Dengan langkah sigap namun lembut, Emmy Agnes mendampingi para lansia yang kesulitan berjalan. Kehadiran relawan bukan hanya memberi bantuan fisik, tetapi juga menghadirkan rasa aman dan tenang bagi para pasien lanjut usia.
Tzu Chi Makassar kembali menggelar Bakti Sosial Pengobatan Degeneratif pada Minggu, 22 Juni 2025, di SD Frater Teratai I. Sebanyak 50 relawan Tzu Chi dan tim medis di Makassar siap melayani para pasien yang berasal dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Gaddong, Bontola Parang, dan Pisang Utara.
Relawan didukung oleh 20 orang dokter dari IMKIS (Ikatan Mahasiswa Kedokteran Buddhis Indonesia) yang melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan bagi lansia. Berbagai persiapan pun dilakukan, termasuk sehari sebelumnya relawan mendatangi rumah-rumah warga untuk membagikan kupon baksos pengobatan sekaligus mengajak warga memeriksakan kondisi kesehatannya.
Warga yang telah terdaftar dan membawa kupon mulai berdatangan ke lokasi baksos degeneratif. Para lansia yang sebelumnya telah mendapatkan undangan baksos kesehatan degeneratif datang satu per satu sesuai jadwal yang tertera pada undangan tersebut. Irianti Latif, seorang warga, sangat berharap dengan adanya baksos pengobatan ini dapat membantu mengurangi atau mencegah penyakit-penyakit yang dialami para lansia, terutama di kawasan padat penduduk.
Emmy Agnes, salah satu relawan, dengan sigap mendampingi para lansia yang kesulitan berjalan. Selain membantu, Agnes juga memberikan perhatian dan menenangkan lansia agar tidak takut menjalani pemeriksaan kesehatan. Para lansia yang telah mendapatkan nomor antrean kemudian diajak memasuki ruang kelas untuk mendengarkan sekilas informasi tentang kegiatan Yayasan Tzu Chi, yang dilanjutkan dengan penyuluhan kesehatan oleh dokter fisioterapi.
Vivi Thunru memperkenalkan Yayasan Buddha Tzu Chi kepada para pasien dengan penuh semangat. Di tengah pelayanan, ia menyampaikan pesan bahwa Tzu Chi bukan hanya hadir untuk memberi bantuan, tapi juga membangun jalinan kasih.
Dr. Adi Ahmad Gondo memberikan tips pada sesi penyuluhan fisioterapi dengan antusias. Ia mengajak para lansia bergerak ringan bersama sambil menyampaikan edukasi kesehatan yang mudah dipahami dan bisa dipraktikkan di rumah.
Vivi Thunru, relawan Tzu Chi yang bertugas memperkenalkan Tzu Chi, menyampaikan bahwa sosialisasi ini ditujukan kepada warga yang belum mengenal Yayasan Tzu Chi. Sementara itu, dr. Adi Ahmad Gondo, S.Ft., Physio., M.Kes., fisioterapis, memberikan penyuluhan secara lengkap kepada para lansia.
"Sebelum mendapatkan layanan kesehatan, kami berikan dulu penyuluhan dan tips terapi sederhana agar mereka dapat mencegah penyakit lansia dan memahami tujuan dari pemeriksaan dalam baksos degeneratif ini. Setelah itu, pasien yang telah mendapatkan obat diharapkan dapat mengonsumsinya secara konsisten selama satu bulan," jelas dr. Adi Ahmad Gondo, S.Ft., Physio., M.Kes.
Dokter Adi juga sempat menyampaikan sepenggal pantun kepada para pasien:
Ke taman kota bersama cucu,
Main layang tertawa gembira.
Jangan tunggu sakit dahulu,
Kontrol ke fisioterapi secara berkala.
Pantun ini disambut tepuk tangan meriah oleh para lansia. Pada akhir penyuluhan, warga diarahkan untuk menjalani pemeriksaan tekanan darah, konsultasi dengan dokter, pemeriksaan gula darah bila diperlukan, dan terakhir pengambilan obat.
Sebanyak 214 warga dari Kelurahan Gaddong, Bontola Parang, dan Pisang Utara hadir memeriksakan kesehatannya. Banyaknya warga yang datang memeriksakan kondisi kesehatannya mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan yang penuh cinta kasih.
Relawan Tzu Chi dan para dokter muda dari IMKIS berfoto bersama. Kebersamaan mereka mencerminkan sinergi antargenerasi dalam pelayanan kesehatan yang mengedepankan cinta kasih dan kepedulian kepada sesama.
Nita, salah satu warga yang mengikuti baksos, diketahui mengalami kolesterol tinggi. Ia menerima obat dan mengungkapkan rasa syukurnya atas layanan yang diterima dari Tzu Chi. “Tadi diperiksa, kolesterol agak tinggi sehingga diberikan obat. Saya bersyukur sekali dengan adanya baksos dari Yayasan Tzu Chi. Karena saya tidak memiliki BPJS, jadi saya bisa tahu kondisi kesehatan saya. Sekarang saya tahu kolesterol agak tinggi, jadi mulai sekarang saya akan menjaga pola makan,” ujar Nita.
Go Weng Ak, koordinator kegiatan baksos ini, juga menyampaikan rasa syukurnya. “Kami terpikir ingin meluaskan cinta kasih dan menyebarkan ladang berkah baru. Apalagi ada masyarakat yang kadang cuek terhadap penyakit yang dialami. Ada yang sudah tahu mengidap diabetes atau kolesterol, tapi menganggapnya hal yang wajar. Jadi kami para relawan hadir untuk membantu dan memberi edukasi,” jelasnya.
Baksos kesehatan degeneratif ini berhasil melayani 214 warga, didukung oleh 50 relawan Tzu Chi, 20 dokter, dan 5 apoteker.
Seperti dikutip dari kata perenungan Master Cheng Yen. “Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah disebut rela memberi dengan sukacita.”
Editor: Anand Yahya