Terus Melangkah Untuk Kebajikan

Jurnalis : Andi Santoso dan Tim Relawan (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Dedi, Leisna Sussaltina, dan Nipi (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas)
 
 

foto
Untuk mencapai Desa Hujung pata, relawan harus menaiki bukit sejauh 3 km dengan berjalan kaki selama 1,5 jam.

Sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap masyarakat sekitar, Relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas mengadakan kegiatan pemeriksaan mata dan pembagian kacamata untuk siswa SD, SMP, SMA dan masyarakat sekitar. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Manuhing dan Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah.

 

Kegiatan di Kecamatan Manuhing meliputi Kelurahan Tumbang Talaken, Desa Tangki Dahuyan, Desa Bereng Balawsan, dan Desa Tumbang Sepan, sedangkan untuk Kecamatan Rungan meliputi Kelurahan Tumbang Jutuh, Desa Hujung Pata, Desa Tumbang Kajuei dan Desa Luwuk Langkuas. Kegiatan yang dilaksanakan di 2 Kecamatan tersebut terdiri dari 13 lokasi SD, 5 lokasi SMP dan 2 Lokasi SMA.  Jarak tempuh dari satu desa ke desa lain tergolong cukup jauh dan bervariasi, dengan jarak tempuh antar desa di satu kecamatan rata-rata antara 7-30 km sedangkan jarak dari satu desa ke desa lain antar Kecamatan rata-rata antara 20-80 km. Akses jalan menuju desa, ada yang bisa ditempuh atau dijangkau dengan kendaraan dan ada pula yang harus dilalui dengan berjalan kaki.

Kegiatan yang diikuti oleh 22 relawan ini baru pertama kalinya diadakan dan mendapat sambutan, perhatian dan apresiasi tinggi dari Lamhot Parhusip Shixiong. Ia mengatakan bahwa sebagai relawan baik dirinya maupun para stafnya baru kali pertama ikut dalam kegiatan sosial untuk membantu masyarakat sekitar.  Harapan dari kegiatan ini tentunya bisa menjalin hubungan baik di antara masyarakat untuk hidup berdampingan dengan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat dalam bentuk pemeriksaan mata dan pembagian kacamata.

Semangat, antusiasme, dan senyum ceria yang ditunjukkan para relawan saat mengadakan kegiatan di Kecamatan Manuhing mendapat sambutan baik dari Camat Manuhing, Ir. Kardinal, di mana ia sangat bersyukur dan berterima kasih atas kegiatan yang diadakan tersebut. Harapannya dengan kegiatan ini anak didik SD, SMP, SMA beserta para dewan guru semakin terbantu dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajarnya. Begitu pula halnya dengan masyarakat, mudah-mudahan mereka dapat terbantu bagi penglihatannya yang sudah kabur dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.  Hal ini mengingat masyarakat sekitar jarang yang begitu memperhatikan kesehatan mata mereka karena alasan biaya dan akses yang cukup jauh menuju kota untuk memeriksakan mata, sehingga ke depan ia juga berharap kegiatan ini dapat berlanjut dan berkesinambungan.

foto  foto

Keterangan :

  • Tidak hanya menyisiri hutan, mereka pun harus menyeberangi sungai dengan rakit tradisional sederhana buatan masyarakat (kiri).
  • Dengan senyuman hangat, relawan mengarahkan dan membimbing murid SD Tangki Dahuyan pada  proses screening lanjutan (kanan).

Respon baik juga tercurah dari Lundi, Kepala Sekolah SDN Hujung Pata yang mengatakan bahwa, “Anak-anak didik di Desa kami selama ini belajar di malam hari dengan segala keterbatasan, namun semangat mereka untuk belajar sangatlah tinggi. Banyak anak-anak SD yang mungkin kurang memperhatikan efek belajar di malam hari terhadap kesehatan mata mereka. Hal ini mengingat pagi sampai siang hari mereka harus belajar di sekolah, sedangkan di sore hari anak sekolah rata-rata juga harus membantu orang tuanya menyadap karet di hutan sehingga mau tak mau mereka harus mengerjakan tugas sekolah dan belajar di malam hari walaupun mungkin diselimuti dengan kepekatan malam dan suara-suara riuh binatang yang terdengar dari pinggiran hutan.”

Kondisi yang disampaikan olehnya di atas bisa dikatakan menggambarkan keadaan desa-desa di tempat lain. Sama halnya dengan anak-anak SD di Desa Tangki Dahuyan, Kecamatan Manuhing ketika ditanya tentang aktivitas belajar mereka, banyak yang mengatakan bahwa biasanya malam hari dipaksakan gelap-gelapan untuk belajar. Itulah salah satu faktor yang mungkin menyebabkan sebagian siswa tidak sehat matanya. Namun ketika ditanya lagi oleh relawan kenapa tidak memeriksakan matanya, mereka mengatakan “Gak ada dokter mata kak di sini, gak papa kok kak, masih kelihatan sedikit banyak”. Mungkin inilah jawaban polos dari anak-anak SD di daerah pinggiran. Mungkin kata-kata inilah yang acap kali kita dengar jika kehidupan desa di suatu masyarakat masih tertinggal dan penuh keterbatasan.

Yoga murid kelas V SDN Tangki Dahuyan, salah satu responden penerima kacamata contohnya. Ia sangat senang bisa diperiksa matanya karena selama ini kurang jelas untuk melihat dan belajar di ruangan kelas.  “Kacamatanya bagus kak, jangan lama-lama ngantarnya ya kak biar bisa dipakai untuk belajar,” ungkapnya dengan riang.

Kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan mulai tanggal 21-26 Mei 2012 di Kecamatan Manuhing dan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah ini tergolong sukses dan cukup memuaskan dengan jumlah sekolah yang berhasil dilayani sebanyak 20 sekolah yang terdiri dari 13 sekolah SD, 5 sekolah SMP dan 2 sekolah SMA.  Sementara itu, masyarakat yang terlayani sebanyak 552 orang.  Dari 2598 orang calon penerima bantuan yang disurvei, sebanyak 2086 orang telah di screening (baik itu siswa, guru & masyarakat). Dari hasil screening, sebanyak 709 orang menerima kacamata dan 16 orang kasus rujukan. 

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan juga mendatangi rumah masyarakat yang tidak dapat menuju ke lokasi kegiatan bakti sosial (kiri).
  • Walaupun medan yang harus dilalui penuh dengan kesulitan, namun relawan tetap bersemangat untuk melakukan kegiatan bakti sosial ini (kanan).

Perjalanan awal bakti sosial ke desa Hujung Pata ini penuh dengan semangat perjuangan, karena mungkin itulah kata-kata yang pantas untuk menggambarkan keberadaan desa tersebut karena tim relawan harus menempuh perjalanan sejauh 3 km dengan berjalan kaki selama 1,5 jam lebih menyisiri hutan, menyeberangi jembatan rawa yang terbuat dari kayu, menaiki bukit, melewati akses jalan yang becek, dan menyeberangi sungai dengan rakit tradisional sederhana buatan masyarakat. Itulah sekilas gambaran perjalanan ke Desa terpencil tersebut. Rasa letih dan lelah  serta keringat yang bercucuran dalam perjalanan hilang rasanya dan berganti rasa terharu serta bahagia karena sambutan masyarakat yang terbuka dan rasa antusias yang tinggi menyambut kedatangan para relawan. Anak-anak SD, guru beserta masyarakat menyambut hangat kedatangan para relawan dengan senyum, salam dan sapanya.

Kegiatan di Desa Hujung Pata ini berjalan dengan baik dan lancar hingga pertengahan hari tepatnya sekitar pukul 11.30 Wib. Setelah selesainya kegiatan di Desa ini, relawan masih harus berjuang menempuh perjalanan sejauh 3 km selama 1 jam lebih lagi untuk pulang hingga sampai ke areal kebun yang bisa dijangkau kendaraan roda empat. Tak cukup hanya sampai disitu saja, selepas menempuh perjalanan yang  jauh relawan langsung melanjutkan kegiatan bakti social yang sudah menunggu misi berikutnya yaitu di Desa Tangki Dahuyan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Manuhing.

Mungkin saja energi sudah terkuras untuk pindah dari satu desa ke desa lain, namun para relawan tidak menunjukkan rasa letih dan lelahnya, justru senyum dan semangatlah yang diperlihatkan di hadapan anak-anak sekolah, guru, dan masyarakat. Mungkin itulah nilai-nilai yang harus tetap dijaga dan tertanam di dalam jiwa dan hati para relawan pada saat itu. Di Desa Tangki Dahuyan, relawan juga mendapat sambutan baik dari anak-anak sekolah, para dewan guru dan masyarakat. Kegiatan bakti sosial di Desa Tangki Dahuyan ini berlangsung hingga sore hari pukul 17.15 Wib. Selepas itu team relawan kembali ke kebun dengan kepuasan tersendiri yang mungkin sudah terbalaskan dan tergantikan dengan suksesnya acara pada hari pertama tersebut.

Begitu pula gambaran di hari-hari berikutnya dari tanggal 22-26 Mei 2012, kode etik relawan dengan 4 S (Senyum, Salam, Sambut, Sapa) tetap terjaga sampai di akhir kegiatan. Mungkin inilah arti dari kebersamaan, rasa ikhlas, ketulusan, kasih sayang dan cinta kasih universal yang terjalin dan terbangun dalam kegiatan bakti sosial tersebut. Dapat menebar senyum, berbagi kebahagian dan memberikan manfaat kepada orang lain terasa lebih berharga dan bermakna dibanding harta melimpah yang kita nikmati sendiri.

  
 

Artikel Terkait

Menempati Rumah Baru dengan Penuh Rasa Syukur

Menempati Rumah Baru dengan Penuh Rasa Syukur

23 Maret 2022

Widiatmoko tak kuasa menahan rasa haru, rumah yang bagus dan kokoh itu kini menjadi rumahnya. Tak ada lagi takut dan khawatir jika musim penghujan tiba.

Bersekolah di Sepanjang Sudirman-Thamrin

Bersekolah di Sepanjang Sudirman-Thamrin

03 Mei 2009 SMP Cinta Kasih Tzu Chi tampil beda dibandingkan sekolah-sekolah lain. menurut Suriadi, relawan Tzu Chi, SMP Cinta Kasih sengaja memilih konsep minimalis tanpa banyak atraksi agar budaya humanis yang ingin disampaikan lebih terlihat.
Kisah Ahmad Husein (Bagian 1)

Kisah Ahmad Husein (Bagian 1)

25 Juni 2009 Di usia yang masih belasan tahun, Subaidi telah menikah dengan Siti Rohmah yang saat itu juga masih berusia belasan tahun. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai dua putra dan satu putri. Ahmad Husein adalah anak ketiga (bungsu). Sebelum membuka warung sate di muka Pasar Ngablak, Subaidi yang asli dari Madura ini pernah lama tinggal di Pasar Rumput, Manggarai Jakarta Selatan.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -