Waisak 2019: Menghormati Buddha dengan Hati Yang Tulus Melalui Perayaan Waisak
Jurnalis : Elin Juwita (Tzu Chi Tebing Tinggi), Fotografer : Erik Wardi, Lidyawati, Sutanto (Tzu Chi Tebing Tinggi)Perayaan Waisak diawali
dengan pementasan Genta dan Genderang oleh Relawan Tebing Tinggi dan juga
Bodhisatwa cilik dari kelas Bimbingan Budi Pekerti Tebing Tinggi dengan lagu “Qin Xing Song”.
Bulan Mei adalah bulan yang penuh syukur karena di bulan ini setiap tahunnya insan Tzu Chi di seluruh dunia memperingati Hari Waisak, Hari Ibu dan juga Hari Tzu Chi Sedunia. Demikian juga Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi pada Minggu 12 Mei 2019, mengadakan Perayaan Waisak di lapangan Daur Ulang Kantor Tzu Chi Tebing Tinggi.
Perayaan ini diikuti sekitar 95 relawan yang
berasal dari beberapa daerah dan komunitas seperti Medan, Kisaran, Pematang
Siantar dan juga relawan Komunitas Laut Tador. Sebanyak 335 tamu undangan yang
berasal dari beberapa organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, tokoh masyarakat
dan masyarakat umum memenuhi lapangan dalam barisan yang panjang dan rapi.
Sebanyak 335 tamu undangan memenuhi lapangan depo daur ulang mengikuti prosesi pemandian rupang Buddha.
Empat puluh orang relawan membawa persembahan berupa air, pelita (lilin), dan bunga ke meja persembahan sebagai wujud penghormatan paling tulus kepada Sang Buddha.
Kegiatan tersebut diawali dengan pementasan Genta dan Genderang dari Relawan Tebing Tinggi dan juga Bodhisatwa cilik dari kelas Bimbingan Budi Pekerti Tebing Tinggi dengan lagu “Qin Xing Song”. Lagu tersebut sebagai pengingat agar setiap detik selalu mempraktikkan ketulusan, kebenaran, dan keyakinan dalam menapaki kehidupan dan mengembangkan empat sifat agung yaitu cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan bathin sehingga keharmonisan akan tercipta di setiap insan.
Prosesi dimulai dengan 40 relawan yang membawa
persembahan berupa air, pelita (lilin), dan bunga memasuki meja persembahan
dengan tulus dan khidmat. Persembahkan pelita melambangkan cahaya terang bisa menerangi
bathin setiap makhluk. Persembahan air melambangkan air yang jernih bisa
membersihkan kekotoran bathin dan persembahan bunga melambangkan keharuman
Dharma dapat menyebarkan di seluruh penjuru.
Sebanyak 4 orang Bhante memimpin upacara pemandian rupang Buddha yang diikuti oleh relawan dan juga seluruh tamu undangan. Ketika mendengar aba – aba “Li Fo Zhu”, kedua telapak tangan menyentuh air yang melambangkan ketika tangan menyentuh air yang bagaikan dharma, kita harus mengingatkan diri sendiri dan menyucikan hati sendiri dengan melenyapkan segala kegelapan batin sehingga pikiran akan menjadi tenang dan damai. Setiap detik senantiasa mempertahankan sebersit niat baik yang muncul. Inilah wujud pengendalian diri.
Acara ditutup dengan doa bersama. Dalam setiap doa, insan Tzu Chi selalu berikrar agar hati manusia bisa tersucikan sehingga masyarakat akan hidup harmonis dan pada akhirnya menciptakan dunia yang bebas bencana.
“Kegiatan ini berjalan dengan Khidmat dan hening dengan tamu undangan yang banyak dan semuanya bisa bersatu untuk berdoa doa jutaan insan. Dengan kondisi hening kita bisa belajar mensucikan hati kita sendiri dan seperti kata Master juga kita harus menyucikan bathin seluruh makhluk. Kita juga mendoakan semoga dunia bebas dari bencana dan masyarakat yang harmonis dapat tercipta,” demikian yang disampaikan Andi Chandra relawan dari Kisaran.
Selesai prosesi pemandian rupang Buddha, kemudian dilanjutkan dengan pradaksina yang memiliki arti meditasi berjalan. Acara ditutup dengan doa bersama. Sesungguhnya yang terpenting dari pemandian Rupang Buddha adalah menyucikan batin, merefleksi diri, dan melenyapkan kegelapan batin kita.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Waisak 2558: Keindahan di Balik Formasi
12 Mei 2014 Berkas cahaya sore dari ufuk barat seolah menambah keindahan Aula Jing Si menjadi lebih cemerlang. Aula Jing Si yang dibangun oleh ribuan titik cinta kasih itu menjadi pusat keramaian bagi para relawan dan pengunjung yang ingin memperingati Waisak 2014 dan memahami Budaya Humanis Tzu Chi.Waisak 2019: Sebagai Ungkapan Terima Kasih
20 Mei 2019“Kenapa merayakan? Saya sebagai guru Agama Buddha mengenalkan ke mereka agar kita berterima kasih kepada Buddha yang telah menyebarkan Dharmanya begitu agung, yang kedua terima kasih atas jasa orang tua kepada kita, yang ketiga kepada semua makhluk,” jelas Suwarni, guru Agama Buddha SD Cinta Kasih Tzu Chi.
Waisak 2016: Persaudaraan Antar Manusia
16 Mei 2016Sebanyak 320 hadirin memenuhi Hall D Mangga Dua Surabaya dalam rangka Perayaan Waisak 2016. Relawan Tzu Chi Surabaya menampilkan drama yang menyentuh perasaan para relawan dan peserta yang hadir.







Sitemap