Menyelamatkan Generasi Penerus Bangsa

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
foto

Relawan Tzu Chi, Soei Hoa berharap dengan bantuan pengobatan yang diberikan, Budianto dapat tumbuh sehat dan melayani dirinya sendiri (mandiri).

Anak-anak bergizi buruk selalu menjadi permasalahan bagi negara-negara berkembang. Kekurangan gizi sejak kanak-kanak dapat menyebabkan berbagai gangguan perkembangan pada anak. Sebab kekurangan gizi pada anak di tahap perkembangan ini dapat menyebabkan lemahnya kekebalan tubuh, tidak maksimalnya kecerdasan, dan pertumbuhan fisik yang tidak maksimal.

Menyadari pentingnya gizi bagi perkembangan anak-anak, maka Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, wilayah He Qi selatan secara serius mengadakan bakti sosial peduli balita pada 31 Mei 2009 lalu. Dalam baksos ini, Tzu Chi menghadirkan dokter ahli gizi dan dokter spesialis anak. Menurut Ng Soei Hoa, relawan Tzu Chi, sekarang ini Tzu Chi lebih serius dalam mengadakan baksos gizi, sebab keinginan Tzu Chi adalah memberikan pengobatan yang terbaik hingga tuntas. Hal ini dibenarkan oleh Tjoeng Hing Kok, “Kita tidak hanya bantu untuk tiga bulan, bukan seperti itu. Kalau tiga bulan dia masih berada di garis merah kita tetap kasih bantuan. Intinya sampai selesai.”

Untuk itu, pada tanggal 11 Juni 2009, atas undangan dari TNI AD, relawan He Qi selatan kembali mengadakan baksos gizi sebagai kelanjutan dari baksos sebelumnya. Bertempat di Kecamatan Kebayoran Lama, sebanyak 37 anak yang pada baksos sebelumnya dinyatakan berada di bawah garis merah kembali datang untuk menerima paket makanan bergizi, yang terdiri dari susu, bubur susu, dan biskuit balita. Pada kegiatan ini, relawan Tzu Chi juga bermaksud melihat perkembangan anak-anak yang telah mendapat bantuan pada baksos sebelumnya. “Apakah mengalami perbaikan atau apa ada masalah dengan makanan tambahan yang telah diberikan,” terang Hing Kok.

foto  foto

Ket : - Menurut Hing Kok (seragam biru-putih -red), bantuan yang diberikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi sifatnya .
           tuntas dan berkelanjutan. Setiap pasien yang ditangani Tzu Chi akan dibantu hingga sembuh (kiri)
         - Peserta yang telah mengikuti baksos peduli balita pada bulan Mei 2009 lalu diundang kembali untuk
           mendapatkan paket makanan tambahan lanjutan. Ini merupakan kegiatan lanjutan dari Tzu Chi dalam
           menangani kondisi gizi buruk balita. (kanan)

Terlihat Lebih Baik
Retno, orangtua dari Agus Purnomo mengatakan, dengan adanya kegiatan ”Peduli Balita” ini ia merasa sangat terbantu. Karena selama ini Agus Purnomo— putra ketiganya— yang pada baksos sebelumnya oleh dokter ahli gizi dinyatakan berada di bawah garis merah, kini terlihat lebih gemuk dan segar. Menurutnya, selama ini Agus hanya ia asupi dengan ASI dan makanan seadanya tanpa diberikan makanan tambahan bergizi. “Acara ini sangat ngebantu karena bisa mendapatkan susu. Biasanya kalau ada uang baru bisa beli susu. Tidak rutin,” aku Retno.

Rasa terbantu juga dirasakan oleh pasangan Caspari dan Kumiyati. Mereka merasa bantuan makanan tambahan bergizi ini sangat membantu untuk pertumbuhan anaknya yang memang sejak lahir telah ia ketahui mengalami kekurangan gizi. Tetapi karena alasan keuangan, maka Shifa Sabita yang kini telah berusia 1,5 tahun hanya mampu ia berikan makanan seadanya. Shifa adalah salah satu anak yang termasuk berada di bawah garis merah. Pada bulan Mei lalu, berat Shifa hanya 7 kg—tergolong kurang untuk anak seusianya.

Selesai kegiatan ini, Ng Soei Hoa melanjutkan perjalanan ke daerah Rajawali, Jakarta Barat. Di tempat ini ia menemui pasien bernama Budianto. Pada baksos peduli balita bulan lalu, Budianto pernah hadir. Tubuhnya sangat kurus. Berat badannya tidak lebih dari 11 kg, padahal usianya telah mencapai 11 tahun. Untuk duduk saja Budianto tidak dapat melakukannya sendiri, terlebih untuk merangkak atau berjalan. Dengan berat badan yang tidak normal, ditambah penyakit TBC yang ia derita membuat Budianto terlihat sangat lemah.

foto  foto

Ket : - Retno merasa kegiatan ini sangat membantu, terutama untuk putranya Agus yang selama ini mengalami
           kekurangan gizi. Kondisi ekonomi yang sulit terkadang memaksa orangtua tak dapat memenuhi kebutuhan
           gizi anaknya secara maksimal. (kiri)
         - Shifa adalah salah satu anak yang termasuk berada di bawah garis merah (gizi buruk). Pada bulan Mei lalu
           berat Shifa hanya 7 kg, tergolong kurang untuk anak seusianya. (kanan)

Kedatangan Soei Hoa kali ini bermaksud memberikan kasur kepada Budianto, karena selama ini ia tidur dengan alas yang kurang layak. Selain itu, kedatangan Soei Hoa juga bertujuan melihat kondisi perkembangan fisik Budianto setelah mendapatkan makanan tambahan bergizi pada bulan lalu.

Menurut Sriwati, ibu tiri Budi, sejak usia 7 bulan setelah ditinggalkan oleh ibu kandungnya, Budianto sudah tidak lagi mengkonsumsi ASI, dan kondisinya semakin lama semakin lemah. Karena keadaan ekonomi pula, Jong Se Po (ayah Budianto –red) tidak mampu memberikan makanan dan pengobatan yang memadai hingga menyebabkan perkembangan Budianto menjadi terhambat.

Dengan kehadiran Tzu Chi dalam memberikan bantuan kesehatan kepada Budianto, Soei Hoa berharap perlahan-lahan Budianto mengalami perbaikan. “Setidaknya dengan perbaikan gizi kita berharap ia bisa makan sendiri. Itu (dulu) sudah cukup. Kalau yang lainnya mungkin agak sulit, karena dokter mengatakan otaknya sudah tidak mampu,” kata Soei Hoa. Kekurangan gizi pada anak-anak memang merupakan masalah yang masih banyak ditemui di Indonesia, bahkan di kota Jakarta sendiri. Dengan adanya kepedulian Tzu Chi dalam memperhatikan kesehatan balita, setidaknya dapat mengurangi kasus gizi buruk di tanah air. Dengan begitu, maka generasi muda Indonesia dapat tumbuh dengan sehat, cerdas, dan kuat.

 

Artikel Terkait

Mempraktikkan Enam Paramita di Tengah Masyarakat

Mempraktikkan Enam Paramita di Tengah Masyarakat

02 Juni 2015
Selama tiga hari, 31 Mei – 2 Juni 2015, Aula Jing Si Lantai 3, PIK, Jakarta Utara dipenuhi oleh para relawan fungsional 4 in 1 dari berbagai kota: Jakarta, Tangerang, Bandung, Batam, Bali, Biak (Papua), Jambi, Lampung, Medan, Palembang, Makassar, Surabaya, Singkawang, Tanjung Balai Karimun, dan Tebing Tinggi.
Pelajaran tentang Sopan Santun

Pelajaran tentang Sopan Santun

12 September 2019

Kedua kalinya, Tzu Chi Medan mengadakan kelas Bimbingan Budi Pekerti di Sekolah Putra Bangsa Berbudi, Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang. Topik kali tentang seseorang yang penuh dengan sopan santun.

Hari Bahagia di Hari Santri

Hari Bahagia di Hari Santri

22 Oktober 2019

Tanggal 22 Oktober menjadi hari yang bersejarah bagi para santri, dimana hari itu merupakan Hari Santri yang ditetapkan pemerintah sejak tahun 2015. Di Hari Santri Nasional 2019 ini pula, para santri mendapatkan berkah dengan diresmikannya Kampus Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia).

Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -