Waisak Penuh Cinta di Panti Jompo, Relawan Tzu Chi Hadirkan Kehangatan Batin

Jurnalis : Elisa Intan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Tanoto, Rimba Kosasih, Elisa Intan (Tzu Chi Medan)

Para penghuni panti memanjatkan doa di hari suci Waisak didampingi relawan. Prosesi pemandian Rupang Buddha dilakukan penuh khidmat. Prosesi ini menjadi simbol penyucian diri, bagi setiap peserta untuk memperbaharui niat dan tekad.

Relawan Tzu Chi Medan memperingati Hari Raya Waisak 2569 BE/2025 M bersama 67 orang opa dan oma penghuni Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti, yang berlokasi di Aula Yayasan Guna Budi Bakti, Jalan Yos Sudarso, Martubung, Medan Labuhan.

Dalam perayaan Waisak yang penuh makna ini, para relawan menggelar ritual pemandian Rupang Buddha, yang melambangkan pembersihan batin dan tubuh. Di balik ritual ini tersimpan pesan mendalam: setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbarui diri, membersihkan hati dari kekotoran batin, serta menyalakan kembali cahaya kebajikan.

(kiri) Para relawan, dan pengurus Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti melakukan Prosesi pemandian Rupang Buddha. (kanan) Efina bersama oma yang sangat suka cita menerima uluran tangannya.

Para opa dan oma mengikuti prosesi pemandian Rupang Buddha dengan khidmat. Momen ini menjadi simbol penyucian diri sekaligus refleksi spiritual untuk memperbaharui niat dan tekad dalam menjalani kehidupan dengan cinta kasih, welas asih, dan kebijaksanaan.

Bagi penghuni panti yang tidak dapat hadir di aula karena kondisi fisik yang lemah, para relawan mendatangi kamar mereka dengan membawa Rupang Buddha, mangkuk berisi air wangi, dan bunga. Semangat para lansia yang tetap menyala di balik tubuh yang mulai rapuh memberikan pelajaran berharga bahwa selama niat masih hidup, tubuh pun akan ikut bergerak.

Senyum merekah di wajah para penghuni panti, penuh keharuan dan kebahagiaan. Meski langkah kaki tak lagi sekuat dahulu, semangat mereka untuk mengikuti acara tetap menyala, terlebih karena kehadiran para relawan yang mendampingi dengan sepenuh hati.

Relawan Tzu Chi datang berkunjung untuk menghibur dan mendengarkan keluh kesah dari seorang penghuni panti. Kehadiran para relawan bukan hanya membawa bantuan materi, tapi juga menjadi telinga yang penuh perhatian.

Magdalena, penanggung jawab kegiatan ini, mengungkapkan rasa syukurnya atas kelancaran perayaan Waisak 2569 BE/2025 M.

“Saya merasa senang melihat senyuman mereka (opa dan oma). Saat mereka berbincang dengan relawan, terlihat jelas kebahagiaan di wajah mereka. Ada yang tidak bisa keluar dari kamar, maka kami datangi mereka dan tetap bisa melaksanakan pemandian Rupang Buddha,” ujar Magdalena.

Ia menambahkan bahwa acara ini berjalan lancar berkat kerja sama 29 orang relawan yang dengan suka cita dan bersatu hati menyiapkan makanan, dekorasi, hingga mendampingi opa dan oma satu per satu. “Ini bukan sekadar kegiatan, ini adalah bentuk cinta,” tuturnya.

Liong Jen Lie dan Agus mendampingi seorang oma menuju ruangan Acara Waisak. Oma ini baru menjalanioperasi lutut hingga harus menggunakan tongkat emapat kaki.

Kehadiran para relawan tak hanya membawa bantuan materi, tetapi juga menjadi telinga yang mendengar dengan sepenuh hati. Seperti yang dilakukan Liong Jen Lie dan Agus, yang mendampingi seorang oma yang baru menjalani operasi lutut di Bandung. Sambil berjalan perlahan menuju aula, sang oma bercerita, dan para relawan mendengarkannya dengan hangat.

“Kami merasa sukacita karena bisa memberi semangat kepada opa dan oma. Meski langkah mereka pelan, kami percaya bahwa setiap langkah adalah harapan baru,” ujar Liong Jen Lie.

Aan, pengelola Panti Jompo Guna Budi Bakti, menyambut relawan dengan penuh suka cita. Menurutnya, momen seperti ini membawa energi positif dan keharmonisan bagi para lansia. “Kami berharap, melalui kegiatan ini, para penghuni panti bisa mendapatkan semangat baru dan terus bersyukur atas hidup yang masih diberi kesehatan dan perhatian,” harap Aan.

Para relawan Tzu Chi bersama penghuni panti dan pengurus berdoa bersama agar semangat kebersamaan yang terpancar dari penghuni panti  menjadi bukti bahwa nilai-nilai luhur Waisak bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah prosesi pemandian rupang Buddha, para relawan membagikan makanan dan camilan kepada para lansia di ruang makan. Para opa dan oma menikmati sajian tersebut dengan tenang. Di akhir acara, mereka bernyanyi bersama, diiringi tawa dan canda kebahagiaan.

Perayaan Waisak ini bukan sekadar ritual, tetapi juga wujud nyata welas asih dalam tindakan. Ketika relawan menyentuh hati para lansia dengan cinta dan perhatian, di situlah ajaran Buddha benar-benar hidup.

Melalui perayaan ini, para relawan tidak hanya memberi, tetapi juga menerima. Mereka belajar tentang kekuatan, ketulusan, pentingnya kehadiran, serta betapa berharganya waktu yang dibagikan untuk orang lain.

“Jangan meremehkan diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi tak terhingga.” Master Cheng Yen

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Insan Tzu Chi Pekanbaru Ikuti Peringatan Waisak Secara Daring Bersama 36 Negara

Insan Tzu Chi Pekanbaru Ikuti Peringatan Waisak Secara Daring Bersama 36 Negara

15 Mei 2025

Sebanyak 196 relawan Tzu Chi Pekanbaru mengikuti Perayaan Waisak secara daring yang terhubung langsung dengan Tzu Chi di Taiwan. Acara ini melibatkan peserta dari 36 negara.

Waisak 2025: Kebersamaan Penuh Makna dalam Perayaan Waisak Tzu Chi

Waisak 2025: Kebersamaan Penuh Makna dalam Perayaan Waisak Tzu Chi

11 Mei 2025
Di balik khidmatnya prosesi Waisak dan megahnya formasi, tersembunyi cerita-cerita sederhana akan sukacita perayaan Waisak bersama Tzu Chi. Semua menyuarakan satu semangat: berbagi dan bersatu dalam kasih tanpa pamrih.
Mengingat Budi Luhur Buddha di Waisak 2025 Pematang Siantar

Mengingat Budi Luhur Buddha di Waisak 2025 Pematang Siantar

28 Mei 2025
Perayaan Waisak 2025 di Pematang Siantar pada Minggu, 18 Mei 2025 berlangsung khidmat dan menyentuh hati. Dihadiri lintas umat dan tokoh agama, acara diisi prosesi pemandian rupang Buddha dan doa bersama.
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -