Raut Wajah yang Polos dan Bahagia

Jurnalis : Joliana, Roswati (He Qi Barat), Fotografer : Hendrik (He Qi Barat)
 

foto
Relawan Tzu Chi He Qi Barat kembali melakukan kunjungan ke daerah tepi Kali Cisadane.

 

Yang terindah di langit adalah bintang-bintang.
Yang terindah di kehidupan manusia adalah cinta kasih.
~ Master Cheng Yen ~

 

Pada tanggal 15 Desember 2013, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat Hu Ai Kebon Jeruk dan Hu Ai Cengkareng kembali melakukan kunjungan kasih ke Komunitas Anak Langit di tepian Sungai Cisadane. Kunjungan dilakukan di Jalan Akses Tanah Gocap, Karawaci Ilir Kecamatan Karawaci Kota Tangerang. Anak Langit adalah komunitas anak-anak kurang mampu. Karena keterbatasan ekonomi, ada anak-anak yang terpaksa berhenti sekolah. Mereka dibina di tempat ini dari segi pendidikan dan keterampilan mengolah barang daur ulang menjadi hiasan dan suvenir. Sebanyak 97 anak dan 57 relawan dengan koordinator Suparman Shixiong dan Joliana Shijie hadir pada acara ini. Acara kali ini dipandu oleh Patrick dan Silviadari Tzu Ching.

Walaupun acara dimulai pukul 09.00, tetapi pada pukul 07.00 WIB para relawan sudah berdatangan ke kantor He Qi Barat. Sebelum menuju lokasi, para relawan mempersiapkan bingkisan yang akan diberikan kepada anak–anak . Bingkisan itu berupa mi instan, mi telur, penggaris, pensil , pulpen , penghapus , rautan, buku, odol, sabun, beras, minuman dan pakaian.

Pukul 09.00 WIB, Suparman dan Joliana menjelaskan terlebih dahulu kepada para relawan apa saja yang akan dilakukan di sana. Setibanya di sana, acara dimulai dengan meminta anak–anak yang tinggal di sekitar lokasi untuk pulang ke rumah mengambil satu barang kesayangan mereka dengan ditemani seorang relawan. Anak yang bertempat tinggal  jauh diberi hiburan oleh para Tzu Ching dengan memeragakan shou yu (isyarat tangan ) Xing Fu De Lian(Wajah yang Bahagia). Lima belas menit kemudian, anak–anak yang pulang ke rumah mengambil barang kesayangan kembali dengan membawa bermacam jenis barang kesayangannya seperti bola, boneka, sepeda, buku bacaan, komik, raket, bantal, dan gelang.

foto  foto

Keterangan :

  • Anak-anak yang tinggal di sekitar lokasi acara pulang untuk mengambil barang kesayangan mereka (kiri).
  • Dengan wajah yang polos, anak-anak Komunitas Anak Langit mengikuti gerakan tangan yang diperagakan oleh relawan (kanan).

Ada kejutan untuk anak-anak yang baru kembali dengan barang kesayangan mereka ini. Saat itu relawan menanyakan apakah ada di antara anak-anak yang bersedia memberikan barang kesayangan mereka pada kakak-kakak relawan yang berdiri di depan? Ternyata ada beberapa anak bersedia untuk memberikan barang kesayangannya. Ada yang memberikan boneka, raket, buku cerita dan lainnya.

Setelah itu, anak–anak diberi kesempatan untuk istirahat selama 15 menit sambil menikmati kue-kue dan minuman serta dihibur oleh para relawan dengan peragaan shou yu berjudul Wo De Ming Zi Jiao Yong Gan (Namaku Si Pemberani) dan Satu Keluarga.

Kisah Bunga Matahari dan Burung Pipit
Ketika semua anak berkumpul kembali, JolianaShijie mendongengkan sebuah cerita “Bunga Matahari dan Burung Pipit”. Alkasih ada bunga matahari yang tumbuh di tempat pembuangan sampah. Dia hidup sendiri di tengah-tengah onggokan sampah. Bunga matahari sangat sedih dengan keberadaan dia di tempat yang tidak dihuni oleh siapapun, tanpa teman. Pada suatu hari  datanglah seekor burung pipit yang basah kuyup di hadapan bunga matahari. Burung pipit menyapa bunga matahari dan mengatakan, “Betapa indahnya dirimu wahai Bunga Matahari.”  

Setiap hari burung pipit selalu datang dan menemani bunga matahari. Tapi, selang beberapa waktu burung pipit tidak pernah mengunjunginya lagi. Demikian pula hari-hari berikutnya, burung pipit tidak pernah datang lagi. Bunga matahari pun menjadi sedih. Hingga suatu hari pada saat bunga matahari terbangun dia melihat burung pipit sedang tergeletak di hadapannya dengan kondisi lemas terkulai. Bunga matahari pun bertanya, “Apa yang terjadi denganmu Burung Pipit?” Lalu burung pipit bercerita bahwa sudah beberapa hari ini dia tidak bisa mendapatkan makanan. Dengan perasaan welas asih bunga matahari menundukkan kepala mahkota bunganya ke arah burung pipit, dan beberapa biji jatuh ke tanah. “Ambillah, teman kecilku, itu akan memberikan kekuatan baru untukmu,” kata bunga matahari. Dengan sisa tenaganya, burung pipit memakan biji tersebut, lalu ia terbaring, kecapaian hingga tertidur.

foto  foto

Keterangan :

  • Selain menghibur dan mengajak anak-anak untuk belajar sambil bermain, relawan juga menyiapkan beberapa suvenir (kiri).
  • Relawan Tzu Chi dan muda-mudi Tzu Ching merasa bahagia bisa berbagi dengan anak-anak Komunitas Anak Langit (kanan).

Pada saat burung pipit terbangun alangkah kagetnya dia ketika melihat bunga matahari tampak menguning dan tertunduk layu. “Apa yang terjadi denganmu teman?” tanya burung pipit dengan sedih. “Jangan cemaskan aku,” kata bunga matahari lemas. “Waktuku sudah habis. Kau tahu mengapa? Selama ini aku merasa sedih dan sendiri, bahkan aku tidak ingin hidup lebih lama lagi. Tapi setelah kau hadir maka hidupku lebih indah dan setiap hari aku ingin hidup untuk menunggu kedatanganmu. Hidupku menjadi berarti.” “Dan lihat, masih ada banyak biji bunga matahari di tanah. Tinggalkan beberapa dari mereka dan mungkin suatu hari nanti akan ada banyak bunga matahari di sini, dan banyak burung pipit yang basah kuyup terbang di sekeliling mereka, seperti kupu-kupu.”

Lewat cerita ini Joliana berharap agar anak-anak belajar untuk bisa saling berbagi, saling mengasihi dan memahami arti pentingnya sahabat. Cerita ini berhubungan dengan kesediaan anak–anak memberikan barang kesayangan kepada kakak-kakaknya. Dengan latihan berbuat demikian, relawan berharap agar anak–anak bisa ikhlas melepas dan memberi kepada orang lain dan tidak ada perasaan kemelekatan .

Untuk Kenang-kenangan
Asri Yani (12 tahun) duduk di kelas 5 SD Tunas Harapan yang tinggal di Tanah Gocap, hari itu dengan rela memberikan barang kesayangannya berupa boneka kepada relawan. Selain itu Andika (11 tahun) yang duduk di kelas 2 SD di sekolah yang sama memberikan raketnya. Asri Yani dan Andika rela memberikan barang kesayangan kepada relawan karena mereka berharap para relawan sering datang mengujungi mereka dan pemberian mereka bisa dijadikan kenangan–kenangan. Justru dengan kerelaan mereka memberikan barang kesayangannya, para relawan kemudian mengembalikan barang kesayangan mereka beserta hadiah berupa tas bagi Asri Yani dan boneka untuk Andika.

Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 ketika lagu Satu Keluarga berkumandang menandakan bahwa kegiatan hari ini telah usai. Dan para relawan membagikan pakaian, bingkisan serta makan siang kepada anak–anak. “Ah, senangnya melihat raut wajah anak-anak yang begitu polos dan bahagia,” gumam Joliana sembari melihat keceriaan di wajah anak-anak.

  
 

Artikel Terkait

Beras Untuk Surini

Beras Untuk Surini

02 Desember 2013 Pada Minggu 2 Desember 2013, saya kembali bertemu dengan Surini dan Sureni dalam acara pembagian beras cinta kasih di TPA Bantargebang untuk 2.200 kepala keluarga.
Waisak 2019: Mari Menopang Bumi dengan Dua Tangan Kita

Waisak 2019: Mari Menopang Bumi dengan Dua Tangan Kita

14 Mei 2019

3.232 botol plastik tersusun dari tiga warna, merepresentasikan Bumi. Sesuai tema Perayaan Tiga Hari Besar: Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia, Pelestarian Lingkungan dan Vegetarian, bola dunia dibuat untuk menunjukkan wajah Bumi yang kian mengkhawatirkan.

Tzu Chi Internasional: Interaksi yang Langgeng

Tzu Chi Internasional: Interaksi yang Langgeng

19 Februari 2016
Delegasi Katolik dari Vatikan berkunjung ke Griya Jing Si Hualien, Taiwan untuk bertemu dengan Master Cheng Yen pada 18 Februari 2016. Melalui kunjungan tersebut beliau berharap bisa menyelenggarakan sebuah forum antaragama berskala internasional di Taiwan.
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -