Tim Lantunan Sutra mempersembahan lilin, air dan bunga sebagai tanda penghormatan kepada Sang Buddha dan Bodhisatwa.
Perayaan Waisak di Tzu Chi Batam menghadirkan nuansa berbeda dan istimewa. Acara yang berlangsung pada Minggu, 11 Mei 2025 ini menampilkan lantunan Sutra yang indah dari para relawan serta dekorasi yang menggambarkan perjalanan hidup Buddha. Mulai dari kelahiran-Nya, mencapai pencerahan di bawah Pohon Bodhi, hingga saat Beliau membabarkan Sutra Teratai di Puncak Burung Nasar. Selain memperingati Waisak, momen ini juga bertepatan dengan Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia, sehingga suasana perayaan menjadi semakin hangat, penuh rasa syukur, dan kebersamaan.
Koordinator acara, Alexander Prayoga menjelaskan bahwa konsep Waisak tahun ini terinspirasi dari Tzu Chi Taiwan, yang telah menerapkan lantunan sutra dalam setiap kegiatan mereka. Melalui lantunan ini, para peserta Waisak juga diajak untuk turut melafalkan Sutra bersama, yang bertujuan untuk lebih mengenal Buddha dan kisah hidup-Nya, serta menggali lebih dalam tentang tujuan kedatangan Buddha ke dunia ini dan pencerahan yang dapat diambil dari ajaran-Nya.
Alexander Prayoga mengaku tantangan yang perlu dihadapi tidak sedikit, namun hal inilah yang mengokohkan kekompakkan antar relawan.
Tantangan terbesar bagi Alexander sebagai koordinator acara adalah proses pembelajaran dalam memimpin kegiatan ini, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Proses tersebut melibatkan berbagai tahap, mulai dari rapat koordinasi, mendampingi dan mengajari anggota tim di bagian-bagian tertentu, hingga bersama-sama mencari solusi atas kekurangan yang ada.
Selain itu, dalam video pelantunan Sutra Pembabaran Dharma, Alexander mengungkapkan bahwa hal tersulit adalah ketika belum ada referensi dari Taiwan. “Awalnya belum ada contoh dari Taiwan, jadi kami dengan metode yang lebih gampang bagaimana mewujudkannya. Saya sangat gan en kepada setiap tim yang sangat mendukung, semoga dari kegiatan ini kita semakin kompak,” ujarnya.
Anggota Sangha memasuki Auditorium Pembabaran Sutra menanda dimulainya acara.
Dalam pementasan pelantunan Sutra, Suroyo, relawan Tzu Chi menunjukkan keunikan dalam keberagaman keyakinan dengan ikut serta dalam lantunan sutra. Ia mengungkapkan bahwa mengikuti lantunan tersebut mirip dengan menjalankan Dharma, di mana setiap baitnya memiliki pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi motivasi tersendiri baginya untuk berpartisipasi.
Suroyo juga mengatakan bahwa tidak ada tantangan dalam pelantunan Sutra meskipun secara agama ia berbeda, karena pada dasarnya semua keyakinan mengajarkan kasih, yang sejalan dengan nilai-nilai yang ia anut. Dengan semangat yang tulus, Suroyo menunjukkan bahwa meskipun berbeda, kita tetap bisa bersatu dalam nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Ia juga merasa mendapatkan inti dari makna yang terkandung di dalam pelantunan sutra tersebut.
“Banyak kata-kata dalam ajaran Buddha yang mengajarkan kita tentang kehidupan. Setiap bait Dharma atau Sutra memiliki makna yang dalam, baik untuk kehidupan pribadi kita maupun dalam bersosialisasi dengan orang lain. Khususnya tentang poin-poin seperti sakit atau kematian, yang memang tak terhindarkan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana cara kita menghadapi setiap poin-poin (tantangan) tersebut,” jelasnya.
Suroyo (depan kiri ke-2) walau non-buddhis, tidak menghalanginya untuk menyerap kebijaksaan dari setiap bait Dharma Buddha.
Doa bersama segenap peserta agar hati manusia dapat tersucikan dan menerangi berbagai sudut di dunia.
Acara ini juga mendapat sambutan hangat dan antusias dari peserta muda-mudi Vihara Maitri Sagara di Tiban Batam. Salah satunya, Robert yang menjelaskan bahwa mereka datang ke sini atas ajakan dari Suhu (para Sangha), untuk menemani dan meramaikan acara Waisak di sini. Dalam acara tersebut ia melihat pelantunan Sutra sedikit berbeda dari yang ia pelajari, tetapi ia merasa pada dasarnya mengajarkan tentang welas asih dan ada juga pembabaran Dharma yang sangat bagus.
“Harapan saya untuk diri sendiri semoga bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, bisa selalu mempelajari Dharma lebih banyak untuk cinta kasih universal,dan berusaha untuk memgembangkan diri (spiritual),” imbuhnya.
Robert (jaket hitam) merasakan lantunan dharma yang mengajarkan welas asih dan pentingnya pembabaran dharma.
Girvon Inzzalie, teman se-Dharma, berbagi kesan pertamanya mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi melalui acara DAAI TV. Pada tahun 2019, ia pernah menemani ibunya untuk melakukan donor darah di Tzu Chi Batam. Pengalaman tersebut menjadi titik awal jalinan jodohnya dengan Tzu Chi Batam. Kini, saat ia kembali ke Tzu Chi Batam untuk menghadiri acara Waisak yang merupakan salah satu acara besar, ia merasa gugup. Namun, begitu tiba di lokasi, rasa gugup dan kekhawatiran yang sempat muncul langsung menghilang setelah disambut dengan hangat oleh keramahan para relawan.
Selama acara, Girvon mengikuti rangkaian kegiatan dengan saksama hingga akhirnya merasakan wejangan mendalam dari pelantunan Sutra Pembabaran Dharma yang dibawakan oleh para relawan. Sutra tersebut mengajarkan tentang hidup penuh kesadaran, sadar akan setiap tindakan yang dilakukan, sadar akan apa yang dilihat, serta berbagai hal lainnya yang penuh inspirasi.
“Pengalaman ini memberikan kesan mendalam bagi saya, sekaligus memperkaya pemahaman saya dalam menjalani hidup dengan lebih sadar dan penuh perhatian,” katanya.
Lantunan dharma yang dibawakan 90 relawan dan para tamu sekalian diharapkan dapat mengikis noda batin dengan air dharma.
Tema Waisak tahun ini mengajak kita untuk Giat Mengembangkan Perhatian Benar untuk Belajar dan Sadar, Tekun dan Bersemangat dalam Mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Acara ini bukan hanya menjadi kesempatan untuk menghormati ajaran Buddha, tetapi juga untuk merenungkan nilai-nilai kehidupan seperti cinta kasih, welas asih, toleransi, dan kebijaksanaan. Dengan kehadiran 701 peserta, Waisak tahun ini menjadi kesempatan bagi umat untuk lebih mendalami ajaran Buddha dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan semangat yang penuh, perayaan Waisak Tzu Chi Batam mengajak kita untuk merenungkan dan menerapkan ajaran Buddha dalam kehidupan kita, menjadikan kita pribadi yang lebih sadar, penuh perhatian, dan tekun dalam jalan Bodhisatwa. Semoga kegiatan ini menjadi inspirasi bagi semua yang hadir untuk terus mengembangkan diri, memperluas cinta kasih kepada sesama, dan hidup dengan penuh kebijaksanaan.
Editor: Khusnul Khotimah