Dalam suasana penuh khidmat, relawan Tzu Chi Palembang bersama para umat berkumpul dan berdoa bersama dalam rangka perayaan Hari Waisak.
"Hari Waisak bukan hanya untuk memperingati kelahiran Buddha, tetapi untuk membangkitkan sifat Kebuddhaan dalam hati setiap orang. Kita harus menjadikan setiap hari sebagai Waisak dengan menjalani hidup penuh welas asih, kebijaksanaan, dan ketulusan" - Master Cheng Yen
Ratusan langkah kaki insan Tzu Chi Kota Palembang berjalan menyusuri Sekolah Kusuma Bangsa pada 4 Mei 2025. Hari Waisak merupakan rangkaian peristiwa bajik yang dirayakan setiap tahunnya oleh umat Buddha, termasuk juga Yayasan Buddha Tzu Chi di seluruh Indonesia. Sejak pukul 15.00 WIB, sebanyak 206 orang ikut bersumbangsih menanam berkah dengan Doa Bersama, memegang teguh tekad utk menjalin jodoh baik dg Dharma (Kebenaran Sejati). Melalui tema, “Membalas Budi Luhur Buddha, Orang Tua Kita, dan Semua Mahluk Hidup” setiap peserta diingatkan kembali agar senantiasa memiliki rasa terima kasih yang mendalam.
Perayaan Waisak Tzu Chi tahun 2025 berlangsung dengan khidmat dan tenang. Para insan Tzu Chi dengan penuh rasa haru membawa beberapa macam persembahan: air, lilin, dan bunga ke hadapan altar Buddha.
Insan Tzu Chi bersama umat di Kota Palembang berdoa saat perayaan Waisak sebagai wujud kebersamaan dan ketulusan hati dalam memperingati hari yang penuh makna bagi umat Buddha di seluruh dunia.
PIC Waisak Tzu Chi 2025, Renawati (42), mengungkapkan rasa bahagianya karena dalam persiapan Waisak tahun 2025 ini, para insan Tzu Chi dengan bersungguh hati bekerja sama agar acara Waisak berjalan dengan lancar. Perayaan ini memperingati 3 hari besar yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Momen Hari Ibu merupakan waktu untuk kita mengingat jasa orang tua yang telah membesarkan kita melalui cinta kasih dan pengorbanan yang luar biasa.
Sebagai pembawa acara naskah mandarin untuk pertama kalinya, Ernita (36), menyampaikan kesan tentang Waisak Tzu Chi, “Dengan hati yang tenang, jernih dan tulus kita berdoa untuk diri kita, orang lain dan dunia agar terbebas dari bencana dan juga terbebas dari noda batin karena hanya ajaran Buddha yang bisa membersihkan hati manusia.” Hal ini menjadi pesan yang nyata bagi insan Tzu Chi untuk terus mewujudkan Ajaran Buddha ke dalam tindakan nyata.
Suasana damai menyelimuti ruangan saat Suhu Geng Shan, Heko Viryanadi, bersama para tamu undangan dan umat lainnya bersatu dalam doa pada perayaan Waisak yang diselenggarakan oleh Tzu Chi.
Waisak tahun 2025 kali ini turut dihadiri oleh seorang Sangha, Y.M. Suhu Padipa Kusala atau Suhu Geng Shan (42), yang juga menyampaikan kesan beliau tentang makna dari perayaan Waisak Tzu Chi. “Saya sudah sering mengikuti kegiatan Waisak Tzu Chi Kota Palembang, dan pada tahun ini saya melihat bahwa relawan Tzu Chi bertambah maju terutama jumlah umat yang mengikuti Waisak sangat banyak. Dalam berorganisasi kita haruslah menjaga hati kita masing-masing agar tetap harmonis, berbeda pendapat adalah hal yang biasa sehingga kekompakkan tetap terjaga.”
Rasa Syukur yang Bagaikan Sungai tak Bermuara
Setiap tahunnya, perayaan hari Waisak Tzu Chi selalu memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang yang datang untuk berdoa. Tentu saja rasa syukur dari menjalin jodoh baik dengan semua mahluk adalah berkah tiada tara.
Heko Viryanadi (36), Penyuluh Agama Buddha Kementerian Agama Kota Palembang, yang turut menghadiri acara Waisak dengan khidmat menyampaikan “Waisak memperingati 3 peristiwa agung yang memiliki tekad yang sangat luar biasa. Semoga dengan adanya keberadaan Yayasan Buddha Tzu Chi, misi kemanusiaan dan kesehatan lebih dikenal oleh masyarakat luas. Semoga dengan tekad baik yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi dapat mengurangi penderitaan umat manusia.”
Perayaan Waisak tahun ini membawa suasana penuh haru dan rasa syukur bagi Relawan Komite Tzu Chi Palembang. Dengan semangat welas asih dan kebersamaan, mereka merayakan momen spiritual ini sebagai pengingat akan pentingnya cinta kasih universal dalam kehidupan sehari-hari.
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu peserta Perayaan Waisak, Johan (35), yang baru pertama kali mengikuti kegiatan Waisak Tzu Chi, “Perayaan dan pelayanan relawan Tzu Chi sangat luar biasa dan membuat saya sangat berkesan. Kita diingatkan agar mengikuti teladan dari Buddha dan diajarkan saling asah, asih, asuh utk mencintai semua mahluk. Harapannya kegiatan ini terus berlanjut setiap tahunnya.”
Waisak adalah Momentum sebagai Refleksi Diri
Waisak merupakan momen penting bagi para insan Tzu Chi dikarenakan Waisak bukan hanya momen untuk memberikan penghormatan kepada Buddha, tetapi juga merupakan simbol penyucian batin dan membangkitkan niat baik dalam diri setiap orang. Hal ini ditandai dengan dilakukannya Permandian Buddha Rupang oleh setiap orang yang hadir. Perwujudan perasaan penuh cinta kasih ini dapat dilihat dari pembacaan doa yang mendalam dari semua umat.
Dengan bersungguh hati, Andri Saputra (37) bersama Ibunda datang untuk pertama kalinya di Waisak Tzu Chi melafalkan doa kepada Buddha. “Waisak merupakan saat untuk intropeksi diri karena Waisak Tzu Chi membawa ketenangan batin ketika kita bersungguh-sungguh mengikutinya dengan hikmad. Waisak juga mengingatkan kita untuk berbuat kebaikan sesuai Dhamma,” katanya.
Dalam prosesi persembahan, Relawan Tzu Chi, Merie Lie, dengan penuh hormat mengambil bunga di altar dalam prosesi pemandiang rupang Buddha sebagai penghormatan dan ketulusan hati dalam memperingati kebajikan serta ajaran luhur Buddha.
Seorang relawan senior Komite di Tzu Chi yang sudah aktif sejak tahun 2008, Subianto (48), memiliki makna waisak yang mendalam dikarenakan Waisak merupakan momen untuk mengucapkan terima kasih kepada Buddha, orang tua dan semua umat manusia. Subianto berharap agar semua relawan dapat hadir dalam perayaan Waisak sebagai sebuah simbol ketulusan dalam mengucapkan terima kasih secara tulus.
Tzu Chi hadir di tengah-tengah umat manusia dengan sebuah aspirasi mulia dengan tujuan untuk: Menyucikan hati manusia, Masyarakat damai dan hamonis, Dunia bebas dari bencana.
Editor: Metta Wulandari