Waisak Tzu Chi 2025: Refleksi Spiritual dalam Meneladani Ajaran Buddha

Jurnalis : Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Abdul Rahim (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

Sebanyak 155 relawan dan tamu undangan hadir dalam perayaan tiga hari besar yang digelar Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Momen ini menjadi wujud penghormatan terhadap ajaran Buddha, cinta kasih seorang ibu, serta semangat kemanusiaan yang diusung Tzu Chi.

Bulan Mei menjadi bulan yang sangat bermakna bagi umat Buddha dan relawan Tzu Chi di seluruh dunia. Pada bulan ini, tiga hari besar dirayakan secara bersamaan; Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Ketiganya bukan sekadar seremoni, melainkan momen reflektif untuk memperdalam makna kehidupan, cinta kasih, serta semangat pelayanan tanpa pamrih kepada sesama.

Tepat pada 11 Mei 2025, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun menggelar perayaan tiga hari besar ini secara khidmat dan penuh kebersamaan. Sebanyak 155 relawan dan tamu undangan hadir untuk mengenang ajaran luhur Sang Buddha, mengungkapkan rasa hormat kepada sosok ibu yang penuh pengorbanan, serta memperingati berdirinya organisasi kemanusiaan Tzu Chi yang telah menginspirasi jutaan orang di berbagai belahan dunia.

Para relawan dan tamu undangan memberikan penghormatan kepada para Buddha dan Bodhisatwa, diiringi pelantunan Gatha Pendupaan yang menambah kekhusyukan suasana.

Dengan penuh khidmat, para relawan mempersembahkan air, pelita, dan bunga menjadi wujud tekad relawan untuk membersihkan batin, menyalakan cahaya kebijaksanaan, dan menyebarkan keharuman Dharma.

Perayaan dimulai dengan penghormatan kepada para Buddha dan Bodhisatwa, disusul dengan pelantunan Gatha Pendupaan yang menghadirkan suasana spiritual nan mendalam. Inti dari rangkaian acara ini adalah prosesi pemandian rupang Buddha (Yu Fo), yang dijalani dengan penuh ketulusan oleh seluruh peserta. Prosesi ini melambangkan niat suci untuk menyucikan diri serta meneladani kebijaksanaan dan belas kasih Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam prosesi tersebut, para relawan membawakan persembahan berupa air, pelita, dan bunga, yang masing-masing memiliki makna mendalam. Air melambangkan tekad untuk membersihkan noda batin dan melepaskan diri dari segala kemelekatan duniawi. Pelita merepresentasikan cahaya Dharma yang menerangi kegelapan batin dan membawa kedamaian ke seluruh dunia. Sementara bunga menjadi simbol keharuman Dharma yang menyebar ke segala penjuru, menginspirasi setiap insan untuk menjalani hidup dengan penuh cinta kasih dan welas asih.

Dengan penuh ketulusan, para komite melafalkan setiap bait doa dalam prosesi Waisak, menghadirkan suasana khidmat dan menyentuh hati.

Barisan relawan abu putih dengan khidmat menjalankan prosesi pemandian rupang Buddha, sebagai simbol penyucian batin dan penghormatan mendalam kepada Buddha.

Sebagai Koordinator Kegiatan, Paulina (24) mengungkapkan betapa pentingnya momen Waisak dalam memperdalam pemahaman spiritual bagi setiap individu. Dengan penuh rasa syukur, ia membagikan pengalaman pribadi yang ia rasakan selama perayaan Waisak. Baginya, momen tersebut bukan hanya sekadar upacara, tetapi juga sebuah waktu yang sangat emosional dan spiritual, yang semakin memperdalam pemahamannya tentang ajaran Buddha.

“Jadi, pada hari Waisak di Tzu Chi itu, kita pertama pendupaan terlebih dahulu. Kemudian, kita membaca Gahta Pemandian Buddha Rupang. Di sini, kita juga dengan hati yang tulus ya, kita merayakan Waisak yang di mana kita memperingati hari lahirnya Buddha, hari Buddha mencapai penerangan sempurna, dan juga hari Buddha Parinibbana. Jadi, di situ kami semua melakukan prosesi pemandian Buddha Rupang. Itu sebagai wujud syukur kami kepada para Buddha yang telah memberikan Dharma kepada kami semua. Jadi, di Waisak Tzu Chi inilah kita mewujudkan hal tersebut,” ujar Paulina.

Lebih lanjut, Paulina menyampaikan bagaimana Waisak bagi dirinya merupakan hari yang penuh makna emosional. Ia mengungkapkan bahwa momen tersebut bukan hanya sekadar memperingati kelahiran Buddha, tetapi juga sebagai pengingat bahwa ajaran Dharma terus hidup dan menginspirasi umat sepanjang zaman.

Bagi Paulina, Waisak menjadi kesempatan berharga untuk memperdalam pemahaman spiritual setiap individu.

“Waisak sebuah hari yang sungguh momen haru bagi saya. Karena di hari Waisak ini, kita memperingati kelahiran Buddha, memperingati bahwa ajaran Dharma itu akan selalu ada dari tahun ke tahun. Bahkan, dari 2000 tahun lalu sampai sekarang pun masih kita ingat. Dari momen Waisak ini juga, banyak doa yang kita panjatkan. Jadi, rasanya terharu,” ungkap Paulina.

Agus Winarti (41), relawan rompi yang juga seorang guru agama Buddha di Pulau Buru, menyeberang jauh dari Buru ke Tanjung Balai Karimun, untuk merayakan Waisak Tzu Chi dan merasakan suasana khidmatnya. Sebagai bagian dari rangkaian upacara, ia merasakan betul makna dari setiap prosesi yang diikuti.

“Perayaannya sungguh meriah dan juga khidmat. Kita bisa mengingat kembali ajaran Buddha tentang welas asih kepada semua makhluk. Dari rangkaian prosesi yang kami ikuti, yang paling berkesan adalah pemandian Buddha Rupang, yang mana kita mengembangkan kembali cinta kasih dengan membersihkan diri kita terhadap kekotoran batin yang ada pada diri kita,” ungkap Agus Winarti.

Menempuh perjalanan dari Pulau Buru, Agus Winarti merasakan kekhusyukan dalam setiap tahapan prosesi Waisak Tzu Chi.

Perayaan Waisak yang diadakan oleh Tzu Chi menjadi momen yang sangat berarti bagi seluruh tamu undangan dan relawan. Dalam kebersamaan dan khidmat, mereka tidak hanya mengenang ajaran luhur Sang Buddha, tetapi juga memperdalam pemahaman spiritual dan semangat welas asih yang terus hidup dalam setiap diri umat.

Melalui prosesi pemandian Buddha Rupang, para relawan dan tamu undangan merasakan betapa pentingnya membersihkan batin dan meneladani kebijaksanaan Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Momen ini mempererat ikatan antara sesama umat, mengingatkan kita untuk terus mengembangkan cinta kasih, kebijaksanaan, dan pengabdian tanpa pamrih, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Editor: Khusnul Khotimah  

Artikel Terkait

Waisak 2025: Menggali Makna Sadar dan Tekun dalam Jalan Bodhisatwa

Waisak 2025: Menggali Makna Sadar dan Tekun dalam Jalan Bodhisatwa

16 Mei 2025

Perayaan Waisak di Tzu Chi Batam pada Minggu, 11 Mei 2025 menampilkan lantunan Sutra yang indah dari para relawan serta dekorasi yang menggambarkan perjalanan hidup Buddha.

Insan Tzu Chi Pekanbaru Ikuti Peringatan Waisak Secara Daring Bersama 36 Negara

Insan Tzu Chi Pekanbaru Ikuti Peringatan Waisak Secara Daring Bersama 36 Negara

15 Mei 2025

Sebanyak 196 relawan Tzu Chi Pekanbaru mengikuti Perayaan Waisak secara daring yang terhubung langsung dengan Tzu Chi di Taiwan. Acara ini melibatkan peserta dari 36 negara.

Waisak yang Penuh Sukacita dan Bermakna

Waisak yang Penuh Sukacita dan Bermakna

16 Mei 2025

Perayaan Waisak 2025 di Tzu Chi Makassar berlangsung khidmat pada Minggu, 11 Mei 2025, dengan mengusung tema "Membalas budi luhur Buddha, orang tua kita, dan semua makhluk hidup." Acara dihadiri 107 relawan dan tamu undangan.

Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -