Suasana penyerahan kunci oleh Menteri PKP Maruarar Sirait dan relawan Tzu Chi Surabaya kepada Sugeng dan keluarga setelah rumahnya selesai di renovasi.
Di sebuah gang kecil di jl. Jagir Sidomukti 9 No. 58, Surabaya tersimpan kisah haru tentang perubahan hidup yang lahir dari cinta kasih. Sugeng, seorang pedagang sayur sederhana kini bisa tersenyum lega setiap kali melangkahkan kaki pulang ke rumahnya. Rumah yang kini terasa jauh lebih hangat, terang, dan penuh kehidupan setelah direnovasi Tzu Chi.
Dulu, rumah milik Sugeng berdiri sederhana dengan kondisi yang jauh dari kata layak. Pencahayaan minim, udara sulit masuk, dan ruangan terasa pengap. “Anak-anak tidak betah untuk belajar maupun bermain di dalam rumah,” kenangnya dengan mata berkaca. “Tidur pun kadang tidak nyenyak karena udara terasa pengap dan panas.” Namun, meski hidup dalam keterbatasan, Sugeng dan keluarganya tetap berusaha bertahan dengan penuh keikhlasan.
Dengan penuh suka cita, Sugeng menyambut hangat dan mendampingi relawan Tzu Chi Surabaya yang melakukan survei ke rumahnya.
Hingga suatu hari, kabar bahagia datang melalui Program Renovasi 5.020 Rumah Tidak Layak Huni dari Tzu Chi Indonesia dan Kementerian PKP. Beliau dipanggil oleh pihak Kelurahan Jagir terkait program tersebut. Awalnya, Sugeng mengira akan menerima sembako, tetapi beliau kaget sekaligus bahagia ketika dinyatakan sebagai salah satu penerima bantuan renovasi rumah. Kemudian, para relawan Tzu Chi Surabaya datang untuk melakukan survei dan membantu pendataan berkas sebelum rumah Sugeng di renovasi menjadi tempat tinggal yang lebih layak dan sehat.
Dalam prosesnya renovasi, relawan Tzu Chi Surabaya juga mengunjungi untuk memastikan keadaan Sugeng dan keluarganya. Rumah milik Sugeng merupakan rumah peninggalan orang tua yang dibagi menjadi dua. Bagian atapnya menjadi kendala utama karena sudah rusak dan usang dimakan usia. Saat turun hujan, keresahan selalu hinggap dalam benak Sugeng karena atap rumahnya kerap kali bocor terlebih lagi saat anak-anaknya belajar.
Sugeng berprofesi sebagai buruh sayur. Setiap sore, Sugeng mengolah sayur yang datang mulai dari memotong, membersihkan hingga pengemasan kemudian mengirimkannya kepada pelanggan.
Berkat Program Renovasi 5.020 Rumah Tidak Layak Huni, kini rumah di gang sempit itu berubah total. Ventilasi dan sirkulasi udara menjadi jauh lebih baik, cahaya matahari masuk dengan leluasa, atap rumah juga sudah di perbaiki dan suasana rumah pun terasa lebih nyaman. “Sekarang rasanya seperti rumah baru,” ujar Sugeng dengan senyum lebar. “Anak-anak betah bermain di dalam rumah, dan kami bisa beristirahat dengan tenang setiap malam,” tambahnya.
Sugeng tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur kepada seluruh relawan dan donatur Tzu Chi. “Saya berterima kasih sebesar-besarnya kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Surabaya. Bantuan ini bukan hanya memperbaiki rumah kami, tapi memperbaiki kehidupan kami sehari-hari,” tuturnya penuh haru.
Baginya, program ini bukan sekadar renovasi fisik, melainkan renovasi kehidupan. Ia merasa tergerak untuk mendoakan para relawan agar senantiasa diberi kesehatan dan kekuatan dalam menebarkan cinta kasih kepada sesama. “Semoga para relawan Tzu Chi selalu diberkahi Tuhan dan terus melanjutkan kebaikan ini tanpa kenal lelah,” ucapnya tulus.
Kondisi terkini rumah milik Sugeng setelah direnovasi oleh Tzu Chi Indonesia dan Kementerian PKP. Lebih bersih, rapi, dinding tidak lembab, dan atapnya bebas bocor.
Setiap sentuhan welas asih mampu menyalakan cahaya harapan. Rumah yang dulu gelap kini menjadi terang, bukan hanya karena sinar matahari, tetapi karena cahaya cinta kasih yang ditinggalkan oleh para insan Tzu Chi.
Melalui kisah Sugeng, kita kembali diingatkan bahwa membenahi rumah bukan hanya membangun dinding dan atap, tetapi juga membangun harapan, ketenangan, dan kebahagiaan keluarga.
Editor: Arimami Suryo A.