Meningkatkan Mutu Dan Kualitas Anak Asuh

Jurnalis : Wansy (He Qi Pusat), Fotografer : Wansy (He Qi Pusat)


Waktu menunjukan jam 10.00 pagi, sebanyak 22 murid telah berkumpul di Kantor He Qi Pusat, ITC Mangga Dua Lantai enam mengikuti kelas belajar bahasa Mandarin.

Minggu, 18 Mei 2014, He Qi Pusat mengadakan kelas belajar bahasa Mandarin pelajaran kedua bagi anak-anak asuh dan penerima bantuan Tzu Chi (Gan En Hu) He Qi Pusat. Murid kelas ini juga termasuk relawan dan orang umum yang telah mendaftar. Kelas belajar bahasa Mandarin ini merupakan kegiatan baru dan salah satu perwujudan dari misi pendidikan yang diadakan di komunitas He Qi Pusat, kelas ini dibentuk atas ide dari Like Hermansyah Shijie  yang ingin meningkatkan mutu dan kualitas anak-anak asuh Tzu Chi. Sambil berjalan waktu mencari tenaga pengajar Bahasa Mandarin, berawal dari Williawati Shijie  yang ingin berbagi ilmu dan waktu ditengah kesibukan aktivitas sehari-hari yang harus menerjemahkan film drama bahasa Mandarin ke dalam bahasa Indonesia di luar jam kerjanya. Dan akhirnya Williawati Shijie mengajak seorang temannya bernama Shau Shin Shixiong , kemudian menyusul Shun Hua Shejie (guru dari Singapore Internasional School) yang direferensikan oleh salah seorang relawan senior Tzu Chi.

Membimbing dan Mengajar dengan Jelas dan Tegas
Zao Shang Hao (Selamat Pagi),” kata pertama yang diucapkan dan diajarkan Shau Shin Shixiong  untuk  menyapa dan memulai pelajaran kelas pagi ini. Bahasa Mandarin adalah salah satu bahasa tertua di dunia yang berumur 4.000 tahun, dimulai dari abad 21 sampai tahun 256 sebelum masehi pada masa 3 dinasti kuno China, yaitu : Xia, Shang, dan Zhou. Gouyu adalah sebutan lain bagi orang China yang kita kenal sebagai bahasa Mandarin yang berarti “Bahasa Nasional”. Sedangkan Huayu adalah nama lain yang kita kenal sebagai bahasa Mandarin sekarang ini yang bermakna bahasa umum yang digunakan oleh orang China diluar daratan China.

Kelas belajar Mandarin ini dimulai dari dasar yaitu  Shengdiao (nada bunyi), Pinyin (melafal atau mengeja), dan Hanzi (tulisan mandarin). Shengdiao (nada bunyi) terdiri dari empat tanda: tanda pertama menunjukan nada bunyi datar, tanda kedua menunjukan nada bunyi naik, tanda ketiga menunjukan nada bunyi naik turun atau sering kali dilafal dengan cepat akan berbunyi menurun saja, dan tanda keempat menunjukan nada bunyi ditekan. Selain keempat bunyi ini ada tambahan tanda yang menunjukan nada bunyinya biasa atau nada kosong. Cara baca huruf Mandarin berasal dari dua Negara bagian di China yaitu dari Beifang (bagian Utara) yang dinamakan Bei Fang Hua (dialek Utara) dan Nanfang (bagian Selatan) yang dinamakan Nan Fang Hua (dialek Selatan), sementara di dalam kelas ini menggunakan cara baca dari Nanfang. Demikianlah penjelasan Shau Shin Shixiong mengenai dasar pelajaran bahasa Mandarin.

Menurut Shau Shin Shixiong bahasa Mandarin adalah satu bahasa yang sangat unik dan menarik untuk dipelajari.

Pertama-tama diajarkan Shengdiao huruf “A” baru menyusul belajar Pinyin sesuai dengan tabel Pinyin yang dibagikan. Huruf Pinyin yang dipelajari hari ini adalah ge ge ( kakak laki-laki), di di (adik laki-laki), jie jie (kakak perempuan), mei mei (adik perempuan), ta (dia), ni (kamu), wo (saya/aku), wo men (kita/kami). Kedelapan kata ini diajarkan cara pelafalan dan cara penulisan, kemudian murid diajak melafal bersama dan juga diminta melafal sendiri kemudian diuji juga daya tangkap dan cara melafal secara satu per satu oleh gurunya. “Saat menulis huruf Mandarin, tulislah huruf pinyin di atas karena pinyin membantu membaca huruf Mandarin, dengan banyak belajar lama-lama menjadi hafal dan jika sudah mahir tidak memerlukan huruf pinyin lagi. Yang  terpenting bahasa jangan dipaksa, bahasa harus dianggap enjoy untuk dipelajari sebab bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting. Seperti dulu waktu belajar di China saya selalu menyalakan televisi keras-keras supaya setiap nada bunyi bisa masuk ke dalam benak, begitu juga jika belajar dengan mengunakan audio,” ujarnya.

Williawati Shijie memperkenalkan cara penulisan yang dinamakan Bishun (urutan garutan dalam tulisan Mandarin). Bishun adalah cara penulisan huruf mandarin sesuai urutan yang benar dan tepat. Di sini murid diajarkan urutan garis mulai dari kata “ge” yang artinya kakak laki-laki dan “di” artinya adik laki-laki, dan seperti biasa diajarin cara baca bishun dan diikuti dengan mencoba membaca sendiri karena setiap garutan ada sebutan tersendiri. “Apa biasanya ada sebutan seperti ini?” Tanya salah satu murid. Kalau belajar menulis di China biasanya ada cara menulis bishun, tetapi di sini boleh menggunakannya dan juga tidak diwajibkan untuk belajar. Williawati Shijie akan mengajarkan Bishun lebih lanjut dan lebih detail lagi di dalam pelajaran keempat mendatang. “Sebenarnya seperti dalam bahasa Indonesia ada garis vertikal, horizontal, horizontal belok yang disebutin dengan menggunakan bahasa Mandarin,” tambah Shau Shin Shixiong.

Tiap peserta juga dibagikan buku tulis kotak-kotak yang berisi cara penulisan sesuai bishun sebanyak delapan huruf yang telah dipelajari hari ini untuk dikerjakan di rumah sendiri. Persiapan PR rumah ini dibantu oleh Shun Hua Shijie, dan relawan yang mengerti bahasa Mandarin, serta Oma dari Olwen (salah satu anak asuh He Qi Pusat). PR ini dibuatkan untuk dikerjakan di rumah supaya lebih mengerti cara penulisan Mandarin yang baik dan benar dan tentu bisa menghafal huruf yang telah dipelajari. Di akhir pelajaran Shau Shin Shixiong mengajak murid-murid untuk mengulang kembali shengdiao dan mengajar satu per satu murid untuk menulis nama dalam tulisan bahasa Mandarin.

Belajar Dengan Sepenuh Hati
Oma dari Olwen adalah salah satu pendamping anak asuh selalu hadir dalam setiap acara anak asuh pulang ke rumah atau kelas Mandarin. Oma sangat berharap dengan adanya kelas ini, mata pelajaran bahasa Mandarin Olwen bisa bertambah maju dan dilanjutin terus sebab Olwen tidak ada les Mandarin selain belajar di sekolah yang hanya belajar seminggu sekali, kadang-kadang Oma juga mengajarin Olwen jika ada tugas dari sekolah yang Olwen tidak mengerti. Oma pernah belajar bahasa Mandarin pada saat sekolah dan sampai sekarang masih digunakan untuk membantu usaha anaknya yang menjual rumah-rumah kertas buatan sendiri, dimana Oma menulis tulisan Mandarin di atas segel rumah-rumah kertas. Saat ini Olwen berusia sembilan tahun sudah kelas tiga di Sekolah Budi Mulia tetap mengikuti materi kelas ini dari dasar meskipun telah dipelajari di sekolahnya. Dengan mengikuti kelas ini semoga kemampuan berbahasa Mandarinnya semakin lancar, dan dapat mengajari adiknya sendiri di rumah.

Belajar tidak mengenal usia, begitu juga dengan Gina Pribadi Shijie sangat bersemangat dan sepenuh hati belajar bahasa Mandarin.

Anak asuh lainnya yaitu Monica, saat ini sudah duduk di kelas 1 SMK Permata Bunda, Monica mengikuti kelas ini karena di sekolahnya tidak ada pelajaran bahasa Mandarin, sementara saat SD pernah belajar di sekolahnya namun dari SMP hingga sekarang tidak dapat pelajaran Mandarin dari sekolahnya. Harapan Monica adalah lebih mengerti bahasa Mandarin secara detail dan tentunya bisa berbicara dengan lancar sebab Munurutnya bahasa Mandarin saat ini sangat penting dalam pekerjaan. “Cara gurunya mengajar sangat bagus, lancar, relex, santai, dan tidak membosankan sehingga sangat mudah untuk ditangapi,” ujar Monica.

“Gurunya baik dan jika ditanya bisa dijawab semua, semoga semua peserta kelas ini benar-benar belajar dengan serius,” kata Gina Pribadi Shijie  (salah satu peserta dari umum yang hadir paling pagi) pernah belajar Mandarin pada waktu zaman Orde Baru, namum sudah lupa sampai sekarang, meskipun telah berusia 75 tahun tetap sangat bersyukur bisa mengikuti kelas ini. Semoga dapat lancar berbicara dan membaca dengan baik, bahkan jika ada kesempatan ingin pergi ke China dan bisa berbicara Mandarin di Negeri orang. Kegiatan pertama yang diikuti Gina Shijie  adalah mengikuti barisan dalam acara Waisak di Aula Jingsi PIK, dimulai dengan latihan barisan di Kantor He Qi Pusat hingga acara di hari Waisak. “Saya sangat bahagia bisa bergabung di Tzu Chi karena mendapat banyak teman yang baik di sini dan mendapat banyak perhatian dari para relawan,” ungkap Gina Shijie .

Bebagi Ilmu Kepada Sesama
Semua materi disusun oleh Shau Shin Shixiong sesuai yang pernah dipelajari dan didiskusikan dengan Williawati Shijie, pertama murid harus dapat ilmu dan kedua tidak bosan, kalau belajar Mandarin sudah 3 – 4 kali pasti sudah mulai bosan. Shau Shin Shixiong  belajar bahasa Mandarin di Negeri China tepatnya di kota Xiamen selama tiga tahun lebih, kelas yang diambil mulai dari kelas empat dari total delapan kelas, kemudian pernah mengajar mahasiswa di satu lembaga dalam Unversitas Tarumanegara selama dua tahun. Walaupun tinggal di daerah Cengkareng tetap semangat datang ke ITC Mangga Dua untuk memberi pelajaran di kelas ini karena dari kemauan yang ingin mengajar. “Saya punya prinsip apa yang saya bagikan ke orang lain pasti ada feedbacknya, misalnya saya bisa bahasa Mandarin, dengan berbagi saya akan mendapatkan sesuatu yang lain,” kata Shau Shin Shixiong.

Semoga kelas ini tetap berlanjut dan dijalankan secara rutin sesuai jadwalnya agar murid tidak capek dan tetap semangat belajar. Shau Shin Shixiong  menambahkan, “minimal mesti mengerti ajaran Master Cheng Yen seperti belajar kata-kata perenungan karena dari satu Kata Perenungan mempunyai makna yang dalam dan harus dibedah artinya lebih luas lagi.”


Artikel Terkait

Bersumbangsih Untuk Sesama

Bersumbangsih Untuk Sesama

16 Desember 2014 Ani adalah salah seorang yang rutin mengikuti Gathering Gan En Hu. Ani datang mewakili ibu mertuanya, Margaretha Tumtum, untuk menerima dana bantuan.
Baksos Kesehatan: Wujud Kasih Sayang untuk Gan En Hu

Baksos Kesehatan: Wujud Kasih Sayang untuk Gan En Hu

13 Juni 2016
Perhatian Tzu Chi kepada para penerima bantuan, tak hanya soal biaya hidup  atau bantuan pendidikan, namun juga terkait kesehatan mereka. Minggu, 5 Juni 2016, Tzu Chi komunitas He Qi Utara mengadakan bakti sosial kesehatan umum dan gigi khusus untuk Gan En Hu dan Anak Asuh.
Dulu Penerima Bantuan, Kini Menjadi Relawan

Dulu Penerima Bantuan, Kini Menjadi Relawan

24 Februari 2020

Raut wajah Kim Fui (52) terlihat sumringah selama training Relawan Abu Putih He Qi Barat 1 berlangsung, Minggu 23 Februari 2020 di Ruang Xi She Ting, Aula Jing Si Jakarta. Bersama 103 peserta training lainnya, Kim Fui mengikuti rangkaian materi yang intinya adalah mengenal Tzu Chi lebih dalam, tentang tata krama, dan tentang Misi Amal Tzu Chi.

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -