Menyebrangi Lautan untuk Penglihatan yang Terang

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

Relawan Tzu Chi, Christianto Wimarho menemani salah satu pasien dari warga Mentawai, Pendeta Sergius Saogo saat tahap pembukaan perban mata di Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang, Minggu 26 Februari 2017.

Gelombang laut di perairan Kepulauan Mentawai-Padang malam itu lebih tenang, tak seperti biasanya. Sekitar 218 Warga Kepulauan Mentawai dari Kecamatan Sipora Utara dan Sipora Selatan berada di atas kapal dalam perjalanan menuju Kota Padang. Sebagian dari mereka tertidur pulas. Di antara warga, ada sejumlah relawan Tzu Chi dan anggota TNI yang menemani perjalanan mereka.

Tahun ini, Tzu Chi Padang kembali menggelar Baksos kesehatan untuk pengobatan katarak, pterygium dan bibir sumbing. Lokasinya di Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo, Padang. Dan untuk pertama kalinya, Tzu Chi Padang melibatkan warga Kepulauan Mentawai agar mereka mendapatkan pengobatan. Tzu Chi Padang yang bekerja sama dengan TNI memboyong warga Kepulauan Mentawai ke Kota Padang. Jumlah pasien dari warga Mentawai sendiri sebanyak 109 orang. Masing-masing pasien ditemani oleh anggota keluarganya.

Bakti sosial digelar selama tiga hari, yakni dari 24-26 Februari 2017. Warga Mentawai sendiri mendapat giliran pengobatan di hari kedua. Sebelum dinyatakan bisa mengikuti operasi, mereka telah mengikuti pemeriksaan awal atau screening pada 17 dan 22 Februari 2017 di Mentawai. Setelah menempuh perjalanan laut sekitar delapan jam, rombongan warga Mentawai tiba juga di Pelabuhan Teluk Bayur. Beristirahat sebentar, perjalanan lalu dilanjutkan menuju ke Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo.

Warga Mentawai usai pemeriksaan tekanan darah. Mereka masih menunggu giliran untuk tahap cuci kaki dan bersih mata sebelum masuk ruangan operasi. Dari 109 pasien, 9 di antaranya katarak, dan sisanya pterygium.


Jamnensen telah menderita pterygium selama tiga tahun. Ia berharap dapat bekerja kembali dengan pandangan yang lebih jelas. 

Sesampainya di rumah sakit, relawan Tzu Chi menyambut kedatangan warga dengan ramah dan juga menu sarapan yang sudah disiapkan para relawan konsumsi. Hampir semua pasien mengikuti dengan baik arahan para relawan yang mendampingi mereka. Mulai dari pendaftaran, pemeriksaan tekanan darah, hingga operasi.

Salah satu pasien adalah Pendeta Sergius Saogo. Pendeta Sergius yang memberikan pelayanan di Gereja Kristen Lutheran Mentawai (GKLM) ini mengalami gangguan mata sejak tahun 2008. Faktor biaya membuatnya urung berobat dan operasi.

“Dulu ada teman satu pelayanan juga mengajak, tapi biaya sendiri. Jadi tidak terjangkau. Di samping keterbatasan kita dari sisi ekonomi, juga ada anak-anak kita yang kuliah, jadi tidak tercukupi lagi dananya sehingga kita tidak mempunyai rencana untuk mengoperasi mata. Ketika ada informasi ini, makanya kita langsung mau,” ujar Pendeta Sergius.

Selain Pendeta Sergius Saogo, pasien lainnya adalah Jamnensen (39). Jamnensen mencari nafkah dengan bertani. Pterygium yang sudah dideritanya selama tiga tahun ini sering membuatnya terganggu, khususnya saat musim tanam padi seperti sekarang ini.

“Tidak pernah ada kejadian, cuma tiba-tiba saja rasanya ada gangguan gitu. Kalau hari panas, kadang air mata keluar sendiri. Itu perih memang. Saya nggak pernah dikasi obat, dibiarkan saja,” ungkapnya.

Akibatnya jika mata terasa begitu perih, Jamnensen memilih untuk  beristirahat saja di rumah. Setelah mendengar ada rombongan yang akan ke Kota Padang untuk pengobatan mata, ia pun ikut mendaftar. Ia mengharapkan kesembuhan.

Satu persatu warga Mentawai masuk ke ruang operasi. Usai operasi, mereka kemudian diantarkan para relawan menuju ruangan menginap yang sudah disediakan di rumah sakit. Tampak di tengah-tengah warga, relawan Tzu Chi, Christianto Wimarho.

“Kita memang relawan khusus untuk mendampingi pasien supaya lebih rileks. Warga Mentawai merasa dekat dengan kami supaya kalau ada apa-apa bisa ceritakan masalah, jadi tidak khawatir,” ujar Wimarho.

Suasana di ruangan operasi dalam baksos Tzu Chi Padang yang digelar di Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo.

Pagi-pagi sekali, ke 109 pasien ini sudah berkemas menuju tenda untuk mengikuti pemeriksaan hasil operasi. Tim Medis TIMA melepas perban mata dan mulai membersihkan mata pasien dari Mentawai ini. Selanjutnya dokter mengecek hasil operasi mereka yang hampir semuanya baik.

Pasien dari Kepulauan Mentawai, termasuk Pendeta Sergius Saogo dan Jamnensen mengaku sangat lega dan bahagia sudah menjalani operasi.

“Kalau dibanding kemarin sudah mendingan. Kalau dari penglihatan sudah agak terang. Hanya tinggal rasa nyeri itu tetap ada seperti kena luka itu, memang terasa itu rasanya. Kami dari Mentawai secara keseluruhan sangat berterima kasih atas keterbukaan dan ketergugahan hati dari Yayasan Buddha Tzu Chi ini. Melalui kerja sama dengan tentara ini kami sangat berterima kasih,” ujar Pendeta Sergius Saogo.

Jamnensen sendiri untuk sementara tidak akan pergi ke sawah demi kesembuhan matanya. “Senang sudah operasi. Setelah dioperasi rasanya gatal-gatal campur perih. Sampai di rumah saya akan istirahat dulu,” kata Jamnensen.

Warga Mentawai meninggalkan rumah sakit dan bersiap kembali ke Mentawai.

Rudi Iskandar, pemilik kapal cepat Mentawai Fast mengaku sangat tergugah melihat warga Mentawai yang mengikuti operasi. Ia kemudian memfasilitasi warga untuk naik kapal cepatnya secara gratis.

“Karena kami juga prihatin melihat kesehatan orang yang baru operasi kan tidak mungkin terlalu lama di Padang. Kita juga melihat banyak yang usia tua juga. Jadi kami ambil keputusan untuk membantu mengantarkan saudara-saudara kita di Mentawai,” kata Rudi Iskandar.

Sementara itu relawan Tzu Chi, Gan Boen Beng yang mendapat tugas terkait pulang perginya warga Mentawai mengaku sangat bahagia. Warga yang dibawanya sudah operasi dan akan memiliki penglihatan yang terang kembali. Gan Boen Beng berharap warga cepat sehat sehingga bisa kembali beraktivitas.

“Kepuasan batin tersendiri bagi saya. Yang penting kita bisa berbuat sesuatu. Kita tidak bisa mengeluarkan uang tapi bisa dengan tenaga,” ujarnya usai mengantar warga naik ke kapal.

Kapal cepat Mentawai Fast membawa warga Mentawai kembali pulang dengan perasaan bahagia. Tak hanya karena lama perjalanan yang kali ini bisa ditempuh hanya tiga hingga empat jam saja, mereka juga bahagia karena bisa kembali memandang keindahaan alam Kepulauan Mentawai yang sangat mereka cintai.

Editor : Arimami Suryo A


Artikel Terkait

Donor Darah Tzu Chi Padang Memeriahkan HUT Mahkamah Agung

Donor Darah Tzu Chi Padang Memeriahkan HUT Mahkamah Agung

21 Agustus 2017

Tzu Chi Padang bersama Palang Merah Indonesia Kota Padang turut memeriahkan hari ulang tahun Mahkamah Agung RI ke-72 yang jatuh pada Sabtu 19 Agustus 2017 dengan mengadakan donor darah. 

Satu Rasa Dalam Penanggulangan Bencana

Satu Rasa Dalam Penanggulangan Bencana

26 September 2018
Sebanyak 10 orang relawan Tzu Chi Padang ikut dalam Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia dalam memberikan bantuan langsung kepada korban gempa di Lombok, NTB. Sejak 28 Agustus - 17 September 2018, relawan Tzu Chi Padang terus memberikan bantuan langsung kepada para korban.
Menyebrangi Lautan untuk Penglihatan yang Terang

Menyebrangi Lautan untuk Penglihatan yang Terang

01 Maret 2017

Gelombang laut di perairan Kepulauan Mentawai-Padang malam itu lebih tenang, tak seperti biasanya. Sekitar 218 Warga Kepulauan Mentawai dari Kecamatan Sipora Utara dan Sipora Selatan berada di atas kapal dalam perjalanan menuju Kota Padang.

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -