis sehingga penis Anthon terputus. Di Biak, pasien dipasangkan Poneksi Folly cateter langsung dari vesita urraria diakibatkan moses inflantasi luka akibat tsoma sayam pada urethra selama enam bulan.

Selama beberapa hari di Makassar, Anthon sempat ketakutan dan tidak mau diteropong oleh dokter sehingga Anthon yang didampingi oleh seorang istri yang bernama Dolfiana Rumbin berniat untuk kembali ke Biak. Relawan Tzu Chi Makassar pun tak mampu berbuat apa-apa lagi dari sekian lama dibujuk namun tak ada juah titik terangnya, sehingga salah satu relawan Tzu Chi memutuskan membelikan tiket pesawat untuk pasangan suami- istri ini dan kembali ke Biak. Namun sehari sebelum keberangkatannya ke Biak, salah satu relawan Tzu Chi dari Biak menelpon salah satu sahabatnya yang ada di Makassar yang bernama Budi Shixiong, melalui Budi inilah diharapkan mampu membujuk Anthon untuk diteropong. Akhirnya, ternyata Budi bersedia untuk mendatangi Anthon yang pada malam itu bersama istrinya bermalam di Hotel Berlian.

“Yang pertama saya lakukan hanyalah mendekati terlebih dahulu kejiwaan psikisnya, menanyakan apa alasan Anthon tidak mau obati, sehingga dengan kedekatan yang sama-sama mampu berbahasa Papua ini membuat Anthon mulai terbuka dan memaparkan alasannya kenapa dia tidak mau diobati. Anthon berkata sama saya kalau dia takut dengan pakaian-pakaian anggota TNI.  Yang mana kita ketahui rumah sakit Plamonia adalah rumah sakit TNI, sehingga banyaknya TNI yang lalu lalang di depannya itulah yang membuat dia takut. Apalagi dengan peralatan rumah sakit yang begitu mewah yang tidak pernah dilihatnya di Rumah Sakit Biak. Dan takut dengan hiruk pikuk kehidupan orang banyak,” kata Budi di kamar bapaknya yang juga dirawat di Rumah Sakit Plamonia.

foto   foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi Makassar memberikan perhatian kepada Anton, pasien dari Biak yang menjalani perawatan akibat penyakit yang dideritanya (kiri).
  • Anthon yang selalu didampingi oleh istrinya selama melakukan pengobatan di Rumah Sakit Plamonia Makassar, Sulawesi Selatan (kanan).

Dengan kedekatan dan beberapa penjelasan-penjelasan tentang penyakit Anthon yang dipaparkan oleh Budi kepada Anthon, hingga akhirnya Anthon bersedia untuk diobati dan membatalkan niatnya untuk kembali ke Biak. Tepat pada tanggal 9 April 2013, Anthon dengan didampingi oleh istri, Budi dan beberapa relawan Tzu Chi mulai di-opname dan dioperasi pada tanggal 11 April 2013 oleh dokter A. Malik Yusuf, Sp.U. Penyakit Anthon pun sedikit demi sedikit membaik dan ia tidak lagi merasakan sakit yang parah sehingga pada tanggal 14 April dokter mengizinkan untuk beristirahat di hotel tempat Anthon menginap selama di Makassar. Karena harus menjalani kontrol dokter, pasien belum diizinkan untuk pulang ke Biak.

“Saya dan istri selama berada di Makassar sangat berterimah kasih karena diberikan pelayanaan yang baik, tempat tinggal, makanan semua ditanggung oleh yayasan, dan sangat bersyukur telah menjalani operasi dengan selamat. Semoga sekembalinya ke Biak sudah bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena sudah hampir kurang lebih 8 bulan saya tidak bekerja,” ungkap Anthon. Anthon adalah seorang petani yang tengat berjuang menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi. Saat ini ekonomi mereka dibantu oleh anak yang sudah bekerja dan juga keluarga dekat, sehingga mereka bisa membiayai sekolah  anak dan kehidupan sehari-harinya.

Tanggal 16 April 2013 Anthon melakukan kontrol yang pertama di Rumah Sakit Plamonia dan pada tanggal 23 April 2013 melakukan kontrol terakhir sehingga pasien sudah diperbolehkan untuk kembali ke Biak. “Proses penyembuhannya ini karena ada penyumbatan hampir total dan sedikit panjang 1 cm, sehingga harus ada pemasangan cateter lebih panjang, dan lebih lama selama dua sampai tiga minggu supaya proses penyempitannya tidak cepat terjadi. Sepuluh hari kemudian cateter ini dicabut di rumah sakit Biak,” kata dokter yang selama ini mengontrol penyakit Anthon. Kebahagiaan pun terpancar dari wajah Anthon dan istrinya mendengar perkataan dokter yang menyatakan keadaannya mulai membaik dan mengizinkannya untuk kembali ke Biak. “Kondisi saya sekarang sudah jauh lebih baik dibandingkan dulu, sekarang juga saya tidak lagi merasakan sakit ketika buang air kecil. Saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berdoa sama Tuhan agar membalas perbuatan relawan Tzu Chi kepada saya,” ujar Anthon setelah kontrol terakhirnya.

Dengan memberi kebahagiaan dengan walas asih relawan Tzu Chi Makassar mampu melepaskan penderitaan ketiga pasien yang dirawat dan dibantunya selama ini. Semoga jalinan jodoh ini tidak berakhir sampai di sini saja, namun terus dijalani oleh pasien dan relawan Tzu Chi.

  
 

Artikel Terkait

Bergerak Cepat Membantu Korban Kebakaran

Bergerak Cepat Membantu Korban Kebakaran

25 Agustus 2017

Sebanyak 265 paket bantuan dan 155 terpal diberikan kepada korban kebakaran di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Bantuan diberikan pada Kamis, 24 Agustus 2017.

Menggalang Hati dan Kepedulian di Masyarakat

Menggalang Hati dan Kepedulian di Masyarakat

21 April 2020

Relawan Tzu Chi di berbagai komunitas berlomba-lomba menggalang dana untuk bisa membantu rumah sakit-rumah sakit yang kekurangan alat pelindung diri (APD). Penggalangan dana ini diinformasikan melalui pesan whatsapp. Dari tetesan-tetesan cinta kasih banyak orang ini akhirnya terbentuk “sungai” dari orang-orang yang “kaya hati”.

Berbagi Tidak Selalu Berupa Materi

Berbagi Tidak Selalu Berupa Materi

30 Agustus 2016

Melakukan kebajikan tidak harus dengan berdana materi tetapi bisa dilakukan dengan cara lain, salah satunya donor darah. Kegiatan rutin per tiga bulan yang diadakan Tzu Chi bekerjasama dengan PMI.

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -