Suara Kasih: Mensosialisasikan Daur Ulang

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
.
 

Judul Asli:

Mensosialisasikan Daur Ulang dan Menyucikan Batin

      

Mensosialisasikan pelestarian lingkungan dan meminimalisasi sisa dapur
Merasakan manfaat yang diperoleh dari mengurangi jumlah sampah
Memberikan pendidikan daur ulang dengan penuh welas asih dan kebijaksanaan
Menyucikan batin dan melindungi bumi

 

 

Taiwan adalah Tanah Suci di dunia karena Taiwan merupakan msebuah pulau yang sangat indah. Saya berharap setiap orang dari kalian dapat menggunakan sepasang tangan yang digunakan untuk bertepuk tangan tadi untuk melakukan kegiatan daur ulang. Untuk melakukan daur ulang dengan tangan yang digunakan untuk bertepuk tangan. Dahulu saat melakukan daur ulang, orang lain selalu beranggapan bahwa kami sedang memungut sampah. Saat melakukan daur ulang, meski menerima kritikan maupun celaan, kami tetap menjelaskan tujuan dari kegiatan ini dengan sungguh-sungguh.

Masyarakat zaman sekarang memerlukan orang polos untuk menggerakkannya. Kita telah melihat tayangan yang bersejarah. Saya masih ingat pada saat itu, pakaian yang dikenakan relawan daur ulang bertuliskan “Menciptakan Tanah Suci di Dunia”. Sekitar 20 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Mei tahun 1993, insan Tzu Chi di Pingdong mensosialisasikan kegiatan daur ulang berskala besar di sebuah pusat kebudayaan  untuk pertama kalinya. Inilah sejarah Tzu Chi pada tanggal 30 Mei.

Sesungguhnya, selain tayangan di Pingdong yang kita lihat tadi, insan Tzu Chi di seluruh Taiwan juga sangat giat mensosialisasikan daur ulang. Sejak imbauan di Taichung diserukan,  kegiatan daur ulang terus disosialisasikan ke seluruh dunia. Pada awalnya,  kita berbagi kepada setiap orang bahwa untuk membuat bubur kertas, kita harus menebang pohon. Sebatang pohon yang berusia 20 tahun baru bisa menghasilkan 50 kilogram bubur kertas. Dengan berbagi tentang hal ini, kita berharap setiap orang bisa peduli pada konservasi air dan tanah serta menjaga kelestarian lingkungan. Inilah slogan yang kita gunakan saat mulai mensosialisasikan daur ulang. Setiap orang harus menghargai kertas. Jadi, kita mulai mengimbau setiap orang untuk mendaur ulang kertas dan menghemat penggunaan kertas.

Sejak saat itu, selain mendaur ulang kertas, kita juga mengimbau setiap orang untuk menghemat penggunaan kertas demi melindungi hutan serta melestarikan tanah dan sumber air. Kemudian, kita juga mulai mengimbau setiap orang untuk menghargai sumber daya alam yang lain. Ini karena minyak bumi terus dieksploitasi dan diolah sehingga menciptakan banyak pencemaran. Karena itu, kita terus mengimbau setiap orang untuk menghargai segala sesuatu. Tembaga, timah, dan lain-lain, semuanya merupakan sumber daya alam. Untuk melindungi bumi, kita memerlukan lebih banyak Bodhisatwa daur ulang. Semakin banyak memahami tentang daur ulang, mereka akan semakin berusaha segenap tenaga untuk melindungi bumi.

Kita harus menyadari bahwa kita semua tinggal di bumi yang sama. Meski Pulau Taiwan sangatlah kecil, kita juga harus segera bergerakuntuk menjadi teladan. Dimulai dari Taiwan, kita bergerak untuk mengimbau orang lain agar melindungi bumi. Jika bumi aman dan tenteram, barulah manusia dapat hidup aman dan tenteram. Ketidakselarasan empat unsur alam yang terjadi di mana pun akan mendatangkan bahaya bagi manusia. Karena itu, setiap orang yang tinggal di bumi ini harus memikul tanggung jawab untuk melindungi bumi.

Kini dunia internasional telah mulai memerhatikan pentingnya pelestarian lingkungan. Warga Taiwan telah menjaga kelestarian lingkungan dengan baik. Tentu saja, saya sangat berterima kasih  kepada semua insan Tzu Chi. Imbauan saya sangat ringan, namun mereka meresponnya dengan serius. Saya sungguh berterima kasih.

Konsep pelestarian lingkungan di Taiwan telah menjadi pusat perhatian banyak orang. Banyak orang dari luar negeri berkunjung ke Taiwan untuk mempelajari kesungguhan warga Taiwan dalam melindungi bumi. Sungguh, kita harus melindungi bumi. Kita dapat melihat Australia. Sebagian tanah di sana mengalami salinisasi sehingga tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam. Karenanya, insan Tzu Chi dan anggota Tzu Ching berangkat ke sana untuk membantu para petani mengubah kondisi tanah agar kembali normal. Jadi, kini mereka mulai menanam pohon untuk memperbaiki kondisi tanah. Inilah cara kita melindungi bumi.

Dari sebuah SD di Jiayi. Setelah melihat bencana kelaparan di Afrika, para guru mengajak para siswa  pergi ke restoran-restoran untuk mengimbau setiap orang agar meminimalisasi sampah dapur dan menghargai berkah. Anak-anak juga membuat poster sendiri, lalu meminta izin kepada pemilik toko  dan restoran untuk memperbolehkan mereka mensosialisasikan pentingnya meminimalisasi sampah dapur. Anak-anak mensosialisasikannya dengan penuh kesungguhan hati. Inilah pendidikan.

 

Kita dapat melihat sebuah yayasan amal di Taiwan yang bernama Huashan Social Welfare Foundation. Mereka juga mengimbau setiap orang untuk saling mengasihi dan menyayangi terutama terhadap para lansia. Lihatlah,  Taiwan sungguh tidak memiliki harta berharga selain cinta kasih dan kebajikan warganya. Meskipun moralitas masyarakat masa kini telah mengalami kemerosotan, namun kita harus tetap melindungi bumi dan mempertahankan kebajikan dalam hati. Karena itu, kita harus membimbing setiap orang  agar berjalan ke arah yang benar dan melakukan hal yang benar. Karena itu, kita harus bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mensosialisasikan pelestarian lingkungan. Terlebih lagi, kita juga harus berusaha untuk menyucikan hati manusia. Setiap orang harus sangat giat mensosialisasikan daur ulang.

Selain itu,  kita juga harus sangat bersungguh hati untuk menggalang Bodhisatwa dunia. Singkat kata, pada tahun 1990, saya mulai mengimbau setiap orang untuk melakukan kegiatan daur ulang dan mendapat respon dari banyak orang. Kini di Pingdong terdapat lebih dari 3.000 Bodhisatwa daur ulang dan lebih dari 200 titik daur ulang. Posko daur ulang telah tersebar di seluruh Taiwan. Di Pingdong saja sudah ada begitu banyak.

Beberapa hari lalu, saya mendengar laporan dari Bodhisatwa daur ulang. Mereka berkata bahwa Tzu Chi memiliki hampir 6.000 titik daur ulang, lebih dari 200 posko pendidikan daur ulang, dan hampir 70.000 Bodhisatwa daur ulang yang telah dilantik. Singkat kata, dengan menghimpun kekuatan cinta kasih, kita bisa mendaur ulang barang dan mempergunakannya kembali. selamanya kita tidak akan Dengan demikian, kekurangan sumber daya alam dan sumber daya alam juga tidak akan habis. Ini semua membutuhkan uluran tangan  dan sumbangsih banyak orang.

Lihatlah setiap Bodhisatwa daur ulang yang berada di hadapan kita. Selama suatu hal itu benar, mereka selalu melakukannya. Baik dalam misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan, misi budaya humanis, pelestarian lingkungan, maupun relawan komunitas, mereka melakukan semuanya. Inilah Bodhisatwa dunia. Mereka memiliki cara untuk berbagi tentang daur ulang dengan cara yang sederhana sehingga bisa dipahami oleh para lansia maupun anak-anak. Mereka sungguh mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan secara bersamaan. Semua itu sungguh membuat saya tersentuh dan berterima kasih. Diterjemahkan oleh: Lourencia Lou.

 
 

Artikel Terkait

Wujud Perhatian Relawan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Batam

Wujud Perhatian Relawan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Batam

06 Agustus 2020

Setiap sekali dalam seminggu Tzu Chi Batam mengkoordinasi kegiatan Berbagi Kue Cinta Kasih bagi para pasien dan tenaga medis di RS Khusus Infeksi (rumah sakit darurat Covid-19) Pulau Galang, Batam.

Kebaktian Saddharma Pundarika Sutra

Kebaktian Saddharma Pundarika Sutra

24 Juni 2015 Alex Salim Shixiong dan Ng Siu Tju Shijie, sepasang suami istri ini mengambil semangat ajaran Buddha untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semangat tersebut terlihat dari pola kehidupan mereka, dimana anak-anak sejak dalam kandungan sudah bervegetarian dan sampai saat ini keluarga ini telah bervegetarian lebih dari 30 tahun.
Persiapan Tri Hari Besar, Menggalang Lebih Banyak Hati

Persiapan Tri Hari Besar, Menggalang Lebih Banyak Hati

04 Mei 2015 “Walau pegal-pegal karena mesti melangkah perlahan-perlahan mengikuti iringan lagu, tetapi lama kelamaan terasa sangat enak dan menenangkan jiwa karena di sini kita belajar mengalahkan ego kita, mengalahkan ke-akuan kita, lama-lama di hati jadi plong, pikiran juga jadi lebih tenang,” tambah Arya.
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -