Training Relawan: Mengikuti Jejak Bodhisatwa

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Anand Yahya
 
 

foto Sharing dengan topik "Mengikuti Jejak Bodhisatwa" dibawakan oleh seseorang yang telah berkarya di Tzu Chi Taiwan selama belasan tahun di bagian Zong Jiao Chu (Department of Religion) , yaitu Liu Jia Yun Shijie

“Bodhisatwa yang sebenarnya itu seperti apa? Apakah patung yang terbuat dari kayu, logam, atau batu? Seperti patung Buddha yang masih berdiri tegak setelah bencana tsunami meluluh lantakkan bumi Sri Lanka 9 tahun lalu? Atau patung Buddha Bamiyan yang tinggi dan besar di Afganistan?” Sharing dengan topik “Mengikuti Jejak Bodhisatwa” ini dibawakan oleh Liu Jia Yun Shijie yang datang dari Taiwan. Training 4 in 1 yang sedianya dilaksanakan di Taiwan, namun karena pertimbangan dan kebijaksanaan Master Cheng Yen sehingga diadakan di Aula Jing Si Indonesia (Training Relawan Tzu Chi Indonesia).

 

Bukan hanya itu, Master juga mengirim 4 orang shifu (biksuni, murid Master Cheng Yen), dan 8 relawan senior dari Taiwan yang rata-rata sudah berkiprah di dunia Tzu Chi selama belasan tahun lamanya. Harapannya, semoga dengan diadakan training ini, insan Tzu Chi Indonesia dapat lebih giat dan maju dalam menapaki jalan Bodhisatwa. Master Cheng Yen sangat kuatir bila murid-muridnya hanya memupuk berkah, namun terabaikan dalam membina kebijaksanaan. Karena itu, topik mengenai jalan Bodhisatwa sangatlah penting.

Hari kedua training, 23 Maret 2013, di ruang Auditorium International (Guo Yi Ting), saat Liu Jia Yun Shijie yang telah berkarya di Tzu Chi Taiwan selama belasan tahun di bagian Zong Jiao Chu (Department of Religion) ini memulai sharingnya, terlebih dahulu ia mengajak para peserta untuk mengenal sosok “bodhisatwa” yang sebenarnya. Ia pun bertutur bahwa sosok Bodhisatwa menurut Master Cheng Yen adalah Bodhisatwa yang hidup, bisa makan, bisa berjalan, bisa bekerja, bisa berbicara, bukan benda mati yang terbuat dari kayu, logam, atau batu. Bodhisatwa adalah orang yang memahami penderitaan setiap makhluk, kemudian dengan inisiatif dan tanpa pamrih membantu menghilangkan penderitaan tersebut. Bodhisatwa memiliki prinsip “Wu yuan da ci, tong ti da bei”. Artinya, memiliki sikap welas asih agung terhadap orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Menurut Jia Yun Shijie, welas asih yang sebenarnya adalah rela berkorban demi menolong makhluk yang membutuhkan. ”Melihat orang yang kedinginan, apakah kita rela melepaskan jubah kita sendiri untuk dipakai orang tersebut? Inilah praktek welas asih yang sebenarnya. Seperti hati orang tua, tidak peduli bagaimanapun anaknya, orang tua selalu berharap anaknya bahagia.”   

Siapa Bisa Menjadi Bodhisatwa ?
Jia Yun Shijie berbagi beberapa video yang memuat cerita mengenai praktik semangat Bodhisatwa. Di antaranya adalah seorang Bodhisatwa cilik yang bernama Pei Qi (4 tahun), ia kelihatan sangat menggemaskan. Pei Qi sangat suka ikut serta dengan mamanya menghadiri kegiatan bedah buku. Suatu saat mungkin karena terlalu sering ikut kegiatan, papanya melarang mereka untuk pergi, hal ini membuat mamanya sedih dan menangis di kamar. Tak disangka ia bisa menghibur mamanya dengan mengatakan, “Mama jangan sedih, jangan menangis, biksu Jian Zhen gagal hingga 5 kali, ke-6 kali baru berhasil, kita hanya satu kali, ini tidak ada apa-apanya.” Pei Qi bahkan mahir memeragakan shouyu (isyarat tangan) lagu Xing Yuan. Jia Yun Shijie pun melanjutkan, “Bodhisatwa muncul bila mendengar atau melihat ada orang yang membutuhkan. Pei Qi walaupun masih kecil tapi saat mamanya sedih, ia bisa menghibur mamanya, bukankah ini juga disebut seorang Bodhisatwa? Karena itu, setiap orang tanpa terkecuali, bisa menjadi Bodhisatwa,” ujarnya yakin.

foto   foto

Keterangan :

  • Terlebih dahulu ia mengajak para peserta untuk mengenal sosok "Bodhisatwa" yang sebenarnya (kiri).
  • Harapan Jia Yun Shijie, dan juga harapan semua orang, semoga kita bisa sama-sama mengikuti jejak langkah Bodhisatwa, sama-sama berjalan di jalan Bodhisatwa (kanan).

Selain cerita mengenai Pei Qi, terdapat banyak video lainnya, semuanya menceritakan semangat Bodhisatwa dalam bersumbangsih, tanpa pamrih, penuh sukacita, dan ketulusan. Kadang-kadang keberanian juga dibutuhkan, seperti yang dialami sekelompok Bodhisatwa di Pingdong, Taiwan, yaitu saat hendak mengadakan bedah buku sutra pertobatan untuk para narapidana di salah satu rumah tahanan di sana. Bisa dibayangkan tata krama yang masih kasar dan kurang sopan dari para narapidana, terutama dapat dilihat dari sikap mereka ketika duduk ataupun berbicara. Awalnya relawan merasa kuatir dan takut, apakah para narapidana itu mau menerima kehadiran dan niat baik mereka. Ajaibnya, karena kesungguhan hati, serta kelembutan dan keseriusan yang berlandaskan cinta kasih relawan dalam membimbing, para narapidana pelan-pelan mengalami perubahan sikap, baik dalam duduk, dan bertutur kata, bahkan bisa secara otomatis beranjali saat mendengarkan ceramah Master Cheng Yen. Mereka juga bisa memeragakan isyarat tangan syair pertobatan dan menjiwainya dengan sangat baik.

Semua orang bisa menjadi Bodhisatwa. Mengikuti jejak Bodhisatwa, melakukan hal yang sudah pernah ditapak oleh Bodhisatwa, dan mencontoh dari yang sudah ada. Master Cheng Yen adalah Bodhisatwa pertama di Tzu Chi yang menjadi teladan bagi semua muridnya. Jejak langkah Master Cheng Yen selamanya akan diikuti oleh murid-muridnya. Melangkah di jalan Bodhisatwa, asalkan ada sebersit niat awal yang murni, dari cinta kecil menjadi cinta universal. Harapan Jia Yun Shijie, dan juga harapan semua orang, semoga kita bisa sama-sama mengikuti jejak langkah Bodhisatwa, sama-sama berjalan di jalan Bodhisatwa. Gan en.

  
 

Artikel Terkait

Wadah Memperdalam Budaya Humanis

Wadah Memperdalam Budaya Humanis

18 Agustus 2015 Pada Sabtu, 8 Agustus 2015, relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas Xie Li Kalimantan Tengah dua dan tiga melakukan pelatihan relawan abu putih di Sungai Rungau Training Center.
<em>Mind Spa</em>

Mind Spa

30 Juli 2009 Sambil mereferensikan buku My Stroke of Insight yang menjadi sumber inspirasinya, Ji Shou mengawali penjelasannya mengenai kondisi fisiologis otak manusia yang terdiri dari otak kanan dan otak kiri serta proses kerja otak. Otak kiri identik dengan pengalaman yang bersifat analitis, logika, ilmu pengetahuan, bahasa, dan matematika. Sedangkan fungsi berpikir holistik, kreatif, intuitif, dan seni menjadi keunggulan otak kanan.
Menjaga Tekad, Menapaki Jalan Kebajikan

Menjaga Tekad, Menapaki Jalan Kebajikan

15 November 2022

Sebanyak 14 tenaga kesehatan turut dilantik menjadi anggota TIMA Medan pada perayaan HUT TIMA Indonesia yang ke-20. Kegiatan berlangsung serentak dengan kota lainnya dan terhubung secara online.

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -