Prosesi pemandian Rupang Buddha diawali dengan penuh hormat oleh barisan relawan. Mereka memimpin jalannya prosesi dengan tertib dan penuh rasa bakti, menandai dimulainya rangkaian perayaan Waisak. Ritual ini melambangkan pembersihan batin dan penghormatan kepada Buddha.
Pada 17 Mei 2025, Lapangan Sekolah Yayasan Perguruan Gajah Mada Binjai dipenuhi dengan suasana penuh kedamaian saat Perayaan Waisak Bersama digelar. Acara yang diselenggarakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Komunitas Binjai dan Yayasan Perguruan Gajah Mada Binjai ini merupakan sebuah kesempatan untuk mempererat tali persaudaraan antar-umat beragama dan menciptakan rasa kebersamaan yang mendalam.
Acara dimulai pukul 18.00 WIB, dihadiri oleh lebih dari seratus lima puluh peserta, termasuk murid-murid dan orang tua mereka, warga sekitar, juga umat Buddha dari berbagai wihara. Semua hadir dengan satu tujuan, yakni merayakan Tri Suci Waisak yang penuh makna dan menyatukan berbagai tradisi dalam sebuah perayaan yang harmonis.
Perayaan Waisak berlangsung dalam suasana yang damai dan penuh ketenangan. Semua elemen acara berjalan harmonis, dari prosesi hingga doa bersama.
Kepala Sekolah SMA Gajah Mada, Afrita Sitepu S.Ag, menyampaikan sambutan yang menggugah, “Kami merasa sangat terhormat bisa dipercaya menjadi tuan rumah dalam perayaan Waisak bersama kali ini. Harapan kami, semoga perayaan ini bisa menumbuhkan rasa inklusif, menghargai perbedaan, dan mempererat toleransi di antara kita sebagai umat Buddha yang beragam dalam tradisi."
Suryati, perwakilan Yayasan Buddha Tzu Chi Medan, menyampaikan tema Waisak tahun ini yang diambil dari ajaran Master Cheng Yen: "Giat Mengembangkan Pengertian Benar untuk Pelajaran Sadar, Tekun, dan Bersemangat dalam Mempraktikkan Jalan Bodhisatwa." Tema ini mengingatkan akan pentingnya kesadaran dalam setiap langkah yang kita ambil, agar kita bisa bergerak dengan tekun dan penuh semangat di jalan Bodhisatwa. Suryati menambahkan, "Semoga perayaan ini dapat menginspirasi kita semua, terutama generasi muda, untuk tidak hanya memahami makna spiritual Waisak, tetapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan berbicara bijak, berpikir positif, dan berbuat kebajikan."
Puncak acara adalah prosesi pemandian Rupang Buddha yang dilakukan dengan penuh khidmat. Prosesi ini menjadi simbol penyucian diri, sekaligus momen refleksi spiritual bagi setiap peserta untuk memperbaharui niat dan tekad dalam menjalani kehidupan dengan penuh cinta kasih, welas asih, dan kebijaksanaan.
Juliwati, yang mengenakan baju abu-abu putih dan bertindak sebagai koordinator kegiatan, turut mengambil bagian dalam prosesi pemandian Rupang Buddha.
Juliwati, relawan Tzu Chi yang telah bergabung selama tiga tahun, merasa bangga bisa menjadi bagian dari perayaan ini dan dipercayakan sebagai koordinator kegiatan. Ia menyampaikan, "Kegiatan Waisak bersama ini diadakan agar masyarakat Kota Binjai lebih mengenal Tzu Chi, terutama para murid sebagai penerus bangsa. Kami ingin mereka bisa meneladani sifat budi luhur Buddha, selalu berbuat kebajikan, berpikir baik, dan berbicara dengan kata-kata yang baik."
Juliwati melanjutkan, "Saya memilih bergabung dengan Tzu Chi karena di sini saya bisa mempraktikkan ajaran Buddha yang selama ini saya pelajari secara teori di sekolah. Tzu Chi mengajarkan kita untuk mengubah yang tidak tahu menjadi tahu, dan saya merasa bahagia bisa berbagi kebahagiaan dengan sesama melalui kegiatan ini."
Perayaan Waisak Bersama ini juga menunjukkan betapa kuatnya kolaborasi antara Yayasan Buddha Tzu Chi dan Yayasan Perguruan Gajah Mada. Dari persiapan logistik hingga pelaksanaan ritual, kedua yayasan bekerja sama dengan penuh semangat.
Afrita Sitepu, S.Ag., Kepala Sekolah Gajah Mada Binjai, yang mengenakan batik biru, hadir langsung dalam acara ini. Kehadirannya menjadi bentuk dukungan terhadap kegiatan spiritual siswa sekaligus simbol komitmen sekolah dalam menanamkan nilai-nilai toleransi dan kebajikan.
Afrita Sitepu S.Ag menuturkan, “Kami merasa diberkahi bisa menjadi tempat perayaan Waisak kali ini. Sekolah Gajah Mada merasa sangat dihargai, karena ini adalah kesempatan besar untuk berkolaborasi dengan Yayasan Buddha Tzu Chi. Saya juga sangat mengapresiasi dedikasi para relawan, terutama yang sudah lama bekerja bersama kami dalam melayani umat Buddha Karo. Saya salut dengan semangat mereka, yang meski sudah berusia lanjut, tetap aktif dan gigih dalam mempersiapkan acara ini.”
Semangat para murid tampak jelas saat mereka mengikuti prosesi Waisak dengan penuh perhatian dan rasa hormat. Orang tua murid dan warga sekitar juga ikut merasakan ketenangan yang terjaga sepanjang acara. Stephanie, seorang murid kelas 10, yang ikut serta sebagai pembawa barisan, mengungkapkan, "Saya ikut karena ingin tahu lebih banyak tentang Tzu Chi. Setelah mengikuti acara ini, saya merasa sangat senang dan ingin ikut lagi di kegiatan Tzu Chi berikutnya."
Kedrick Chang (memakai rompi), siswa kelas 11 aktif berperan sejak persiapan hingga hari pelaksanaan acara yang mencerminkan semangat generasi muda dalam menjaga dan meneruskan nilai-nilai spiritual serta kebersamaan.
Kendrick Chang, murid kelas 11, menambahkan, "Saya ingin menambah pengalaman dan belajar lebih banyak hal. Setelah melihat postingan Tzu Chi di Instagram, saya semakin tertarik untuk ikut. Kegiatan ini sangat menyenangkan dan memberikan banyak pelajaran."
Perayaan Waisak Bersama ini tidak hanya menjadi ajang untuk merayakan tradisi, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran nilai-nilai universal seperti toleransi, cinta kasih, kerja sama, dan keharmonisan. Semangat kebersamaan yang terpancar dari seluruh peserta menjadi bukti bahwa nilai-nilai luhur Waisak bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di akhir acara, para peserta menerima suvenir sebagai kenang-kenangan dan pengingat akan pentingnya menjaga lingkungansejalan dengan misi Tzu Chi dalam pelestarian alam dan gaya hidup ramah lingkungan.
Acara ini ditutup dengan harapan kuat dari semua pihak agar hubungan antara Yayasan Buddha Tzu Chi dan Yayasan Perguruan Gajah Mada semakin erat. Semoga kolaborasi ini bisa menginspirasi masyarakat luas untuk membangun kehidupan yang harmonis, penuh kasih sayang, dan saling menghargai.
Dengan semangat yang tulus, kedua yayasan ini berharap dapat terus bekerja sama dalam memberikan manfaat bagi masyarakat, tanpa memandang latar belakang apapun, serta mewujudkan dunia yang lebih damai dan penuh kepedulian.
Editor: Metta Wulandari