Hermanto Tamid dan Nasir menerima secara simbolis kunci rumah dari relawan tzu Chi dan dari Pemerintah Kota Depok. Pada tahap 1 ini ada 14 unit rumah yang telah selesai direnovasi dari 44 unit rumah di Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.
Pagi itu, 25 November 2025, langit Kota Depok cerah seolah ikut merayakan kebahagiaan warga Harjamukti yang menerima kunci rumah baru mereka. Di antara mereka, Hermanto Tamid (65) mengendarai sepeda motornya dengan hati berbunga-bunga dari Jl. Melati Buntu No. 83, RT 003 RW 003, Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, menuju Kantor Kelurahan Harjamukti. Di balik tubuhnya yang tak lagi muda, semangatnya justru terasa begitu kuat. Hari itu adalah hari yang telah ia nanti selama 33 tahun, hari ketika Tamid menerima kembali rasa aman dan layak tinggal bagi keluarganya.
“Saya nggak nyangka rumah saya bisa jadi kayak begini,” ucap Tamid yang bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu perumahan.
Setibanya di aula lantai dua kantor kelurahan Harjamukti, wajah Tamid langsung menyiratkan rasa syukur yang dalam. Senyumnya tak pernah benar-benar reda. Di dalam ruangan itu, ia bergabung bersama 14 kepala keluarga lainnya, warga yang rumahnya telah selesai direnovasi pada tahap pertama Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang dijalankan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang bekerja sama dengan Kementerian Perumahan dan Permukiman RI serta Pemerintah Kota Depok.
Bagi banyak orang, rumah adalah tempat beristirahat. Tapi bagi Tamid dalam bertahun-tahun terakhir, rumah justru menjadi sumber kecemasan. Atap bocor, rangka genteng yang sudah rapuh, dinding lembab, dan kusam. Kondisi itu membuat setiap musim hujan menjadi masa-masa paling mencemaskan. Tamid tinggal bersama istri, anak bungsunya dan satu cucunya yang masih kecil. Rasa takut akan bahaya selalu menghantui keluarganya.
Lurah Harjamukti Vika Kusuma Sari memberi pesan kepada warga yang telah menerima kunci rumah untuk merawat rumah yang telah di renovasi oleh Yayasan Tzu Chi. Vika juga mengajak warganya untuk selalu bersyukur atas kebaikan yang sudah diberikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Para warga foto bersama setelah acara penyerahan kunci rumah bersama relawan Tzu Chi dan Pemerintah Kota Depok.
Kini, semua itu berubah.
“Saya cuma bisa ngucapin terima kasih banyak,” tutur Tamid sambil menahan haru. “Enggak ada kata lain selain terima kasih sebesar-besarnya ke Yayasan Buddha Tzu Chi. Saya bener-bener enggak nyangka rumah saya bisa serapi ini,” ucap kakek yang asli dari Pacitan Jawa Timur.
Tamid bercerita bahwa rumah bukan sekadar bangunan, tapi tempat tumbuhnya kenangan bersama keluarga. Karena itu, saat melihat dinding barunya yang bersih berwarna putih kombinasi abu-abu dan atap baja ringan yang kokoh, ia merasa seperti mendapat hidup baru.
Janji seorang kakek untuk rumah yang kelak diwariskan kepada cucu-cucunya.
Di hadapan Lurah Harjamukti, Ibu Vika Kusuma Sari, serta para relawan Tzu Chi Johan Tando dan Rudi Suryana, Tamid menyampaikan janji sederhana namun penuh makna: ia akan menjaga rumah itu sebaik mungkin.
“Alhamdulillah, sekarang rumah saya sudah enggak bocor lagi. Saya enggak khawatir kejatuhan genteng. Dindingnya rapi, terang, saya senang sekali, Bu, Pak,” ungkapnya sambil tersenyum lebar.
Tamid kemudian menatap ruang demi ruang sejenak, lalu berkata pelan namun tegas, “Rumah ini bukan cuma buat saya. Ini nanti buat cucu-cucu saya. Saya bakal jaga sebaik mungkin demi masa depan mereka,” ujar Tamid memasuki rumahnya.
Dalam kalimat itu, tersimpan rasa tanggung jawab seorang kakek yang ingin memberi warisan terbaik untuk keluarganya, bukan dalam bentuk harta melimpah, tetapi rasa nyaman, sehat dan tempat tinggal yang layak. Tamid mengatakan selama 33 tahun rumah ini belum pernah di renovasi dengan alasan mendahulukan pendidikan anak-anaknya. “Saya mentingin sekolah anak-anak pak, jadi uang yang terkumpul saya utamakan untuk sekolah anak-anak saya,” ungkap Tamid.
Rumah Hermanto Tamid kini sudah berdiri kokoh dan terang setelah selesai direnovasi oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Tamid tak menyangka rumahnya kini terlihat bersih, terang dengan warna cat kombinasi dan atap yang tinggi.
Tamid dan Istri sangat senang ketika memasuki rumahnya yang telah selesai direnovasi. Kondisi dalam rumah Tamid kini lebih bersih terang dan nyaman untuk dihuni. Di setiap ruangan terdapat jendela-jendela untuk sirkulasi udara agar berganti dengan baik.
Tak jauh dari tempat Hermanto Tamid duduk, ada Nasir (62), pria sederhana yang sudah puluhan tahun bekerja sebagai penyapu jalanan. Bajunya sering basah karena hujan, namun yang lebih menakutkan baginya justru ketika hujan turun saat ia berada di rumah. Atap bocor, genteng rapuh dan sering jatuh, dinding mengelupas rumahnya jauh dari kata aman.
Setelah 30 tahun, akhirnya hari itu tiba juga baginya.
“Sekarang saya bersyukur banget,” ucap Nasir dengan mata berkaca-kaca. “Yayasan Buddha Tzu Chi sudah peduli membangun rumah saya. Semoga semua relawan dimudahkan usahanya, lancar rezekinya. Supaya bisa bantu orang lain lagi,” ucap Nasir mendoakan Yayasan Buddha Tzu Chi dan para relawan.
Bagi Nasir, perubahan terbesar yang paling ia lihat adalah warna baru rumahnya dengan kombinasi putih dan abu-abu yang membuat tampilan rumahnya terasa lebih cerah. Atap baja ringan berwarna biru tua kini terlihat gagah melindungi rumah kecilnya.
“Oh, yang paling mencolok itu atapnya ya,” katanya sambil tersenyum. “Sekarang rumah saya bener-bener layak dihuni. Saya senang sekali. Enggak kayak dulu,” ucap Nasir dengan wajah senang.
Perubahan ini bukan hanya soal fisik bangunan, tapi perubahan dari rasa cemas kini merasa aman jika berada di rumah. Dari cemas menjadi tenang. Dari hidup seadanya menjadi hidup yang kembali punya harapan.
Kondisi rumah Nasir sebelum dan sesudah direnovasi. Kini tampak depan rumah Nasir terlihat bersih dan rapi. Kondisi rumah Nasir sebelum direnovasi sangat mencemaskan karena rangka genting rumahnya sudah kropos dan banyak genting yang jatuh. Kini atap rumahnya telah diganti dengan atap baja ringan.
Lurah Harjamukti, Vika Kusuma Sari, memberi pesan kepada warga yang telah menerima kunci rumah untuk merawat rumah yang telah di renovasi oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. “Rawat dan syukuri pemberian ini yaa Bapak dan Ibu, ”pesan Vika kepada warga yang hadir di ruang aula kantor Kelurahan Harjamukti.
Vika juga menyampaikan rasa syukurnya atas bantuan dan kerja sama yang saat ini terjalin. Ia terharu melihat senyum warga yang kembali menemukan kenyamanan rumah mereka.
“Saya mengajak seluruh penerima manfaat untuk selalu bersyukur atas kebaikan yang sudah diberikan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia,” ujarnya. “Tolong dijaga kebersihan rumahnya, dirawat lingkungannya. Apa yang sudah diberikan ini semoga menjadi awal dari rumah yang betul-betul sehat,” ucap Vika.
Bagi Vika, program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni ini bukan hanya perbaikan fisik rumah, tetapi perbaikan kualitas hidup dan keberlangsungan keluarga yang unggul.
Bagi Hermanto Tamid, Nasir, dan belasan keluarga lainnya, hari itu bukan hanya seremonial penyerahan kunci rumah mereka. Itu adalah momen hidup yang mungkin hanya datang sekali seumur hidup. Mereka tidak hanya menerima rumah yang sehat dan nyaman, tetapi juga rasa aman, martabat, dan kesempatan untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Dan di balik itu semua, ada semangat gotong royong, kepedulian, dan cinta kasih yang diam-diam bekerja bersatu hati dari para relawan Tzu Chi, donatur, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, hingga masyarakat sekitar. Rumah mereka kini berdiri dengan kokoh. Namun yang lebih kokoh adalah harapan baru yang tumbuh di hati mereka.
Rudi Suryana relawan Tzu Chi yang mendampingi sejak awal program renovasi RTLH di kawasan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok sedikit memperkenalkan tentang Yayasan Buddha Tzu Chi dalam menjalankan Misi-misi kemanusiaannya.
Nasir saat berada di dalam rumahnya yang sudah 95 pesen selesai. Menurut Nasir dua atau tiga hari ke depan dirinya mulai pindah ke rumah barunya yang telah selesai direnovasi.
Relawan Tzu Chi telah tersebar di 68 negara dan telah memberikan bantuan ke-136 negara di dunia tanpa memandang suku, bangsa, ras, agama. Di Indonesia, Tzu Chi juga ada di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Rudi menjelaskan makna celengan bambu yang sangat besar peranannya dalam membantu sesama. Seperti bisa merenovasi 500 unit rumah untuk wilayah Kota Depok.
“Jadi Bapak Ibu sekalian, kadang-kadang orang bertanya, kok Yayasan Tzu Chi duitnya banyak amat gitu ya, bantu rumah di Depok aja 500 unit, di seluruh Indonesia ada 5.020 unit rumah loh, banyak sekali kan, tidak sedikit jumlanya,” jelas Rudi.
“Uangnya dari mana gitu ya? Yayasan Buddha Tzu Chi itu pusatnya di Taiwan, yang didirikan oleh seorang Biksuni Master Cheng Yen yang awalnya di dukung oleh 30 orang ibu-ibu rumah tangga, yang setiap hari sebelum ke pasar menyisihkan uang belanjanya 50 sen atau sekitar 200 perak ke dalam celengan bambu. Celengan bambu ini setiap bulan dibuka dan hasilnya untuk membantu orang yang membutuhkan,” tutur Rudi dengan bersemangat.
Dari gerakan celengan bambu inilah Yayasan Buddha Tzu Chi bisa menolong orang. Dari 30 orang ibu-ibu rumah tangga, sekarang lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia mengikuti kegiatan misi amal kemanusiaan Tzu Chi. “Oleh sebab itu, Yayasan Buddha Tzu Chi bisa jadi besar karena banyaknya para donatur-donatur yang peduli untuk kemanusiaan, misi ini adalah misi gotong royong.
“Jadi, kalau semua orang mau bergotong royong, membantu untuk sesama, kebersamaan inilah yang membuat Yayasan Tzu Chi bisa membantu orang-orang yang membutuhkan,” jelas Rudi.
Editor: Fikhri Fathoni