Suara Kasih: Membangkitkan Ikrar dan Praktik

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Membangkitkan Ikrar dan Praktik dengan Hati Buddha dan Tekad Guru

 

Membimbing anak-anak sejak kecil
Staf dari Empat Misi Tzu Chi bekerja sama dengan harmonis
Membangkitkan ikrar dan praktik dengan "Hati Buddha dan Tekad Guru"
Kembali pada sifat hakiki yang murni

”Kini kamu bisa bersekolah, bagaimana perasaanmu?” tanya relawan. “Saya merasa sangat senang. Terima kasih kepada Tzu Chi karena telah memberikan bantuan dana pendidikan. Saya ingin menjadi seorang dokter agar kelak bisa menolong orang lain. Bisa bersekolah sungguh merupakan hal yang luar biasa. Dengan demikian, saya bisa belajar dan tumbuh seperti anak-anak lainnya. Kelak saya juga bisa menolong orang lain. Bersekolah sangatlah penting. Kita bisa mendapatkan pengetahuan di sekolah. Dengan terus bersekolah, saya bisa membantu orang tua, membantu setiap orang, dan membantu kaum papa,” jawab seorang anak penerima bantuan pendidikan Tzu Chi.

“Tzu Chi mengajarkan banyak cara yang mudah kepada saya untuk menyelesaikan tugas sekolah. Contohnya rumus perkalian. Kelak saya juga ingin menjadi insan Tzu Chi karena saya ingin membantu orang seperti mereka. Saya ingin murah hati seperti mereka,” ucap seorang anak lainnya yang sedang belajar bersama relawan.

Batin anak-anak begitu hening dan jernih. Ini sungguh telah membuktikan kepolosan hati anak-anak. Kita semua pernah memiliki  hati yang polos seperti anak-anak. Setiap orang pernah memilikinya. Bahkan hingga kini pun kita masih memiliki sifat hakiki yang sama dengan Buddha. Sifat hakiki ini tak timbul dan tak lenyap. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Hakikat kebuddhaan ini bagaikan hati anak kecil yang begitu polos. Mereka memiliki hati yang murni sehingga mereka mudah menerima apa pun yang kita ajarkan kepada mereka. Berhubung memiliki batin yang murni, mereka mudah menerima ajaran yang diberikan.

Pendidikan anak-anak dimulai dari orang tua, lalu keluarga, dan masyarakat. Pendidikan dimulai dari rumah. Setelah bersekolah, anak-anak akan menerima bimbingan dari lingkungan sekolah. Inilah proses belajar anak-anak. Sesungguhnya, kita semua memiliki sifat hakiki yang murni. Akan tetapi, karena banyak berinteraksi dengan berbagai lingkungan, yakni dimulai dari keluarga, masyarakat, hingga lingkungan yang besar, batin kita pun mudah ternoda. Dalam era sekarang,  banyaknya berita yang tidak akurat menyebabkan batin kita ternoda sehingga menciptakan berbagai kebiasaan buruk. Akibatnya, kita menjadi sulit menerima bimbingan.

Harapan masa depan bergantung pada bagaimana kini kita mengajar anak-anak. Inilah yang harus diperhatikan oleh setiap orang di negara mana pun berada. Demi harapan masa depan, kita harus memikirkan bagaimana cara  mendidik anak-anak. Hal ini sangatlah penting.

Satu set seragam tak cukup bagi anak-anak. Karena itu, sangatlah penting bagi Tzu Chi untuk mendonasikan seragam sekolah kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu agar mereka bisa mengenakan seragam yang bersih, dan membangun kembali rasa percaya diri mereka. Sesungguhnya, seragam mewakili rasa hormat dan bisa meningkatkan harga diri anak-anak. Bagi siswa dari keluarga berpenghasilan rendah, mungkin seragam adalah satu-satunya pakaian resmi mereka untuk bepergian. Lihatlah insan Tzu Chi Amerika Serikat. Mereka mensosialisasikan Kampus Bahagia demi membantu anak-anak yang kekurangan dana pendidikan, perlengkapan tulis, makanan, dan lainnya. Setiap jumat, sebelum anak-anak pulang ke rumah, insan Tzu Chi akan memberikan sebuah ”tas kebahagiaan” yang berisi makanan, perlengkapan tulis, dan lain-lain.

Kita juga bisa melihat sekolah Tzu Chi di AS. Baik instansi pendidikan California Selatan, California Utara, maupun Texas, semuanya telah mengakui pendidikan budaya humanis Tzu Chi. Demikian pula dengan sebuah perguruan tinggi. Asalkan mengikuti kegiatan budaya humanis Tzu Chi, mereka akan mendapatkan kredit semester. Saya sungguh berterima kasih. Hanya manusia yang dapat menyebarkan Dharma dan bukan sebaliknya. Kita telah melihat para insan Tzu Chi dari beberapa negara bagian AS yang telah melakukan banyak hal. Saat kembali untuk menghadiri rapat tahunan, mereka memanfaakan waktu selama sepuluh menit untuk melaporkan begitu banyak kegiatan. Bayangkanlah, bagaimana membuat laporan singkat? Laporan harus singkat dan jelas.

Sungguh, masih banyak kisah yang tak sempat mereka bagikan satu per satu. Akan tetapi, tadi kita telah melihat Empat Misi Tzu Chi telah bekerja sama dengan kesatuan hati. Saya sungguh merasa berterima kasih sekaligus tersentuh melihatnya. Ini terwujud asalkan kita memiliki tekad. Di mana pun berada, insan Tzu Chi memiliki hati yang sama yakni hati Buddha, tekad Guru yang terkandung dalam ikrar dan praktik mereka. Hati Buddha adalah hati penuh dengan welas asih. Tekad saya adalah memiliki ikrar agung untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya berharap setiap orang bisa mengemban Empat Misi Tzu Chi. Empat Misi Tzu Chi terdiri atas misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan, dan misi budaya humanis.

Inilah kesatuan dari Empat Misi Tzu Chi. Saya berharap setiap orang dalam Empat Misi Tzu Chi bisa bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong.

Setiap insan Tzu Chi harus bersatu hati dalam mengemban misi Tzu Chi. Tzu Chi merupakan sebuah organisasi besar yang tersebar di seluruh dunia. Setiap orang harus bersatu hati dan bekerja sama dengan harmonis. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan Jalan Kebenaran. Setiap orang harus melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Inilah yang disebut dengan membina diri. Selain itu,  kita juga harus mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Setiap orang harus bertekad untuk menapaki Jalan Tzu Chi. Kita harus mengesampingkan masalah pribadi dan mengutamakan kepentingan dunia serta memikul tanggung jawab atas dunia. Hal ini sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.

Keindahan dunia dimulai dari sifat hakiki manusia yang sama seperti Buddha. Saat langit, bumi, dan manusia bisa harmonis, maka setiap tempat akan damai dan tenteram. Karena itu, kini kita harus kembali pada sifat hakiki yang murni agar bisa hidup di lingkungan yang indah. Tentu saja, ini membutuhkan kesatuan hati dari semua Bodhisatwa dunia untuk menyucikan batin manusia dengan aliran jernih.  Inilah yang terpenting. Daripada mengeluh tentang kehidupan ini, lebih baik kita kembali pada hakikat murni dan menyucikan batin sendiri. Dengan kembali pada batin anak-anak yang polos, barulah kita bisa memiliki kesatuan hati dan tekad untuk menyucikan batin manusia. Inilah yang harus kita lakukan sekarang. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Unpam Mendukung 3.000 Rumah untuk Palu dan Lombok

Unpam Mendukung 3.000 Rumah untuk Palu dan Lombok

05 November 2018
Sabtu, 3 November 2018, Tzu Chi menerima donasi sebesar Rp. 122.250.000,- dari Universitas Pamulang (Unpam) untuk aksi peduli gempa dan tsunami di Lombok (NTB) serta Palu (Sulawesi Tengah).
Peduli Bencana, Peduli Sesama, Peduli Semesta

Peduli Bencana, Peduli Sesama, Peduli Semesta

09 Oktober 2018
Melihat kondisi para pengungsi yang masih sangat membutuhkan bantuan, relawan Tzu Chi Batam berinisiatif untuk menggalang dana bagi para korban pada saat kegiatan screening baksos kesehatan Tzu Chi. 
Bersyukur Atas Apa Yang Kita Miliki

Bersyukur Atas Apa Yang Kita Miliki

24 April 2019

Untuk mengajari anak-anak Jingsi Ban (Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen) agar belajar bersyukur atas apa yang mereka miliki, mereka diajak berkunjung ke YAPENTRA. YAPENTRA yang berada di Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara adalah yayasan yang memberikan pendidikan dan pelatihan kepada disabilitas netra yaitu mereka yang penglihatannya terganggu.

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -