Menapaki Kampung Rawa, Survei Relawan Tzu Chi di Rumah-Rumah Minim Ventilasi

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Khusnul Khotimah

Tjiu Bun Fu menjadi koordinator dalam ladang berkah kali ini.

Pagi masih lengang saat Tjiu Bun Fu dan istrinya Hiu Lie Lie, tiba di Aula Jing Si Tzu Chi Center PIK. Jarum jam di pergelangan tangannya baru menunjukkan pukul 07.00 WIB. Keduanya telah menyiapkan 45 kotak nasi goreng vegetarian yang lezat sebagai bekal makan siang para relawan yang akan turun ke lapangan hari itu.

Sejurus kemudian satu persatu relawan mulai berdatangan dengan wajah penuh semangat. Total ada 26 relawan dari komunitas He Qi PIK dan He Qi Muara Karang. Mereka bersiap untuk meninjau kondisi 53 rumah warga Kampung Rawa, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat sebagai bagian dari Program Renovasi 500 Rumah Tak Layak Huni.

Survei ini dikoordinir langsung oleh Tjiu Bun Fu. Selain nasi goreng, beberapa relawan rupanya juga membawa makanan lain seperti bakpao dan kue brownies. Inilah potret kekompakan para relawan Tzu Chi, saling dukung, saling bantu. Apalagi survei diperkirakan usai setelah jam makan siang. 

Lurah Kampung Rawa, Ferry, juga turut menemani para relawan menjalankan survei.

Sesampainya di kantor kelurahan, para relawan disambut hangat Lurah Kampung Rawa, Ferry. Ia menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian Tzu Chi pada warganya.

“Ini bukti bahwa di Indonesia gotong royong itu tidak hilang. Ini salah satu ciri khas tradisi bangsa Indonesia yang terus kita jaga, terus kita lestarikan,” katanya.

Usai pengarahan dari Tim Program Bebenah Kampung dan pembagian tugas, relawan dibagi dalam lima kelompok. Masing-masing didampingi perwakilan RW, sekretariat dan tim proyek Tzu Chi Indonesia, juga pihak kontraktor.

Lihat, Dengar, dan Catat


Para relawan dibagi dalam lima kelompok bersiap meninjau langsung kondisi 53 rumah di Kelurahan Kampung Rawa, Rabu 11 Juni 2025.

Puspawati bersama lima relawan lainnya kebagian mensurvei sepuluh rumah di RW 1. Mereka berbagi tugas dalam mencatat kondisi fisik rumah dan situasi keluarga yang tinggal di dalamnya. Apakah rumah bocor, Apakah ada lansia atau balita, Bagaimana kondisi lantai, dinding, dan ventilasinya. Puspawati sendiri bertugas memotret kondisi rumah.  

 
“Dari hasil survei kami, sepuluh rumah semuanya layak dibantu. Yang paling kasihan itu rumah milik Pak Prawito, kondisi rumahnya sangat sempit dan pengap. Anaknya ada satu itu berprestasi dan ingin kuliah. Saya naik sampai atas itu, semuanya hanya triplek yang tertutup saja, enggak ada jendela dan itu panas sekali,” kata Puspawati.

 

Para relawan Tzu Chi dengan penuh kasih dan kebijaksanaan door to door ke rumah warga.


Calon warga penerima bantuan renovasi rumah dari Tzu Chi menyambut para relawan dengan gembira dan juga penuh harapan.

Sementara Tjiu Bun Fu bersama tiga relawan lainnya bertugas di RW 05, menyurvei tiga rumah. Salah satunya adalah milik keluarga Edy Sucipto dan Bachtiar, yang dihuni sembilan orang dalam ruang sempit berukuran 24 meter persegi. Dari tiga rumah yang dikunjungi, dua di antaranya layak untuk dibantu.

 
“Para relawan yang turun mensurvei ini sangat bersungguh-sungguh. Ini juga Seperti yang Master Cheng Yen ajarkan bahwa setelah kita mendengar Dharma, kita praktik nyata. Seperti hari ini kami terjun ke lapangan melihat penderitaan warga yang memang rumah-rumahnya sangat tidak layak dan memberikan cinta kasih,” ujar Tjiu Bun Fu.

Yang menarik juga, survei door to door ke rumah warga ini berlangsung di hari kerja. Meskipun banyak relawan memiliki kesibukan pribadi, semuanya hadir sesuai komitmen. Ada yang harus mengatur waktu antara rumah tangga dan kegiatan sosial, tapi tetap datang dengan semangat penuh.

Setelah menyelesaikan survei, para relawan kembali berkumpul untuk makan siang bersama. Nasi goreng vegetarian, bakpao, dan kue menjadi pengisi tenaga setelah setengah hari berjalan kaki di lorong-lorong sempit Kampung Rawa.

Puspawati dengan teliti memotret kondisi rumah salah satu calon warga penerima bantuan renovasi rumah.

Kampung Rawa adalah wilayah padat penduduk, dengan jumlah penduduk lebih dari 26.000 jiwa. Banyak rumah berdempetan, minim ventilasi, dan tidak memenuhi standar kesehatan. Program renovasi ini menjadi peluang besar bagi warga untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak.

Tugas relawan Tzu Chi hari itu mungkin terlihat sederhana, mencatat dan mengamati. Tapi dari catatan pulpen para relawan itulah kelak lahir perubahan. Rumah yang lebih sehat, keluarga yang lebih aman, dan masa depan yang lebih layak. Sebagaimana pesan Master Cheng Yen yang para relawan pegang, “Yang benar, lakukan saja."

Editor: Fikhri Fathoni

Artikel Terkait

Dimulainya Program Renovasi Rumah Tak Layak Huni di Bandung

Dimulainya Program Renovasi Rumah Tak Layak Huni di Bandung

06 Mei 2025

Program Bebenah Kampung Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Kota Bandung mulai dilaksanakan. Sebanyak 68 rumah di Kel. Jamika siap untuk diperbaiki, dari total 500 rumah yang direncanakan direnovasi di Kota Kembang ini.

Menapaki Kampung Rawa, Survei Relawan Tzu Chi di Rumah-Rumah Minim Ventilasi

Menapaki Kampung Rawa, Survei Relawan Tzu Chi di Rumah-Rumah Minim Ventilasi

12 Juni 2025

Pagi masih lengang saat Tjiu Bun Fu dan istrinya tiba di Aula Jing Si. Keduanya menyiapkan 45 kotak nasi goreng, bekal makan siang para relawan yang akan turun ke lapangan hari itu.

Doa di Rumah Tua Itu Akhirnya Terjawab

Doa di Rumah Tua Itu Akhirnya Terjawab

05 Juni 2025

Di rumahnya yang sudah tua dan rusak parah, Iis selalu berdoa suatu saat rumahnya bisa diperbaiki. Harapannya terkabul ketika Tzu Chi datang membantu merenovasi rumahnya yang merupakan rumah warisan dari orang tuanya.

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -