Umat Vihara Dharma Ratna dan Vihara Widhi Sakti Sukabumi Berkunjung ke Tzu Chi Center PIK

Jurnalis : Yennie (He Qi Barat 1), Fotografer : Gianny, Mery, Yenny Chansa, Jenny Tandika, Bobby, Fran sunandy (He Qi Barat 1)

Surya salah satu relawan komite Tzu Chi menceritakan kisah perjalanan Yayasan Buddha Tzu Chi yang didirikan oleh Master Cheng Yen dan semangat tanpa pamrih demi dunia yang penuh cinta kasih.

Minggu, 2 November 2025, suasana hangat menyelimuti lingkungan Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Sebanyak 92 umat dari Vihara Dharma Ratna dan Vihara Widhi Sakti Sukabumi, Jawa Barat, datang berkunjung untuk mengenal lebih dekat misi dan nilai-nilai kemanusiaan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Rombongan dipimpin oleh Pandita Petrus Mikael Tanesab dan Ibu Chen Siak Jam (Mita), serta disambut hangat oleh 34 relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 1.

Robert, Wakil Ketua He Qi Barat 1, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan kebahagiaan dapat menyambut kedatangan para umat vihara. Ia berharap kunjungan ini dapat menanam benih kebajikan serta mempererat tali persaudaraan dalam semangat cinta kasih yang diajarkan oleh Master Cheng Yen.

Chung Wie Kong salah satu umat yang sudah berusia lanjut dengan semangat mengikuti rangkaian tur Aula Jing si. Chung Wie Kong kagum akan keindahan estetika bangunan Aula Jing si di setiap ruangan yang penuh makna dan tata tertib budaya humanis Tzu Chi di  setiap sudut di Tzu Chi Center.

Surya, salah satu relawan, kemudian memperkenalkan sejarah berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi di Taiwan dan perkembangannya hingga di Indonesia. Ia juga menjelaskan Visi dan Misi Tzu Chi yang berlandaskan semangat memberi tanpa pamrih. Dalam penjelasannya, Surya menegaskan bahwa Tzu Chi hadir untuk memberikan sumbangsih tanpa memandang perbedaan bangsa, agama, suku, maupun ras, demi mewujudkan dunia yang harmonis dan penuh cinta kasih.

Meskipun sebagian peserta sudah lanjut usia, semangat mereka tetap tinggi untuk mengikuti tur Aula Jing Si. Kunjungan ini bukan sekadar tur, tetapi juga menjadi jalinan jodoh kebajikan sebuah kesempatan untuk berbagi, belajar, dan menumbuhkan rasa cinta kasih.

Dengan pendampingan relawan yang penuh perhatian, para peserta menyimak setiap penjelasan dari relawan Tzu Chi. Mereka tampak terkesima membaca kata-kata perenungan Master Cheng Yen yang terpampang di berbagai sudut ruang Aula Jing Si. Para umat berhenti sejenak, membaca dengan khidmat, dan merenungkan maknanya. Nilai-nilai welas asih yang tersirat perlahan membuka pintu hati dan menumbuhkan kebajikan.

34 relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 1 berkoordinasi sebelum menyambut kedatangan para umat dari Vihara Dharma Ratna dan Vihara Widhi Sakti Sukabumi. Muriany penanggung jawab kunjungan umat dari kedua vihara ini  memberikan arahan kepada relawan, menyiapkan setiap hati untuk menyambut para tamu dengan cinta kasih.

Pandita Petrus Mikael Tanesab menuturkan pertama kali mengenal Yayasan Tzu Chi melalui celengan bambu saat masih kuliah.

“Saya sangat senang bisa mengenal sejarah Tzu Chi dan semangat di balik celengan bambu. Apa yang kita keluarkan mungkin terasa kecil bagi kita, tetapi bagi orang lain yang membutuhkan, hasil dari celengan itu sangat berharga,” tutur Pandita Petrus penuh rasa syukur.

Pandita Petrus hadir bersama keluarganya dan berharap dapat menanamkan nilai cinta kasih serta kebaikan sejak dini kepada kedua anaknya agar kelak tumbuh menjadi pribadi yang penuh welas asih.

Sementara itu, Chung Wie Kong (84), salah satu peserta yang sudah lanjut usia, tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Ia mengagumi keindahan ornamen di setiap sudut Aula Jing Si yang sarat makna, serta tata tertib relawan yang mencerminkan budaya humanis Tzu Chi.

Melalui pergaan bahasa isyarat Tangan “Satu Keluarga” (Shou Yu), umat Vihara Dharma Ratna dan Vihara Whidis Sakti dan relawan Tzu Chi menyatu dalam irama menebar semangat kebersamaan dan cinta kasih tanpa batas.

Kesan mendalam juga dirasakan oleh Chen Siak Jam (Mita). Ia terpesona dengan kemegahan Aula Jiang Jing Tang Da Ting (Auditorium Pembabaran Sutra) di lantai empat yang mampu menampung hingga 1.600 orang. Mita mengagumi perhatian Master Cheng Yen terhadap kenyamanan, termasuk desain kursi berbentuk teratai yang indah dan penuh makna.

Kursi tersebut tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga fungsional. Dudukannya dapat digunakan untuk menyimpan barang, dan saat melakukan namaskara, bagian badan kursi dapat digeser ke depan dengan mudah.

Muriany, penanggung jawab pendampingan umat dari kedua vihara ini  mengungkapkan rasa bahagianya atas kunjungan para umat Vihara ini. Menurutnya, kegiatan ini menjadi kesempatan berharga untuk menjalin jodoh kebajikan dan memperpanjang barisan cinta kasih Tzu Chi.

Kegiatan kunjungan Aula Jing si ini diakhiri deng foto bersama para umat dari Vihara Dharma Ratna, Vihara Whidis Sakti dan relawan Tzu Chi di pelataran Tangga Seribu Tzu Chi Aula Jing si.

Tur Aula Jing Si berakhir pukul 11.00 WIB dengan penampilan para relawan Tzu Chi yang memperagakan isyarat tangan lagu “Satu Keluarga” (Shou Yu). Gerakan tangan penuh makna ini menjadi simbol kebersamaan dan persaudaraan universal menutup kunjungan dengan suasana haru dan penuh kehangatan.

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Saling Berbagi, Saling Menginspirasi

Saling Berbagi, Saling Menginspirasi

03 Juli 2014 Pada tanggal 26 Juni 2014, sejumlah 48 orang umat Katolik kembali mengunjungi Tzu Chi Center.
Bersih-Bersih Rumah Kedua

Bersih-Bersih Rumah Kedua

08 Juli 2015
“Saya membayangkan kamar-kamar yang sudah kita bersihkan ini tentunya akan nyaman ditinggali oleh para relawan yang menginap di sini. Dengan membayangkan hal ini saja, hati saya terasa sangat bahagia,” ujar wanita yang akrab disapa Ahun itu.
Penutupan Bulan Tujuh Penuh Berkah di Tzu Chi Center

Penutupan Bulan Tujuh Penuh Berkah di Tzu Chi Center

31 Agustus 2016
Sebanyak 185 orang menghadiri penutupan Bulan Tujuh Penuh Berkah yang digelar di Fu Hu Ting, Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk Jakarta, Minggu 28 Agustus 2016. Dalam kegiatan ini para relawan dan juga peserta diingatkan kembali bahwa semua anak memiliki jalinan jodoh dengan kedua orang tuanya.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -